Lebih dari Sekadar Mahkota, Ini Sejarah Panjang Obsesinya Filipina pada Ajang Kecantikan
Di Filipina, kontes kecantikan bukan sekadar ajang adu paras, ia telah menjelma jadi bagian dari identitas nasional, layaknya olahraga atau festival budaya. Dari perkampungan kecil hingga panggung dunia seperti Miss Universe, antusiasme masyarakat Filipina terhadap pageant seakan tak pernah surut.
Namun di balik gemerlap gaun dan mahkota, tersimpan sejarah panjang, penuh dinamika sosial, politik, hingga pencarian jati diri bangsa. Mengapa begitu banyak orang Filipina begitu terobsesi dengan ratu kecantikan?
Yuk, selami lebih jauh bagaimana mahkota menjadi simbol harapan, kebanggaan, dan bahkan perjuangan bagi negeri kepulauan ini.
Pageant adalah 'Olahraga Nasional' Kedua
Beauty pageant/ Foto: Instagram.com/philippinepageantry
Mungkin terdengar berlebihan, tapi percayalah, di Filipina, kontes kecantikan punya tempat yang tak kalah penting dari pertandingan tinju Manny Pacquiao. Dari panggung Miss Universe hingga Miss Earth, antusiasme rakyat Filipina begitu membara.
Di malam final, stasiun televisi nasional akan menyiarkan langsung jalannya kompetisi, dan warganya akan berkumpul layaknya nonton bersama final sepak bola. Bahkan, kemenangan kontestan bisa dirayakan dengan parade seperti pahlawan pulang dari medan perang.
Akar Budaya dan Sejarah Kolonial
Potret Pemenang Manila Carnival Kontes Kecantikan Filipina Tahun 1927/Foto: ortigasfoundationlibrary.com.ph
Obsesinya bukan tanpa sejarah. Pada masa penjajahan Spanyol, ajang-ajang kecantikan digelar dalam festival keagamaan yang disebut “fiestas”, gunanya untuk memilih "reyna" atau ratu yang mewakili nilai dan kebajikan. Tradisi ini berlanjut bahkan setelah Filipina merdeka, berubah dari sekadar tradisi lokal menjadi panggung nasional yang glamor.
Saat Amerika mengambil alih pemerintahan kolonial, konsep kontes kecantikan ala Barat pun masuk. Ajang seperti “Carnival Queen” di awal abad ke-20 menjadi cikal bakal kontes nasional Miss Philippines. Maka, bisa dibilang pageant di Filipina adalah warisan sejarah, campuran antara warisan kolonial dan semangat lokal yang berkembang.
Simbol Harapan dan Empowerment
Simbol Harapan dan Empowerment/ Foto: Instagram.com/catriona_gray
Di balik gemerlapnya, banyak orang Filipina melihat ajang kecantikan sebagai simbol harapan, jalan untuk keluar dari kemiskinan, mengangkat nama daerah, bahkan negara. Para ratu bukan sekadar pemenang, mereka adalah duta budaya, advokat sosial, bahkan inspirasi bagi generasi muda.
Nama-nama seperti Pia Wurtzbach, Catriona Gray, dan Megan Young bukan hanya dikenal karena mahkota di kepala mereka, tapi karena kontribusi mereka di bidang sosial, pendidikan, hingga diplomasi budaya. Catriona Gray, misalnya, dikenal aktif dalam isu kemiskinan anak-anak di Tondo, Manila.
Industri Kecantikan yang Serius
Industri Kecantikan yang Serius/Foto: philstar.com
Di balik layar, Filipina punya ekosistem “pageant camp” yang tak main-main. Para calon ratu dilatih selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, mulai dari catwalk, public speaking, makeup, hingga menjawab pertanyaan politik internasional. Camp-camp seperti Aces & Queens atau Kagandahang Flores jadi tempat lahirnya para juara dunia.
Mengapa begitu banyak energi dicurahkan ke kontes kecantikan? Karena bagi rakyat Filipina, kemenangan di panggung dunia bukan sekadar estetika, melainkan sebuah pengakuan. Di tengah tantangan ekonomi dan politik, mahkota Miss Universe bisa menjadi representasi global bahwa Filipina punya daya saing, kecerdasan, dan keanggunan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!