Loud Quitting Jadi Tren Baru di Dunia Kerja, Lebih Bahaya daripada Quiet Quitting! Apa Itu?

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Jumat, 11 Aug 2023 17:00 WIB
Loud Quitting Jadi Tren Baru di Dunia Kerja, Lebih Bahaya daripada Quiet Quitting! Apa Itu?
Loud Quitting Jadi Tren Baru di Dunia Kerja, Lebih Bahaya daripada Quiet Quitting! Apa Itu?/Foto: freepik.com

Ada banyak istilah di dunia kerja yang mungkin telah sering kamu dengar, mulai dari quiet quitting, bare minimum Mondays, hingga acting your wage. Kesamaan dari istilah-istilah itu adalah karena adanya hubungan yang kurang baik antara pekerja dan pemimpin perusahaan yang memicu kemunculan sikap tersebut.

Baru-baru ini, muncul pula istilah lain yang tak kalah populernya dibandingkan quiet quitting, yakni loud quitting. Bahkan dilansir dari Forbes, loud quitting ini lebih berbahaya daripada quiet quitting!

Dipicu Kurangnya Keseimbangan antara Kehidupan Profesional-Personal

Stres Kerja/ Foto: Freepik.com/ pressfotoIlustrasi/Foto: Freepik.com/ pressfoto

Satu dari lima pekerja melakukan loud quitting, menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh Gallup. Ini adalah bagian dari tren penarikan diri dan ketidakpuasan yang ditunjukkan oleh para golongan pekerja kepada perusahaan.

Keputusan untuk menunjukkan kepada banyak orang bahwa mereka tidak puas dengan perusahaan biasanya adalah sebuah usaha balas dendam atau protes. Selain itu, tindakan ini biasanya dilakukan karena pekerja tidak lagi bisa merasakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan personal.

Kekacauan dalam Perusahaan

Jangan Keburu Stres dan Frustasi, Berikut Tips Bekerja dengan Rekan Perfeksionis/pexels.com/@rodnae productionIlustrasi/Foto: Pexels.com/@rodnae production

Perilaku yang ditunjukkan oleh pelaku loud quitting, tentu, akan memberikan dampak negatif terhadap perusahaan. Pekerja yang melakukan loud quitting ini bisa saja meninggalkan perusahaan secara mendadak, menimbulkan keributan di depan umum, mengunggah komentar buruk secara daring, menolak mengerjakan tugas yang diberikan, dan melakukan tindakan lain yang bertujuan untuk mengganggu ataupun menyabotase perusahaan.

Tindakan berbahaya yang dilakukan oleh pelaku loud quitting ini akan menghancurkan moral dan produktivitas sehingga berdampak pada tradisi dan reputasi perusahaan. Jika dibiarkan berkelanjutan, gangguan ini akan membuat perusahaan kehilangan orang-orang berbakat dan meningkatkan beban kerja bagi pekerja yang tersisa.

Gallup melaporkan bahwa tren penarikan diri di dunia kerja ini merugikan perekonomian negara hingga 8,8 triliun USD.

Loud Quitting Jadi Tren Baru di Dunia Kerja, Lebih Bahaya daripada Quiet Quitting!

Stres Kerja/ Foto: Freepik.com/ pressfoto

Loud Quitting Jadi Tren Baru di Dunia Kerja, Lebih Bahaya daripada Quiet Quitting! Apa Itu?/Foto: Freepik.com/ pressfoto

Langkah yang Perlu Diambil oleh Pemimpin

Karakter Pemimpin dengan Kepercayaan Diri Tinggi/Foto: Freepik.com/tirachardzIlustrasi/Foto: Freepik.com/tirachardz

Tentu, dengan keadaan yang kacau seperti itu, orang yang berada di jajaran pemimpin harus segera mengambil tindakan. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh pihak manajemen adalah secara rutin meminta umpan balik dan mendengarkan opini dari para karyawan agar bisa memahami alasan mereka menarik diri.

Perusahaan juga harus memprioritaskan kesejahteraan pekerja dan menawarkan dukungan serta sumber daya untuk menyokong kesehatan mental mereka. Para pemimpin perlu mengambil langkah tepat untuk membangun kepercayaan diri dari bawahannya di lingkungan kerja.

Pemimpin harus menghargai dan menunjukkan apresiasinya kepada karyawan yang berprestasi di depan publik. Dengan langkah ini, diharapkan pekerja bisa kembali menunjukkan loyalitas kepada organisasi. Meskipun begitu, beberapa orang yang memang benar-benar toksik harus disaring dan diakhiri masa kontrak kerjanya.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE