Menilik Bias Gender Sebagai Bentuk Nyata Ketidakadilan Gender, Perempuan Kerap Dirugikan!
Bias gender merupakan asumsi yang dibangun oleh masyarakat bahwa satu jenis kelamin lebih baik dibandingkan dengan jenis kelamin yang lain. Hal ini mengakibatkan ketidakadilan gender terjadi di masyarakat.
Beberapa budaya dan tradisi menganggap bahwa perempuan tidak lebih baik daripada pria. Pria dianggap memiliki kecakapan teknis yang lebih baik daripada perempuan, yang dianggap lemah dan ketergantungan. Pria dianggap memiliki tingkat kognisi yang lebih baik daripada perempuan, pria dianggap memiliki kemampuan bertahan hidup dan menghadapi masalah lebih baik di atas perempuan.
Pernahkah kamu mendengar anggapan tersebut, Beauties?
![]() Bias Gender Muncul Akibat Asumsi Bahwa Perempuan Tidak Memiliki Kompetensi yang Lebih Baik Daripada Pria/Foto: Freepik.com |
Dilansir dari laman One World Education, bias gender mengakibatkan perempuan kerap menjadi kelas kedua, tidak menjadi prioritas pertimbangan, dan kerap diremehkan. Hal ini berdampak pada perbedaan fungsi gender dalam masyarakat. Perempuan sebagai makhluk kelas kedua kerap diberi tanggung jawab berupa perawatan dan pengasuhan yang lekat dengan fungsi reproduksinya, yakni melahirkan.
![]() Bias Gender Mengakibatkan Asumsi Tentang Fungsi Pengasuhan dan Perawatan Hanya Merupakan Tugas Perempuan/Foto: Freepik.com |
Ketika perempuan sibuk mengerjakan hal-hal domestik, pria memiliki akses dan keleluasaan untuk bekerja dan berkarier. Hal ini bisa memicu ketergantungan finansial dan ekonomi dari perempuan terhadap pria.
Ketergantungan menciptakan hak istimewa berupa pelayanan. Perempuan cenderung dianggap menjadi 'pelayan' bagi pria di wilayah domestik. Kondisi ketergantungan juga rentan memposisikan perempuan sebagai objek milik pria yang bebas untuk diperlakukan sebagaimana asumsi pria dalam memandang fungsi perempuan di wilayah domestik.
Bias Gender Sebagai Bentuk Nyata Ketidakadilan Gender
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Panupong Piewkleng
Tanggung jawab perawatan dan pelayanan pun masih akan tetap dialami oleh perempuan yang bekerja. Tanggung jawab perawatan dan pelayanan seakan menjadi syarat utama jika perempuan ingin bekerja, di mana ia masih harus tetap menjalankan peran domestiknya secara bersamaan.
Bias gender memicu persoalan baru berupa beban ganda. Beban ganda merupakan persoalan sosial yang mengakibatkan penindasan bagi perempuan di sektor ekonomi dan domestik.
![]() Meskipun Perempuan Merupakan Seorang Tulang Punggung Keluarga, Namun Ia Tetap Harus Menjalankan Fungsinya Sebagai Penjaga dan Perawat di Wilayah Domestik/Foto: Freepik.com |
Beban ganda mengakibatkan perempuan yang memiliki tugas sebagai tulang punggung keluarga diharuskan membagi waktu untuk merawat anak, melayani suami dan keluarga. Sedangkan pria cenderung dibebastugaskan dari peran domestik penjagaan dan perawatan baik ketika ia dalam kondisi sebagai tulang punggung keluarga maupun tidak.
Melibatkan pria dalam kerja domestik memang bukan hal tabu di masa sekarang, namun belum menjadi hal yang dilakukan oleh mayoritas kalangan masyarakat. Bahkan, pria yang melakukan tugas domestik seperti merawat anak dan melakukan pekerjaan rumah seperti memasak dan membersihkan rumah masih dianggap sebagai pria yang tidak memiliki kompetensi.
Hal yang dapat dilakukan saat ini adalah berkampanye dan berdialog tentang pentingnya keterlibatan pria atau suami dalam kegiatan domestik bersama perempuan atau istri serta menerapkan tipe pola asuh terhadap anak yang tidak bias gender.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!


