Hari Ayah Nasional diperingati setiap tanggal 12 November setiap tahunnya. Melansir dari detik.com, Hari Ayah Nasional diinisiasi oleh kelompok perempuan yang bernama 'Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP)' dan pertama kali dideklarasikan di Solo pada tahun 2006 saat masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain menjadi hari spesial untuk ayah, Hari Ayah Nasional juga jadi momentum untuk merefleksikan kembali bagaimana hubungan ayah dan anak di Indonesia saat ini. Yup, karena faktanya Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara fatherless, yaitu hilangnya peran ayah dalam tumbuh kembang anak. Banyak hal yang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya fenomena fatherless di Indonesia. Umumnya terjadi karena pola pengasuhan dianggap menjadi tanggungjawab seorang ibu.
Sehingga hal inilah yang jadi penyebab sebagian anak merasa tak memiliki kedekatan dengan ayahnya. Apalagi seiring anak tumbuh dewasa, rasa gengsi di antara keduanya juga mempengaruhi hal tersebut. Lantas, bagaimana sebenarnya fenomena fatherless yang terjadi di Indonesia dan bagaimana seharusnya peran ayah dalam pengasuhan anak? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Apa Itu Fatherless?
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/freepik |
Melansir dari CNN Indonesia, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), fatherless diartikan sebagai anak yang bertumbuh kembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang mempunyai ayah tetapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak dengan kata lain pengasuhan. Fatherless dapat terjadi baik secara fisik, psikis, atau pun keduanya.
Banyak hal yang dapat menjadi faktor penyebab fenomena tersebut, misalnya sosial, ekonomi, dan budaya. Salah satu faktor yang paling melekat terjadinya fatherless adalah sosial budaya. Masyarakat kita terbiasa tumbuh dalam perspektif bahwa mengasuh anak itu merupakan tugas dan tanggung jawab perempuan atau ibu.
Hal ini juga tak lepas dari perspektif tentang pria harus jadi sosok yang tangguh dan bekerja mencari nafkah. Perspektif demikian yang masih dekat di masyarakat Indonesia bisa jadi disebabkan karena ajaran orangtua dahulu yang masih diteruskan secara turun temurun.
Namun tak dipungkiri jika faktor ekonomi bisa jadi salah satu faktor terbanyak penyebab terjadinya fenomena fatherless di Indonesia, seperti ayah yang harus bekerja di luar kota. Tak jarang beberapa ayah yang tinggal bersama dengan sang anak pun tak ada bedanya. Saat pulang bekerja, beberapa ayah enggan menyempatkan waktu untuk bermain atau berbincang dengan sang anak.
Fenomena fatherless nyatanya berdampak pada kurangnya rasa percaya diri pada anak, cenderung menarik diri di kehidupan sosial, rentan terlibat penyalahgunaan obat terlarang, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, gangguan kesehatan mental, sampai rendahnya pencapaian nilai akademis anak di sekolah.
Pentingnya Kehadiran Ayah dalam Pengasuhan Anak
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/Lifestylememory |
Meskipun ibu dianggap orang yang paling dekat dengan anak karena hubungan tersebut terjalin sejak kandungan dan anggapan ibu sebagai madrasah pertama anak, kehadiran dan peran ayah dalam pengasuhan anak sama pentingnya dengan ibu. Kehadiran ayah dalam tumbuh kembang anak, memiliki banyak manfaat untuk sang anak. Apalagi saat anak dalam usia keemasannya.
Mengutip dari berbagai sumber, dalam pengasuhan anak kehadiran ayah memiliki peran penting seperti menjadi contoh sosok pemimpin yang baik, mengajarkan dalam mengambil keputusan dan risiko, mengolah masalah, meningkatkan kecerdasan, kepercayaan diri hingga kondisi psikologis anak. Selain itu, dilansir dari Psychology Today, kehadiran dan peran ayah juga dapat mempengaruhi kesejahteraan hubungan antara anak dengan ibu dan pengasuh lainnya.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!