Kenalan dengan Aeshnina Azzahra, Aktivis Lingkungan Muda Indonesia yang Pernah Kirim Surat ke Presiden AS!

Risqi Nurtyas Sri Wikanti | Beautynesia
Sabtu, 03 Sep 2022 22:00 WIB
Kenalan dengan Aeshnina Azzahra, Aktivis Lingkungan Muda Indonesia yang Pernah Kirim Surat ke Presiden AS!
Aeshnina Azzahra, remaja perempuan aktivis lingkungan asal Jawa Timur/ Foto: instagram.com/aeshnina

Jika berbicara mengenai remaja perempuan aktivis lingkungan, satu nama yang paling terkenal adalah Greta Thunberg. Remaja asal Swedia ini aktif dalam program melawan perubahan iklim. Ternyata, Indonesia juga punya seorang remaja perempuan yang aktif menyelamatkan lingkungan dengan berbagai program positif yang digagasnya, namanya adalah Aeshnina Azzahra Aqilani.

Mulai menjadi siswi MA (Madrasah Aliyah) tahun ini, Aeshnina Azzahra ternyata sudah malang melintang dalam program penyelamatan lingkungan sejak kelas 5 SD. Diawali dengan mengikuti jejak orangtuanya, Aeshnina kemudian tumbuh besar menyadari betapa pentingnya menyelamatkan lingkungan, khususnya dari limbah sampah plastik.

Untuk mengenal lebih dekat Aeshnina Azzahra, simak asal mula dia menjadi aktivis lingkungan dan berbagai pencapaian impresif yang sudah dia dapatkan, sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia.

Pengaruh dari Kedua Orangtuanya

Nina dan kedua orangtuanya/Foto: instagram.com/aeshnina
Nina dan kedua orangtuanya/Foto: instagram.com/aeshnina

Sejak duduk di bangku TK (Taman Kanak-Kanak), Aeshnina Azzahra mulai diajak oleh kedua orangtuanya untuk mengikuti demo untuk memprotes ikan-ikan yang mati di sungai akibat air yang tercemar limbah. 

Ayah dan ibu dari remaja yang akrab dipanggil Nina ini adalah pendiri LSM (lembaga swadaya masyarakat) yang bergerak dalam bidang lingkungan bernama Ecoton. Anak terakhir dari tiga bersaudara ini juga memiliki dua kakak yang juga aktif dalam penyelamatan lingkungan.

Disebutkan bahwa kakak pertama Nina memiliki peran untuk mengkritisi bidang tentang mikroplastik. Sedangkan kakak keduanya fokus dalam memberikan edukasi pada masyarakat terkait peraturan undang-undang dan hukum tentang lingkungan. Dirinya sendiri berfokus pada sampah impor bersama dengan komunitasnya.

Sering Menulis Surat Kepada Kepala Negara

Ilustrasi: menulis surat untuk kepala negara terkait ekspor sampah plastik/ Foto: pexels.com/cottonbro
Ilustrasi: menulis surat untuk kepala negara terkait ekspor sampah plastik/ Foto: pexels.com/cottonbro

Sudah sejak kelas 5 SD, Nina sering mengirim surat dalam bentuk protes terkait tindakan ekspor sampah plastik yang dilakukan negara-negara maju ke Indonesia. Awal mulanya ketika sang guru mengajak siswa-siswanya untuk menulis surat kepada Bupati Gresik tentang protes dari dampak negatif plastik terhadap lingkungan.

Ditanggapi oleh Bupati Gresik, Nina kemudian diajak bertemu langsung dengan Wakil Bupati Gresik dan mengutarakan keluhannya mengenai sampah plastik. Sejak saat itu, Nina merasa bahwa menulis surat bisa menjadi sarana efektif untuk meningkatkan kesadaran kepala daerah terkait masalah lingkungan.

Tahun 2019, Nina bahkan berani menulis surat untuk Presiden Amerika Serikat saat itu yaitu Donald Trump. Melakukan demo untuk menghentikan pengiriman sampah plastik ke Indonesia di depan konsulat AS di Surabaya, Nina akhirnya mendapatkan balasan surat dua minggu kemudian dari perwakilan pemerintah AS. Sayangnya, jawabannya kurang memuaskan, karena mereka terkesan menyalahkan pemerintah Indonesia.

Selain itu, Nina juga mengirimkan surat untuk menghentikan ekspor sampah plastik negara-negara maju kepada pemerintah Jerman, Australia, dan Kanada. Ketiga negara tersebut memang dikenal sering mengirim sampah plastik ke Indonesia. Dampak positif dari surat yang ditulis Nina adalah, beberapa negara tersebut berjanji untuk memperketat pelabuhan mereka dan berjanji tidak mengirim limbah sampah plastik lagi ke Indonesia.

Alasan Dikirimnya Sampah Plastik ke Indonesia

Ilustrasi: sampah plastik yang berdampak buruk bagi lingkungan/ Foto: pexels.com/Leonid Danilov
Ilustrasi: sampah plastik yang berdampak buruk bagi lingkungan/ Foto: pexels.com/Leonid Danilov

Sebenarnya yang seharusnya dikirim ke Indonesia adalah limbah sampah berbentuk kertas, yang dibeli pabrik-pabrik kertas di Indonesia untuk dijadikan bahan produksi kertas baru. Namun, sampah kertas tersebut dicampuri dengan sampah plastik dan dimasukkan ke dalam kontainer yang sama.

Ada sebuah dugaan dari Nina kalau di balik sampah plastik tersebut, ada mafia atau makelar yang melakukan praktik pengiriman limbah sampah plastik ke Indonesia. 

"Jadi memang benar-benar sengaja mereka niat banget untuk menyelundupkan sampah plastiknya," ucap Nina langsung kepada CNN Indonesia.

Negara-negara maju tersebut tahu kalau mengolah dan mendaur ulang sampah plastik sangat susah, banyak limbah, karbon, dan uang yang harus dikeluarkan untuk bisa mengolahnya. Jadi, mereka lebih memilih mengirimnya ke negara-negara berkembang yang tidak tahu cara mengolahnya. Padahal sudah menjadi rahasia umum kalau negara-negara berkembang sudah lama bermasalah dengan sampah plastik.

Perjuangan dan Pencapaian Impresif Aeshnina Azzahra

Aeshnina Azzahra yang bertekad untuk memerangi sampah plastik/ Foto: instagram.com/aeshnina

Lakukan Banyak Kampanye untuk Memerangi Sampah Plastik

Ilustrasi: memerangi sampah plastik/ Foto: pexels.com/Daria Shevtsova
Ilustrasi memerangi sampah plastik/ Foto: pexels.com/Daria Shevtsova

Aeshnina Azzahra secara rutin memberikan kampanye terkait sampah plastik di Desa Bangun, Mojokerto. Daerah tersebut menjadi tempat ditimbunnya sampah plastik impor yang selanjutnya dipilah oleh warga desa. Sampah plastik yang bisa didaur ulang dijual ke pabrik daur ulang plastik. Sebelumnya, sampah dipotong kecil-kecil dan cuci menggunakan air sungai.

Namun, dampaknya berkelanjutan karena air bekas cucian sampah plastik mengotori air sungai. Bentuknya yaitu air menjadi berbusa, menghitam, dan meracuni ikan-ikan yang kemudian mati.

Sedangkan, untuk sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang, akan dijual warga desa ke pabrik tahu dan pabrik kerupuk sebagai bahan bakar. Meskipun ada beberapa dampak positif yang diterima oleh warga desa dengan adanya sampah plastik, Nina terus melakukan kampanye menyadarkan mereka bahwa sampah plastik lebih banyak memiliki dampak negatif, apalagi bagi lingkungan.

Selain itu, kampanye yang dilakukan oleh Nina juga untuk mendorong pemerintah agar membuat regulasi dengan melarang pemakaian plastik sekali pakai dan menyediakan tempat pengelolaan sampah di desa-desa.

Perlahan, kampanye yang dilakukan Nina mulai membuahkan hasil. Satu regulasi sudah dibuat oleh pemerintah terkait limbah plastik. Dikatakan oleh Nina bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan batas kontaminasi 2 persen dalam sampah kertas.

Bintangi Film Dokumenter Jerman tentang Lingkungan

Salah satu klip dalam film Girls For Future/ Foto: Tangkapan Layar YouTube DW Documentary
Salah satu klip dalam film Girls For Future/ Foto: Tangkapan Layar YouTube DW Documentary

Berkat keberaniannya menulis surat terhadap Presiden AS, Nina kemudian diajak untuk tampil dalam film dokumenter menceritakan perjuangan aktivis lingkungan remaja di empat negara yang berbeda. Film tersebut dibuat oleh sutradara asal Jerman. 

Film yang berjudul Girls For Future ini selain menampilkan Aeshnina Azzahra dari Indonesia, juga menampilkan remaja dari Australia, India, dan Afrika dengan masalah-masalah lingkungan berbeda namun tetap berdampak pada perubahan iklim.

Dari film yang diproduksi orang Jerman ini lah Nina memutuskan menulis surat untuk pemerintah Jerman agar mereka tidak mengirim sampah plastik lagi ke Indonesia.

Diundang ke Konferensi Perubahan Iklim di Skotlandia

Klip ketika Nina berkampanye tentang masalah sampah plastik di SMPnya/ Foto: Tangkapan Layar YouTube DW Documentary
Klip ketika Nina berkampanye tentang masalah sampah plastik di SMPnya/ Foto: Tangkapan Layar YouTube DW Documentary

Konferensi yang diselenggarakan oleh PBB ini bernama COP 26 (United Nations Climate Change Conference) berlokasikan di Glasgow, Skotlandia pada November 2021 lalu. Nina diundang untuk menonton film dokumenter yang dibintanginya bersama tiga remaja lainnya.

Seusai film diputar, Nina mendapatkan antusias positif dari penonton, media, dan aktivis lainnya yang juga hadir dalam konferensi tersebut. Selain itu, dirinya juga memamerkan karya seni yang dibuat dari sampah plastik impor. Tertulis juga kalimat, “Stop export trash to Indonesia,” dalam karya seninya.

Aeshnina mempunyai berbagai pencapaian yang luar biasa di usianya yang baru 15 tahun. Saat ini dirinya memasuki jenjang MA dan dikutip dari akun Instagramnya @aeshnina, dia juga akan berusaha untuk mengajak sekolahnya mengurangi pemakaian plastik sekali pakai. 

Apakah kisah tentang Aeshnina Azzahra di atas menginspirasi Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE