Memahami Cancel Culture dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 27 Feb 2024 22:30 WIB
Mengapa Seseorang Melakukan Cancel Culture?
Mengapa Seseorang Melakukan Cancel Culture?/Foto: freepik.com

Istilah cancel culture kini semakin marak digunakan, terutama oleh netizen di media sosial. Cancel culture adalah aksi boikot terhadap seseorang sebagai cara untuk mengungkapkan ketidaksetujuan dan memberikan tekanan sosial.

Biasanya, cancel culture ini diberikan kepada publik figur yang terlibat skandal. Aksi ini biasanya sering digaungkan di media sosial, seperti X (dulu Twitter) dan Instagram. Tak hanya publik figur, baru-baru ini beberapa brand atau merek di dunia mengalami cancel culture dari netizen.

Menurut psikolog klinis dewasa Utari Krisnamurthi cancel culture bisa terjadi ketika value atau nilai yang dipegang individu tidak lagi sejalan dengan individu atau grup lain.

"Apa yang terjadi ketika brand yang kita gunakan atau kita follow valuenya sudah tidak sama? Akan ada dua kemungkinan, pertama ada individu yang kalau beda value akan tetap follow brand itu di media sosial, dan tetap membeli produknya," ujar Utari Krisnamurthi dalam acara Female Daily Future of Beauty Summit 2024 di The Westin Jakarta, Senin (26/2).

"Kedua, ada juga kelompok yang berpegang teguh sama valuenya, jadi begitu valuenya sudah berbeda, individu ini tidak akan berhubungan lagi dengan brand bersangkutan. Ini lah asalnya cancel culture," papar Utari.

Mengapa Seseorang Melakukan Cancel Culture?

Bermain sosial media/Foto: freepik.com

Mengapa Seseorang Melakukan Cancel Culture?/Foto: freepik.com

Lantas, apa alasan seseorang melakukan cancel culture?

"Menurut sebuah penelitian di 2020, ada dua alasan mengapa seseorang melakukan cancel culture. Pertama, sebagai bentuk punishment atau hukuman terhadap seseorang yang memang pantas menerimanya. Kedua adalah memberikan individu yang bersalah atau yang di-cancel tanggung jawab," papar Utari.

Menurut Utari, di Indonesia, kedua alasan tersebut bercampur menjadi yang namanya sanksi sosial.

"Kalau valuenya sudah berbedam bisa jadi akan ada cancel culture," tutur Utari.

Dampak Cancel Culture terhadap Kesehatan Mental

Hindari kalimat menyuruh penderita depresi untuk terus berpikir positif (penderita depresi/Foto: pexels.com/Liza Summer)

Dampak Cancel Culture terhadap Kesehatan Mental/Foto: pexels.com/Liza Summer

Cancel culture bisa memengaruhi kesehatan mental individu yang terdampak. Menurut Utari, cancel culture sebenarnya serupa dengan bullying.

"Dampak cancel culture terhadap kesehatan mental seseorang bisa berupa anxiety, depresi, low self-esteem, terisolasi dari pergaulan, dan yang paling parah adalah suicide attempt atau percobaan bunuh diri," ungkap Utari.

Ketika kita atau orang yang kita kenal mengalami cancel culture, apa yang bisa dilakukan?

"Pertama, try to accept it atau cobalah menerima apa yang terjadi," papar Utari. Seseorang mungkin akan berpikir "what if" atau bagaimana jika usai mengalami cancel culture, dan ini adalah respon otomatis.

Namun, menurut Utari, berpikir "bagaimana jika" hanya akan membuat seseorang menjadi semakin cemas. Oleh karena itu, cobalah untuk menyingkirkan pikiran itu dan menerima situasi yang terjadi.

"Kemudian, bisa melakukan self affirmation, seperti, 'It's okay to have have different opinion and perspective', lalu jangan lupa untuk take a pause, nggak reaktif dengan apa yang terjadi di sekitar dan belajar dari kesalahan serta mendengarkan nasihat dari orang-orang yang penting di hidup kita," ungkap Utari.

"Dan yang tak kalah penting juga, seek professional help if needed," tutup Utari.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE