Dua Tahun Genosida Israel di Palestina: 67 Ribu Korban Jiwa-Kelaparan Jadi Senjata

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 07 Oct 2025 14:30 WIB
Pengungsian Massal dan Pengusiran Paksa
Pengungsian Massal dan Pengusiran Paksa/Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu Agency

Dua tahun berlalu sejak serangan Israel di Gaza, tepat pada hari ini, 7 Oktober 2023. Genap dua tahun aksi brutal Israel, yang hingga kini masih berlangsung, telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa, ratusan ribu luka-luka, dan jutaan warga Palestina kehilangan tempat tinggal.

Meski telah dikecam dunia internasional, Israel tak kunjung menghentikan aksi kejinya. Warga Gaza kini tak hanya menghadapi ancaman kehilangan nyawa karena bombardir, tapi juga kelaparan parah yang melanda. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menyatakan bencana kelaparan di Gaza pada akhir Agustus 2025. Sebulan kemudian, komisi penyelidikan internasional independen PBB menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza.

Aksi unjuk rasa, sejumlah sidang di PBB, kecaman dari berbagai negara, hingga misi kemanusiaan dari ratusan aktivis di berbagai dunia yang berlayar langsung menuju Gaza; Israel terus menggempur Gaza secara membabi buta.

Korban Jiwa Capai 67 Ribu

Palestinians militants fired rockets into Israel from Gaza Strip, on October 7, 2023. Medical sources in Gaza say at least 198 Palestinians have been killed in Israeli air attacks launched after a Hamas offensive against Israel that killed at least 70. (Photo by Sameh Rahmi/NurPhoto via Getty Images)

Dua Tahun Genosida Israel di Gaza, Korban Jiwa Capai 67 Ribu/Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto

Genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan 67 ribu orang, dengan hampir sepertiga korban meninggal berusia di bawah 18 tahun, menurut laporan dari Al Arabiya. Serangan Israel telah melukai 168.679 orang, dikutip dari Al Jazeera.

Ribuan warga lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan akibar bombardir Israel. Sebagian besar korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak. 

Runtuhnya Sistem Kesehatan di Gaza

Kementerian Kesehatan Palestina menekankan bahwa dampak genosida Israel ini tidak dapat diringkas hanya dengan angka. Sistem layanan kesehatan Gaza telah berada di ambang kehancuran total.

Dikutip dari WAFA News Agency, dari 36 rumah sakit yang melayani penduduk sebelum serangan Israel, 34 di antaranya telah hancur total atau sebagian. Lebih dari 400 serangan yang terdokumentasi telah menargetkan rumah sakit, klinik, staf medis, dan ambulans.

Sekitar 150 ambulans telah rusak atau hancur. Di sisi lain, tim medis beroperasi dalam kondisi yang mengerikan, misalnya petugas medis sering kali tidak menggunakan anestesi saat prosedur, tidak ada listrik, atau pasokan yang memadai. Beberapa rumah sakit yang berfungsi sebagian, seperti Al-Shifa, Al-Ahli Baptist, dan Nasser, disebut kewalahan menampung pasien karena melebihi kapasitas.

Israel telah berulang kali menargetkan rumah sakit selama genosida yang dilakukan di Gaza. Penargetan fasilitas kesehatan, tenaga medis, dan pasien dianggap sebagai kejahatan perang berdasarkan Konvensi Jenewa 1949.

Israel Gunakan Kelaparan Sebagai Senjata

PBB Peringatkan 14 Ribu Bayi di Gaza Bisa Tewas dalam 48 Jam karena Kelaparan

Israel Gunakan Kelaparan Sebagai Senjata/Foto: Dok. UNICEF

Israel telah menggunakan kelaparan sebagai senjata. Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang dipimpin PBB mengonfirmasi bahwa bencana kelaparan terjadi di Gaza pada Agustus 2025.

Dikutip dari WAFA, lebih dari 500 ribu warga Palestina hidup dalam kondisi Fase 5, yaitu tingkat kerawanan pangan paling parah, yang ditandai dengan kelaparan ekstrem, malnutrisi akut, dan kematian. Sebanyak 1,07 juta orang lainnya menghadapi kondisi darurat (Fase 4), sementara hampir 400 ribu orang berada dalam krisis (Fase 3). Sejak Oktober 2023, setidaknya 459 orang, termasuk 154 anak-anak, telah meninggal dunia akibat langsung kelaparan dan malnutrisi.

Meskipun ratusan truk bantuan telah menunggu di perbatasan Gaza, Israel telah memblokir atau membatasi akses masuk mereka. Sejak 2 Maret 2025, pengepungan semakin diperketat: Israel menutup semua perlintasan dan menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan.

"Bahkan setelah bencana kelaparan diumumkan secara resmi, tidak ada langkah efektif yang diambil. Komunitas internasional telah gagal memaksa Israel, yang terus mengabaikan resolusi PBB dengan dukungan AS dan Eropa," ujar Ramy Abdu, ketua Euro-Med Human Rights Monitor yang berbasis di Jenewa, dikutip dari Anadolu Ajansi.

Badan-badan PBB menggambarkan jumlah bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza tidak mencukupi bahkan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling mendasar. Bahkan, jika diibaratkan, layaknya "setetes air di lautan".

"Krisis kelaparan di Gaza telah mencapai tingkat keputusasaan yang baru. Banyak orang meninggal karena kurangnya bantuan kemanusiaan. Malnutrisi melonjak dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan. Hampir satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari," Program Pangan Dunia (WFP) PBB memperingatkan pada Juli 2025.

Ribuan Warga Palestina Tewas Terbunuh Akibat Serangan Israel saat Antre Air-Bantuan Makanan

Krisis kelaparan melanda Gaza, PalestinaKrisis kelaparan melanda Gaza, Palestina/ Foto: Dok. UN/UNWRA

Lebih dari 700 warga Palestina, sebagian besar anak-anak, dilaporkan tewas saat mengambil air karena serangan Israel sejak Oktober 2023. Aksi brutal Israel ini dianggap sebagai senjata perang untuk merampas hak-hak paling dasar warga Palestina.

Sejak Oktober 2023, pasukan tentara Israel telah melakukan 112 pembantaian terhadap warga Gaza yang sedang mengambil air, menewaskan lebih dari 700 orang, sebagian besar anak-anak. Tak hanya saat mengantre air, sekitar 800 warga Palestina dilaporkan tewas saat mencari bantuan dalam Juni hingga Juli 2025, menurut PBB.

Pengungsian Massal dan Pengusiran Paksa

GAZA CITY, GAZA - OCTOBER 26: A woman holds his 3 year-old son, Ekrem Salih Abu Shemale who died after the Israeli airstrikes that continues in Gaza City, Gaza on October 26, 2023. (Photo by Abed Zagout/Anadolu via Getty Images)

Pengungsian Massal dan Pengusiran Paksa/Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu Agency

Lebih dari 1,9 juta warga Palestina, yaitu lebih dari 80% populasi Gaza, telah mengungsi secara paksa. Banyak warga yang telah mengungsi berkali-kali. Dikutip dari Anadolu Ajansi, perintah evakuasi Israel yang dikombinasikan dengan pemboman tanpa henti telah berulang kali memaksa terjadinya pengungsian massal.

Anak-anak dan ibu hamil termasuk yang paling terdampak. Kelaparan diperparah oleh penyakit dan kekurangan air bersih.

UNRWA melaporkan bahwa hampir setiap keluarga telah mengungsi setidaknya sekali sejak dimulainya serangan Israel. Setelah serangan militer skala besar pada Maret 2025, lebih dari 1,2 juta orang meninggalkan Kota Gaza hanya dalam beberapa hari.

Menurut Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), 88 persen wilayah Gaza—sekitar 317 kilometer persegi—kini berada di bawah perintah evakuasi. Seluruh kota telah dikosongkan. Dari 20 hingga 27 September 2025, ribuan orang terpaksa berjalan kaki berjam-jam untuk mencapai tempat aman, termasuk anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas, sebagaimana dikutip dari WAFA News Agency.

Banyak keluarga menjual sisa harta benda mereka untuk membayar transportasi. Sementara itu, warga lainnya hanya berjalan kaki, tanpa makanan atau air. Lebih dari 70 tempat penampungan di Gaza utara telah ditutup karena kelebihan kapasitas, kerusakan, atau kurangnya bantuan. Puluhan ribu pengungsi kini terpaksa tidur di luar ruangan.

Terbaru: Israel Tetap Gempur Gaza, Abaikan Seruan Trump

GAZA, PALESTINE - 2023/10/07: Smoke and flames rise after Israeli forces launched an airstrike on Gaza City. Palestinian militants have begun a

Terbaru: Israel Tetap Gempur Gaza, Abaikan Seruan Trump/Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images

Kecaman internasional terhadap Israel terus bergemuruh, tetapi sebagian besar tidak efektif. Usulan gencatan senjata telah gagal, dan akses kemanusiaan terus dibatasi.

Terbaru, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menyerukan penghentian serangan udara usai Hamas menerima kesepakatan gencatan senjata. Namun, Israel mengabaikan seruan tersebut dan tetap menggempur Gaza.

Juru bicara Badan Pertahanan Sipil Mahmud Bassal mengatakan 20 rumah hancur dalam rangkaian serangan udara pada akhir pekan lalu. 

"Ini adalah malam yang sangat brutal, di mana tentara Israel melakukan puluhan serangan udara dan tembakan artileri terhadap Kota Gaza dan wilayah lain di Jalur Gaza, meskipun Presiden Trump telah menyerukan untuk menghentikan pemboman," ujarnya, dikutip CNN Indonesia dari AFP.

Sementara itu, Israel dan Palestina memulai pembicaraan rencana gencatan senjata yang diusulkan Trump. Pembicaraan tidak langsung antara negosiator Israel dan Palestina resmi dimulai pada Senin (6/10) malam di Mesir. Proses negosiasi ini dimediasi oleh perwakilan dari Amerika Serikat, Qatar, Mesir, dan Turki.

Pembicaraan dilaporkan kan fokus pada implementasi gencatan senjata di Jalur Gaza serta mekanisme penyerahan kekuasaan dari kelompok Hamas kepada entitas pemerintahan yang lebih moderat dan dapat diterima oleh komunitas internasional.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE