Mengintip Indahnya Pesona Hutan Perempuan di Jayapura, Pria Dilarang Masuk!
Beauties, tahukah kamu? Di Indonesia terdapat sebuah hutan “cantik”. Benar, kata cantik tersebut tidak hanya merujuk pada keindahan yang ditawarkan oleh hutan yang terletak di timur Indonesia tersebut. Akan tetapi, sumber daya alam itu dijaga dan dipelihara oleh sekumpulan perempuan-perempuan hebat yang berusaha mempertahankan keasrian lingkungan mereka jauh dari eksploitasi alam yang kian marak.
Kampung Enggros, Distrik Abepura, Jayapura, Papua, merupakan saksi petualangan para perempuan yang tidak kenal takut kala menyelami lautan biru untuk memperoleh “berkat”. Melimpahnya sumber daya yang dianggap berkat tersebut oleh mereka, merupakan peran dari hutan bakau yang selama ini mereka jaga. Hutan tersebut bernama “Hutan Perempuan”.
Yosmincee Hanasbey atau yang akrab disapa Mama Yos, merupakan salah satu tokoh masyarakat dan penggerak perempuan pada kampung tersebut dalam melestarikan Hutan Perempuan. Konsitensi dan ketekunan Mama Yos dan para perempuan di kampung tersebut dalam menjaga hutan, turut menarik atensi para pegiat lingkungan.
Bahkan, kisah Hutan Perempuan menjadi salah satu bagian dalam film dokumenter Semes7a. Film yang turut andil digarap oleh aktor Indonesia terkemuka, Nicholas Saputra, membawa penonton hanyut dalam keberanian dan kegigihan perempuan Hutan Bakau yang keberadaannya merupakan “syukur” di tengah ancaman eksploitasi oleh berbagai pihak.
Hutan Perempuan/Foto: detik/Gusti Tanati/ Foto: Syalma Namira |
Bukan sembarang hutan, dalam proses pengambilan sumber daya laut dan prosesi mengunjungi hutan, diperlukan “ritual” yang sakral dan melibatkan pemuka agama di Kampung Enggros. Menurut Mama Yos, hal tersebut dilakukan sebagai pengingat bahwa keberadaan Hutan Perempuan merupakan sumber daya alam yang “suci” dan tidak boleh sembarang mengambil sumber daya apalagi melakukan pengambilan secara besar-besaran atau eksploitasi.
“Namanya Tonotwiyat, Tonot artinya hutan. Wiyat artinya mengajak pergi ke hutan bersama mencari bia (kerang). Tradisi ini dilakukan oleh perempuan dan sudah ada sebelum 1850,” tutur Mama Yos.
Kawasan Khusus Perempuan, Pria Dilarang Masuk!
![]() Hanya perempuan yang boleh beraktivitas di sini/Foto:news.detik.com/Gusti Tanati |
Prosesi Tonotwiyat tidak hanya menjadi kegiatan ekonomi dan memenuhi kebutuhan pangan. Lebih dari itu, para perempuan ini menjadikan ajang berburu hasil lautan sebagai upaya pendekatan emosional mereka. Menurut Mama Yos, banyak dari perempuan bertukar dan berbagi pengalaman mengenai kehidupan pernikahan, ketakutan, hingga hal-hal yang mereka tidak bisa ceritakan pada suami ataupun keluarga mereka. Di Para-Para, tempat berkumpul perempuan sebelum Tonotwiyat, menjadi saksi dari perjalanan para perempuan Kampung Enggros.
Ketika berburu dan menyelam, mereka tidak ragu melepaskan helai kain mereka. Hal tersebut lah sebagai salah satu alasan pria tidak boleh memasuki kawasan ini apapun alasannya. Kembali mengarungi lautan dengan “berkat tubuh” yang dianugerahi Tuhan kepada mereka menjadikan proses Tonotwiyat turut menjadi rangkaian ibadah bagi mereka.
Tonotwiyat Tradisi Memperoleh “Berkat Tuhan” dengan Menyelam dan Mengolah Hasil Berburu
![]() Pemandangan Kampung Enggros dari Atas/ Foto:news.detik.com/Gusti Tanati |
Kegiatan Tonotwiyat sama halnya seperti aktivitas yang dilakukan nelayan pada umumnya. Mama Yos yang memimpin jalannya berburu yang diawali dengan doa bersama pendeta pada satu hari sebelumnya, menggunakan peralatan berburu sederhana. Hal tersebut dilakukan guna menjaga ekosistem laut agar tidak rusak, terutama pada terumbu karang.
Penggunaan racun hingga bahan peledak sangat dilarang. Tonotwiyat pun juga tidak menganjurkan mengambil hasil laut sebanyak-banyaknya. Berapapun jumlah yang diperoleh bagi mereka sudah merupakan berkat dan sisanya merupakan sumber daya yang perlu dijaga kembali kelestariannnya agar tidak mengalami kepunahan.
Hasil berburu seperti kerang, udang, ikan, dan kepiting, kemudian ditimbang dan dihitung guna diperjualbelikan. Sehingga, kegiatan ini menjadi aktivitas yang dapat membantu perempuan Kampung Enggros dalam memperoleh mata pencaharian.
Hutan Perempuan menjadi bukti bahwa perempuan memiliki daya juang dan otoritas dalam hidupnya, sebuah kisah yang dapat dicontoh dan memotivasi perempuan Indonesia. Bagaimana Beauties, tertarik untuk mengunjungi Hutan Perempuan?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Hutan Perempuan/Foto: detik/Gusti Tanati/ Foto: Syalma Namira
