Menurut Ahli, 5 Masalah Kesehatan Mental Ini Kerap Dialami oleh Remaja

Nisrina Salsabila | Beautynesia
Kamis, 19 Oct 2023 10:30 WIB
Menurut Ahli, 5 Masalah Kesehatan Mental Ini Kerap Dialami oleh Remaja
Masalah kesehatan mental pada remaja/Foto: Freepik.com/freepik

Menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, sebanyak 15,5 juta remaja Indonesia berusia 10-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental. Studi yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada itu juga menyebutkan bahwa satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Sayangnya, ada banyak remaja yang tidak mendapat penanganan yang tepat lantaran minimnya pengetahuan tentang gejala gangguan mental pada remaja. Gangguan kesehatan mental tak boleh disepelekan, loh! Pasalnya, penanganan yang terlambat bisa memperburuk gejalanya hingga memengaruhi kondisi fisik dan kualitas hidup remaja secara signifikan.

Supaya kamu lebih sadar tentang gejala-gejala gangguan mental, inilah beberapa masalah kesehatan mental yang rentan dialami remaja, menurut hasil survei I-NAMHS.

1. Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan/Foto: Freepik.com/mdjaff

Perasaan cemas dan panik wajar dirasakan sesekali oleh remaja. Misalnya saat ia harus berbicara di depan umum atau menghadapi ujian. Namun, ketika rasa cemas seringkali datang secara berlebihan dan tak kunjung reda, kecemasan dapat berkembang menjadi masalah gangguan kecemasan. 

Merujuk UNICEF, cemas adalah perasaan yang timbul ketika kita khawatir atau takut akan sesuatu. Namun, gangguan kecemasan atau anxiety disorder bukanlah kondisi cemas biasa. Hal itu melainkan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, sulit dikendalikan, tidak sebanding dengan bahaya yang sebenarnya, dan dapat berlangsung lama.

Tanda-tanda gangguan kecemasan meliputi:

  • Merasa panik, gugup, takut, atau tegang terus-terusan dan sulit dikendalikan
  • Gelisah dan gemetar
  • Jantung berdebar dan napas cepat
  • Berkeringat berlebihan
  • Sakit kepala dan rasa tidak nyaman di perut
  • Mudah marah
  • Merasa lelah
  • Sulit fokus
  • Sering susah tidur

2. Depresi

Depresi/Foto: Freepik.com/DCStudio

Depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat terus-menerus. Menurut Mayo Clinic, penyakit ini memengaruhi perasaan, pikiran, dan perilaku.

Seseorang akan kesulitan melakukan aktivitas normal sehari-hari dan terkadang ia merasa hidup ini tidak layak untuk dijalani. Sulit untuk bisa lepas begitu saja dari depresi. Meskipun tingkat keparahan gejala depresi bisa berbeda-beda, perubahan emosi dan perilaku mencakup:

  • Gampang marah, tersinggung, khawatir, dan frustrasi pada hal-hal sepele
  • Kerap merasa sedih atau menangis tanpa alasan yang jelas
  • Putus asa atas kehidupan
  • Hilang minat dari aktivitas biasa
  • Menghindari interaksi sosial
  • Merasa diri tidak berharga dan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan
  • Mual, sakit kepala, dan sakit perut
  • Tidak bisa tidur atau malah terlalu banyak tidur
  • Performa buruk atau kehadiran buruk di sekolah
  • Keinginan melukai diri sendiri
  • Sering memikirkan kematian atau bunuh diri

3. Gangguan Perilaku (Conduct Disorder)

Vandalisme salah satu gejala gangguan perilaku/Foto: Freepik.com/freepik

Remaja dengan gangguan perilaku menunjukkan pola perilaku yang penuh kekerasan serta mengabaikan standar aturan sosial. Mereka menganggap tindakan agresi, penipuan, dan pemaksaan sebagai tindakan yang memuaskan. Gangguan perilaku lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

Dikutip dari Nationwide Children’s Hospital, ada empat tipe dasar perilaku yang menjadi ciri gangguan perilaku:

  1. Menyakiti hewan atau orang lain secara fisik, seperti melakukan penyerangan atau pemerkosaan
  2. Melanggar hak orang lain, seperti pencurian atau vandalisme
  3. Berbohong atau manipulasi
  4. Perilaku nakal, seperti membolos atau kabur dari rumah

Para ahli percaya bahwa ada banyak faktor yang berperan dalam gangguan perilaku. Salah satunya yaitu masalah di lobus frontal otak yang mengganggu kemampuan anak dalam membuat rencana, menghindari bahaya, dan belajar dari pengalaman negatif.

Selain itu, faktor-faktor seperti peristiwa traumatis, pelecehan anak, kekerasan, penolakan, atau penelantaran orang tua, genetik, serta masalah sosial membuat anak-anak dan remaja berisiko lebih tinggi mengalami gangguan perilaku.

4. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Anak sulit fokus salah satu gejala ADHD/Foto: Freepik.com/gpointstudio

Merujuk American Psychiatric Asossiation, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ialah gangguan perkembangan saraf yang menyebabkan seseorang kesulitan dalam memperhatikan, mengendalikan perilaku impulsif (bertindak ceroboh tanpa memikirkan akibatnya), atau hiperaktif (menjadi terlalu aktif).

Biasanya penyakit ini pertama kali didiagnosis pada masa anak-anak dan seringkali berlanjut hingga dewasa, sehingga menyebabkan kesulitan di sekolah, di rumah, atau bersama teman. Penyebab ADHD belum diketahui pasti. Namun, ADHD dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Anak-anak dan remaja yang mengidap ADHD memiliki ciri-ciri:

  • Sulit fokus dan mudah teralihkan dari satu aktivitas
  • Sulit memproses informasi dengan cepat
  • Banyak bicara dan mengganggu orang lain
  • Berperilaku hiperaktif dan/atau impulsif
  • Sering gelisah
  • Sulit bergaul dengan orang lain
  • Sering lupa dan kehilangan barang-barang yang dibutuhkan untuk tugas atau kehidupan sehari-hari
  • Sulit menunggu giliran

5. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

PTSD/Foto: Freepik.com/pressfoto

Gangguan stres pasca trauma adalah kelainan yang berkembang ketika seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang menakutkan, mengagetkan, mengerikan, atau berbahaya. Peristiwa traumatis ini biasanya melibatkan situasi di mana nyawa seseorang terancam atau terjadi cedera parah.

Misalnya seperti perang, bencana alam, kekerasan seksual, kekerasan fisik, kematian tak terduga dari orang yang dicintai, atau kecelakaan parah. Tanda-tanda PTSD mungkin dimulai segera setelah peristiwa traumatis terjadi dan kemudian berlanjut selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Mengutip Substance Abuse and Mental Health Services Administration, kebanyakan orang yang mengalami PTSD akan menunjukkan reaksi sebagai berikut:

  • Kilas balik, atau perasaan seperti peristiwa itu terulang kembali
  • Kesulitan tidur atau mimpi buruk
  • Merasa sendirian atau terpisah dari orang lain
  • Kehilangan minat dalam aktivitas
  • Mudah marah
  • Merasa khawatir, terkejut, takut, bersalah, atau sedih
  • Sulit konsentrasi dan mengingat
  • Mengalami nyeri fisik seperti sakit kepala atau sakit perut
  • Menghindari ingatan, pikiran, atau perasaan tentang peristiwa pemicu

Beauties, gangguan kesehatan mental bisa diatasi dengan penanganan yang tepat dan dukungan dari orang-orang sekitar. Bila kamu atau orang yang kamu kenal sedang berjuang atau berada dalam krisis, jangan takut untuk minta bantuan kepada psikolog atau psikiater.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE