Lesti Kejora-Rizky Billar Damai: Ini Alasan Korban KDRT Pilih Bertahan dan Memaafkan, Jangan Asal Judge!

Camellia Quinita Ramadhani | Beautynesia
Kamis, 20 Oct 2022 12:00 WIB
Lesti Kejora-Rizky Billar Damai: Ini Alasan Korban KDRT Pilih Bertahan dan Memaafkan, Jangan Asal Judge!
Lesti Kejora dan Rizky Billar/Foto: Ahsan/detikcom

Klarifikasi demi klarifikasi tersiar perihal keputusan Lesti Kejora mencabut laporan dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan suaminya, Rizky Billar. Video konferensi pers hingga akun media sosial keduanya masih terus dibanjiri komentar warganet. Terutama dengan berdamainya Lesti dan Rizky Billar, publik terpecah menjadi kubu pro dan kontra.

Jumlah mereka yang justru mem-bully keputusan damai ini tak sedikit. Mulai dari penggemar dan publik figur, seolah menunjukkan sudah hilangnya rasa segan kepada Lesti. Publik bahkan berani berasumsi bahwa pertikaian Lesti dan Rizky Billar hanyalah drama untuk meningkatkan popularitas mereka semata. 

Namun, terlepas dari asumsi publik, korban KDRT memang cenderung memiliki mentalitas yang memungkinkan mereka untuk enggan meninggalkan hubungan yang sudah penuh kekerasan. Laman ifstudies.org bersama peneliti Jaclyn Cravens dan Rola Aamar telah melakukan penelitian tentang alasan perempuan korban KDRT bertahan dengan pelaku. Hasilnya, terdapat 8 alasan yang paling sering jadi pertimbangan bagi korban KDRT untuk bertahan.

Alasan Korban KDRT Bertahan dengan Pelaku

jenis-Jenis KDRT yang Pelru Diketahui Sebelum Menikah/Foto: Pexels/Karolina GrabowskaAlasan korban KDRT bertahan dengan pelaku/Foto: Pexels/Karolina Grabowska

Alasan pertama adalah adanya distorsi pikiran korban yang membuat korban bingung membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Korban dipenuhi keraguan karena pelaku juga melecehkan, merendahkan, atau menuduh korban sebagai pihak yang menyebabkan pertikaian. Akibatnya, perempuan bisa menyalahkan diri sendiri, putus asa, dan akhirnya menerima perlakuan pelaku kepadanya.

Alasan kedua adalah anggapan telah rusaknya harga diri. Sekian banyak perempuan yang menjadi sampel penelitian menyatakan bahwa pengalaman mereka dilecehkan, direndahkan, atau dipukuli menjadikan mereka yakin bahwa mereka tidak berharga dan pantas mendapat perlakuan kasar tersebut.

Alasan ketiga adalah karena ketakutan. Perempuan merasa terancam keselamatannya karena pelaku bisa jadi menggunakan ancaman fisik atau emosional untuk mengontrol korban sehingga ia merasa terjebak dalam situasi yang sulit. 

Alasan ke-empat adalah adanya perasaan ingin membantu atau menyelamatkan pasangan dengan harapan korban bisa mengubah pasangan. Mereka merasa bahwa kesetiaan mereka kepada pelaku adalah bentuk kekuatan dan jiwa yang mulia.

Parent is holding her little girls arm and is about to use violence. Representing child abuse and domestic violence.Ilustrasi KDRT/ Foto: Getty Images/iStockphoto/simarik

Alasan kelima, perempuan dalam rumah tangga yang mengandung KDRT biasanya tak ingin pisah karena ingin melindungi anaknya. Ia ingin sang anak tidak kehilangan sosok ayah dan harus beradaptasi dengan keluarga yang tidak utuh. Oleh karena itu, bertahan adalah cara untuk menjaga perasaan anak dan mengorbankan kenyamanan diri sendiri.

Alasan keenam adalah karena distorsi nilai-nilai keluarga, agama, maupun budaya. Banyak perempuan yang merasa bahwa perpisahan adalah aib dan membuat mereka membawa cela seumur hidup. Maka mempertahankan hubungan dengan pelaku adalah salah satu bentuk ketaatan dan menjaga nama baik keluarga.

Alasan berikutnya adalah karena kendala keuangan. Perempuan yang biasa menggantungkan keuangan kepada pasangan cenderung tidak mau berpisah karena takut kehilangan arah dan gak bisa bertahan hidup.

Alasan terakhir yaitu adanya peran pelaku dalam mengisolasi korban. Taktik umum oleh pelaku kekerasan biasanya adalah memanipulasi korban dengan memisahkan mereka dengan keluarga dan teman agar bisa leluasa mempengaruhi korban.

Lesti Kejora Dibully/Foto: Detik/Ahsan
Lesti Kejora/Foto: Detik/Ahsan

Dari kedelapan alasan tersebut, Lesti sempat menyebutkan dalam satu konferensi pers bahwa salah satu alasannya bertahan adalah karena ada anak yang harus dibesarkan dengan baik dan bagaimanapun Rizky Billar adalah ayah kandung dari anak semata wayangnya. Tak sedikit netizen yang beranggapan bahwa Lesti sedang mengalami posisi sulit antara mempertahankan keluarga untuk anak atau mengambil langkah tegas untuk Rizky Billar.

Lesti Kejora Dibully Karena Cabut Laporan KDRT, Aktivis: Fokus pada Kasus, Bukan Individu!

Lesti Kejora dan Rizky Billar

Lesti Kejora dan Rizky Billar/Foto: Instagram/@lestykejora

Komentar Pro dan Kontra

Para warganet memiliki dua opini berseberangan. Beberapa orang menyayangkan keputusan Lesti bahkan tak segan memberikan komentar menohok di unggahan yang memberitakan Lesti dan Rizky Billar. 

Namun di sisi lain, masih ada juga warganet yang berupaya menguatkan Lesti.

"Setiap orang punya keputusan sendiri-sendiri, jadi harus dihargai," ujar akun @rend****

"Dia hanya mempertahankan rumah tangganya. Tapi orang-orang pingin dia pisah," timpal akun @rob****

Lesti Kejora Dibully/Foto: Detik/Ahsan
Lesti Kejora Dibully/Foto: Detik/Ahsan

Melihat reaksi publik yang turut memanas, Poppy Diharjo sebagai aktivis yang aktif dalam menyuarakan hak-hak perempuan dan menjadi pendamping psikososial korban tindak kekerasan mengungkap bahwa persoalan KDRT adalah perkara yang kompleks bagi korban. Ketika dihubungi oleh tim Beautynesia, Poppy menegaskan bahwa penghakiman netizen adalah sebuah ironi karena justru menjadikan Lesti korban dua kali, yakni korban KDRT dan korban bullying. Apapun keputusan korban, seharusnya masyarakat ingat bahwa itu adalah hak prerogatif korban yang melalui serangkaian proses rumit, bukan sekadar main-main dengan hukum.

"Dan ingat kalau ini bukan tentang kita, tapi setidaknya ini bisa jadi pengingat buat kita bahwa kasus KDRT itu kompleks. Walau bukti ada, ini ada, itu ada, semua yg bisa membuat orang ini masuk penjara itu ada, namun yang sering kali kita lupakan adalah aspek mental, psikologis, baik korban maupun orang terdekat korban," terang Poppy. 

Poppy juga mengingatkan masyarakat untuk tidak gagal fokus pada individunya, tapi pada penanggulangan kasus KDRT secara umum di Indonesia. Sehingga, rasanya tidak perlu ada aksi bully kepada Lesti apapun yang ia putuskan. 

Terlepas dari berbagai pendapat, kita harus ingat bahwa Lesti adalah korban kekerasan yang saat ini butuh dukungan. Sebagai sesama perempuan, kita harus fokus membantu dan menguatkan, bukan malah semakin menjatuhkan.

Bagaimana pendapatmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.