Perempuan Korea Selatan Jadi Korban Kasus Pornografi Deepfake di Telegram, Ini Fakta-Faktanya

ALMIRA WIJI RAHAYU | Beautynesia
Senin, 02 Sep 2024 09:30 WIB
Darurat Kejahatan Deepfake
Me Too /Foto: Pexels/Viktoria Slowikowska

Korea Selatan digegerkan dengan penemuan obrolan grup di Telegram yang melecehkan perempuan dengan salah satu tipe kecerdasan buatan (AI) bernama deepfake. Istilah deepfake adalah konten palsu dalam bentuk foto, video, dan audio yang diubah dari sumber asli dengan bantuan AI atau artificial intelligence.

Kejadian itu mengingatkan publik dengan kasus Nth Room yang juga bersarang di aplikasi Telegram. Selain itu, peristiwa ini menambah daftar panjang kasus kejahatan seksual berbasis gender di negara tersebut setelah molka, kamera tersembunyi untuk merekam dan menguntit aktivitas seseorang, yang merajalela bertahun-tahun yang lalu.

Bagaimana dengan kasus pornografi deepfake di Korea Selatan? Berikut adalah fakta-faktanya.  

Banyak Korban yang Masih di Bawah Umur

Ilustrasi perempuan sedang ketakutan /Foto: Pexels/Karolina Kaboompics

Sebuah akun di X menyebutkan terdapat 300 sekolah di Korea Selatan, termasuk SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, yang menjadi korban kejahatan seksual tersebut. Data itu menunjukkan sebuah fakta yang mengejutkan bahwa siswa perempuan di bawah umur ditargetkan dalam pembuatan konten buatan AI berunsur pornografi.

Mengutip The Korea Times, salah satu obrolan grup pornografi deepfake beranggotakan 227 ribu anggota per Rabu (21/8) dan beberapa anggota diduga masih berusia belasan tahun. Dalam grup tersebut, terdapat bot atau AI yang mampu mengedit otomatis ketika pengguna mengirimkan sebuah foto perempuan ke dalam grup itu. 

Pada awalnya, bot tersebut dapat digunakan secara gratis dengan limit sebanyak dua foto. Setelahnya, pengguna wajib membayar 0,49 USD (Rp6.853) dalam bentuk mata uang kripto untuk satu foto. 

Cara pengguna mendapatkan foto korban cukup mudah. Mereka memanfaatkan akun media sosial dari teman, kolega, guru, dan kerabat lainnya yang berjenis kelamin perempuan. Kemudian, mereka akan mengomentari hasil konten palsu tersebut dengan kalimat-kalimat yang merendahkan dan melecehkan perempuan. 

Hankyoreh, media lokal Korea, menyebut korban konten dewasa deepfake juga mendapat ancaman dari pelaku yang menggunakan akun anonim. Korban dikirimi foto dirinya yang telah diedit dengan teknologi AI dan pelaku mengancam akan menyebarkan foto tak senonoh itu ke keluarga, teman, hingga kekasih korban. 

Darurat Kejahatan Deepfake

Me Too /Foto: Pexels/Viktoria Slowikowska

Nggak hanya masyarakat sipil, tentara perempuan Korea Selatan juga ditargetkan dalam kejahatan seksual ini. The Korea Times menyebut ada sebuah grup obrolan beranggotakan 900 pengguna yang berisikan foto-foto tentara perempuan yang telah diubah menjadi foto dan video tanpa busana.

Sebenarnya, kasus pornografi deepfake di Korea Selatan tidak terjadi kali ini saja. Kementerian Kesetaraan Gender & Keluarga setempat menunjukkan data sebanyak 781 orang telah meminta pertolongan dalam Pusat Advokasi untuk Korban Pelecehan Seksual Daring mengenai kejahatan deepfake di sepanjang tahun 2024 ini, 36,9%= persen di antaranya merupakan anak yang masih berumur belasan tahun. 

Sedangkan, Kementerian Pendidikan Korsel mengatakan bahwa 196 orang yang terdiri dari 186 siswa dan 10 guru telah melapor bahwa mereka menjadi korban kejahatan seksual deepfake dari bulan Januari hingga Selasa (27/8) lalu, dikutip dari The Korea Times

Laporan penelitian yang dilakukan oleh situs Security Hero juga menunjukkan Korea Selatan adalah negara yang paling terdampak dengan konten pornografi deepfake nomor satu di dunia pada tahun 2023 dengan persentase 53 persen. Penyanyi dan aktris Korea menjadi korban terbanyak menurut laporan tersebut. 

Jumlah kasusnya pun makin banyak dari tahun ke tahun. Masih dikutip dari The Korea Times, data dari Kepolisian Nasional Korea Selatan menampilkan adanya 156 kasus di tahun 2021, 160 kasus di tahun 2022, 180 kasus pada tahun 2023, dan diprediksi akan naik pada tahun ini.

Tak Seindah Drama Korea

Moon Taeil, eks anggota NCT yang terjerat kasus pelecehan seksual Foto: SM Entertainment

Dengan berbagai fakta-fakta yang mencengangkan di atas, kehidupan perempuan di Korea Selatan tidak seindah di drama-drama. Tidak sedikit perempuan Korsel, apa pun profesinya, menjadi korban kekerasan seksual berbasis gender. 

Selain kasus konten pornografi berbasis AI di Telegram, pemberitaan kekerasan seksual banyak tersebar di media sosial di minggu terakhir pada bulan Agustus ini. 

“Apa yang terjadi di Korea Selatan minggu ini; seorang pria memukul perempuan dengan pemukul bola bisbol di elevator, anak SMA yang mengancam remaja SMP dengan benda tumpul di perjalanan ke sekolah, anak berusia 10 tahun yang meminta paksa foto telanjang dari anak berusia 6 tahun, dan tujuh remaja pria memaksa remaja perempuan seumuran untuk bergabung ke prostitusi dan memeras uang mereka,” tulis akun @qoyuzas yang menerjemahkan dan mengutip sebuah cuitan berbahasa Korea di X.

Ditambah lagi, warganet dihebohkan dengan pemberitaan dikeluarkannya Taeil dari idol group NCT karena kasus pelecehan seksual. Berita itu makin membuat media asing dan pengguna media sosial di seluruh dunia tahu tentang apa yang tengah terjadi dengan perempuan Korsel saat ini.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE