Orang Cerdas Jaga Jarak dengan Mereka yang Punya 3 Kebiasaan Ini

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Jumat, 12 Dec 2025 11:30 WIB
Orang Cerdas Jaga Jarak dengan Mereka yang Punya 3 Kebiasaan Ini
Orang Cerdas Jaga Jarak dengan Mereka yang Punya Kebiasaan Ini/Foto: Freepik

Orang cerdas sering kali terlihat selektif dalam memilih orang yang mereka dekati, bukan karena sombong, melainkan karena mereka paham betapa besar pengaruh lingkungan terhadap ketenangan pikiran dan kualitas hidup. Mereka menghargai waktu, energi, dan kedamaian batin mereka sehingga tak ingin menghabiskannya untuk hal-hal yang justru menguras emosi atau membuat mereka stagnan.

Bagi mereka, hubungan sosial bukan sekadar berkumpul untuk memperbanyak kenalan, melainkan tempat untuk bertumbuh, berdiskusi, dan saling memperkaya wawasan. Namun, dilansir dari Your Tango, ada beberapa jenis orang dengan perilaku negatif yang diam-diam membuat mereka membuat orang cerdas menjauh. Yuk, simak lebih dalam untuk tahu orang dengan kebiasaan buruk apa saja yang dimaksud itu!

Selalu Merasa Sebagai Korban

Bagi orang cerdas, memosisikan diri sebagai korban bukan tanda kelemahan, melainkan kebiasaan yang perlu diubah. Mereka memilih menghadapi kenyataan dengan kesadaran penuh. Menyalahkan keadaan hanya memperpanjang penderitaan yang seharusnya bisa dilewati.
Orang cerdas mampu membedakan antara penderitaan yang nyata dan peran korban yang dibuat-buat/Foto: Freepik

Orang cerdas memiliki kepekaan tinggi terhadap perilaku manipulatif, termasuk kecenderungan seseorang untuk selalu berperan sebagai korban. Mereka mampu membedakan antara penderitaan yang nyata dan drama yang sengaja diciptakan untuk menarik simpati. Bagi orang cerdas, menghadapi masa sulit adalah bagian dari proses hidup yang perlu dijalani dengan tanggung jawab alih-alih alasan untuk terus menyalahkan keadaan.

Psikolog klinis Josh Gressel pernah menegaskan bahwa memang ada peristiwa yang begitu buruk hingga bisa membuat seseorang kehilangan arah, dan ada pula individu yang secara emosional lebih rentan menghadapinya. Namun, sebagian besar dari kita sejatinya perlu melanjutkan hidup dan mengambil tanggung jawab atas pilihan serta tindakan yang kita buat. Terjebak dalam peran korban justru menghambat proses pertumbuhan pribadi.

Itulah sebabnya orang cerdas enggan berlama-lama berada di sekitar mereka yang terus-menerus memosisikan diri sebagai korban. Energi negatif seperti itu melelahkan secara emosional dan menghalangi refleksi diri.

Alih-alih belajar dari pengalaman, orang dengan mentalitas korban akan sibuk mencari kambing hitam. Bagi individu cerdas, tidak ada ruang untuk berkembang jika seseorang menolak melihat ke dalam dirinya sendiri.

Menyela dalam Percakapan

Perilaku negatif saat berbicara, seperti menyela orang lain, sering dianggap sepele padahal berpengaruh besar pada hubungan sosial. Orang yang bijak tahu kapan harus diam dan memberi ruang bagi lawan bicaranya. Dari sana, rasa saling menghargai tumbuh dengan sendirinya.

Orang cerdas memahami bahwa mendengarkan adalah bagian penting dari komunikasi yang bermakna/Foto: Freepik

Orang cerdas cenderung mengambil peran sebagai pengamat yang tenang dalam setiap percakapan. Mereka memperhatikan bagaimana orang lain berbicara, bereaksi, dan berinteraksi.

Namun, ada satu hal yang paling cepat mengikis rasa hormat mereka terhadap orang lain, yaitu kebiasaan memotong pembicaraan. Tindakan seperti itu bagi mereka bukan sekadar tanda bahwa individu itu kurang sopan, melainkan juga menunjukkan minimnya kecerdasan emosional dan kepekaan mereka terhadap orang di sekitarnya. Orang yang benar-benar bijak tahu bahwa percakapan yang baik bukan tentang siapa yang paling banyak berbicara, melainkan siapa yang mampu mendengarkan dengan penuh perhatian.

Seperti yang dikatakan oleh pakar hubungan profesional Andy Lopata, percakapan yang sehat mengalir secara alami—dengan berbagai suara yang saling melengkapi, bukan saling menindih. Ketika semua orang berbicara bersamaan, sebagian mungkin melihatnya sebagai tanda antusiasme, tetapi bagi orang yang peka, itu justru mencerminkan hilangnya keseimbangan dalam interaksi.

Orang cerdas sendiri mendengarkan bukan untuk segera merespons, melainkan untuk memahami. Mereka menghargai ruang antara kata-kata, tempat di mana empati dan pemahaman tumbuh.

Ketika seseorang terus memotong ucapan atau menyelesaikan kalimat orang lain, percakapan kehilangan maknanya dan berubah menjadi ajang adu cepat berpikir. Lama-kelamaan, kebiasaan semacam itu membuat orang cerdas enggan berbicara dengannya, karena mereka tahu tak ada gunanya berdialog dengan seseorang yang lebih sibuk menunggu gilirannya berbicara daripada benar-benar mendengarkan.

Menganggap Setiap Perbedaan Pendapat sebagai Serangan Pribadi

Menganggap setiap perbedaan pendapat sebagai serangan pribadi adalah bentuk perilaku negatif yang sering tak disadari/Foto: Unsplash/Vitaly Gariev

Dalam kehidupan, perbedaan pendapat adalah hal yang tak terhindarkan. Orang-orang yang benar-benar cerdas memahami bahwa konflik bukanlah tanda permusuhan, melainkan peluang untuk belajar dan bertumbuh. Mereka menyadari bahwa pandangan yang berbeda dapat membuka sudut pandang baru dan memperkuat hubungan antarmanusia.

Seperti yang dijelaskan oleh psikolog Samantha Stein, otot menjadi kuat karena ditempa oleh latihan ketahanan, demikian pula hubungan akan menjadi tangguh ketika mampu melewati konflik bersama. Kemampuan untuk berdiskusi dan tidak mudah tersinggung melatih kepercayaan serta kedewasaan emosional.

Sebaliknya, mereka yang menganggap setiap ketidaksepakatan sebagai serangan pribadi sering kali merasa lelah dan terperangkap dalam emosi sendiri. Padahal, tidak semua perbedaan pendapat berarti penolakan. Sering kali, perbedaan pendapat justru merupakan bentuk kepedulian dan ruang untuk bertumbuh bersama.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE