Mengenal Hikikomori Syndrome, Samakah dengan Agoraphobia? Ini Penjelasannya!
Pernahkah mendengar istilah 'hikikomori'? Ya, ternyata istilah ini sangat populer dan melekat di masyarakat Jepang. Sebagaimana kita tau, fenomena masyarakat jepang yang lebih memilih menarik diri dari lingkungan sosial sudah mendunia. Kejadian inilah yang memicu munculnya istilah hikikomori.Â
Lantas, sebenarnya apa sih hikikomori itu? Apakah hikikomori sama dengan agoraphobia? Penasaran? Yuk simak ulasannya!
Apa itu Hikikomori
![]() Hikikomori salah satu gangguan kesehatan mental yang pernah menggemparkan Negeri Sakura, Jepang/Foto: pexels.com/Kat Smith |
Pada tahun 1970an, hikikomori syndrome sudah merebak di negara Jepang. Hikikomori adalah kata dalam bahasa Jepang yang menggambarkan suatu kondisi seseorang yang mengalami isolasi diri. Lebih tepatnya mengasingkan diri dari lingkungan sosialnya secara berlebihan.
Melansir Jurnal Frontiers in Psychiatry bertajuk 'Internet Addiction, Hikikomori Syndrome, and the Prodromal Phase of Psychosis', gangguan hikikomori kerap menyerang seseorang pada usia remaja hingga dewasa. Penderita ini cenderung menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain bahkan keluarga.
Selain itu, hanya berdiam diri di rumah dan kamar dalam hitungan bulan bahkan tahunan. Setidaknya mereka menjauhkan diri dari kehidupan sosial dalam kurun waktu 6 bulan. Mereka hanya akan keluar sesekali saja.
Sikap yang ditunjukkan oleh penderita hikikomori sempat dikaitkan dengan kecanduan seseorang terhadap internet. Namun ternyata efek penggunaan internet baik secara intens maupun tidak, tidak memberikan pengaruh yang cukup besar.
Ternyata hikikomori pun masih ambigu untuk disebut penyakit. Sebab Asosiasi Psikiater Amerika Serikat tidak mencantumkan hikikomori sebagai penyakit dalam The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Asosiasi Psikiater Amerika Serikat rupanya menjadi acuan para psikiater dalam mengidentifikasi suatu penyakit/gangguan jiwa.Â
Nama Hikikomori Dicetuskan oleh Psikolog Jepang
Ya, ternyata istilah hikikomori dicetuskan oleh psikolog Negeri Sakura yaitu Tamaki Saito. Psikolog ini mengartikan hikikomori adalah mengasingkan diri dengan tidak mengikuti kegiatan sosial.Â
Tak hanya berbakat di bidang psikologi, Saito juga pandai menulis. Dia menuliskan istilah 'hikikomori' dalam bukunya bertajuk 'Social Withdrawal Adolescence Without End'. Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1988.
Penyebab Seseorang Alami Hikikomori
Munculnya hikikomori bisa disebabkan karena perlakuan sosial yang dialami orang tersebut hingga membuatnya trauma. Perlakuan itu seperti bullying hingga stress karena tuntutan kerja atau lingkungan.
Dilansir dari Jurnal Japanology bertajuk 'Analisis Penyebab Hikikomori Melalui Pendekatan Fenomenologi', setidaknya ada 2 hal yang menjadi pemicu utama seseorang mengalami hikikomori.
Pertama, faktor keluarga. Faktor ini bisa dibilang cukup rentang dan menjadi pemicu utama. Faktor keluarga diartikan tentang adanya hubungan orang tua dengan anak, baik terlalu erat atau tuntutan orang tua.Â
Di Jepang, seseorang yang mengalami hikikomori justru diberikan ruang oleh keluarganya untuk menyendiri dan mendukung aksi tersebut. Bagi masyarakat Jepang hikikomori adalah aib yang harus ditutupi. Sehingga ketika salah satu keluarganya menderita hikikomori, maka penderita akan semakin dijauhkan dari masyarakat. Alhasil penderita terlanjur nyaman dengan keadaan itu.
Seharusnya keluarga membantu dalam penyembuhan dan memberi dorongan kepada penderita untuk bisa kembali membaur dengan lingkungan sekitar.
Kedua, faktor individu. Depresi yang dialami seseorang bisa memicu terjadinya hikikomori. Terlalu banyak tuntutan dan tekanan yang harus dicapai, membuatnya berada di titik jenuh, stress, dan depresi. Pada titik itulah mereka merasa hikikomori menjadi jalan terbaik baginya.
Hikikomori Mirip dengan Agoraphobia?
Ilustrasi seseorang yang mengalami hikikomori yaitu dengan berdiam diri di rumah/Foto: pexels.com/Pixabay
Samakah Hikikomori dengan Agoraphobia?
Menurut Mayo Clinic, gejala seseorang yang mengalami hikikomori dengan agoraphobia mirip. Kok bisa? Sebab keduanya adalah tipe gangguan kecemasan, di mana pelaku merasa takut, sering menghindari tempat atau situasi yang bisa membuatnya panik, merasa terjebak, tak berdaya, atau memalukan.
Sejauh ini kesehatan mental menjadi isu yang jarang dibicarakan oleh Jepang. Bagi Negeri Sakura, isu tersebut merupakan aib terutama untuk masyarakat kalangan atas. Oleh karena itu, banyak kasus tentang hikikomori yang tidak dilaporkan dan membuat orang tersebut hilang bak ditelan bumi.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
