Protes Kematian Mahsa Amini: Iran Jatuhkan Vonis Mati Pertama hingga Kabar Eksekusi Massal 15 Ribu Pengunjuk Rasa

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 15 Nov 2022 09:30 WIB
Protes kematian Mahsa Amini/Foto: Getty Images/Chris McGrath

Baru-baru ini, pengadilan Iran telah menjatuhkan hukuman mati untuk pertama kalinya terhadap salah satu terdakwa yang diadili terkait unjuk rasa besar-besaran memprotes kematian Mahsa Amini. Terdakwa yang diduga membakar gedung pemerintah tersebut dianggap 'musuh Tuhan' dan 'menyebarkan kerusakan di Bumi', dilansir dari CNN.

Sebagaimana diketahui, protes di Iran bergejolak pasca kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang tewas usai ditangkap polisi moral setempat karena diduga melanggar aturan hijab pada September 2022 lalu.

Menurut kantor berita negara Islamic Republic News Agency (IRNA),  mereka dihukum atas tuduhan  "mengganggu ketertiban umum dan perdamaian, masyarakat, dan berkolusi untuk melakukan kejahatan terhadap keamanan nasional, perang dan korupsi di Bumi, perang melalui pembakaran, dan perusakan yang disengaja".

Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: Getty Images/Omer Messinger

Sementara itu, lima orang lainnya yang juga ambil bagian dalam unjuk rasa tersebut menerima hukuman lima sampai sepuluh tahun penjara. Adapun alasan hukuman karena "berkolusi untuk melakukan kejahatan terhadap keamanan nasional dan gangguan ketentraman dan ketertiban umum."

Kantor berita tersebut tidak menyebutkan nama pengunjuk rasa yang menerima hukuman mati atau memberikan rincian tentang kapan atau di mana mereka melakukan kejahatan yang dituduhkan.

Eksekusi Massal terhadap 15 Ribu Pengunjuk Rasa

Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: AFP via Getty Images/BRYAN R. SMITH

Di media sosial ramai beredar kabar soal Iran mengeluarkan eksekusi massal terhadap 15 ribu pendemo yang berunjuk rasa atas kematian Mahsa Amini. Selain itu, beredar pula kabar bahwa pendemo perempuan yang masih perawan akan diperkosa sebelum dieksekusi mati.

"Diperkirakan 14 ribu pengunjuk rasa yang tidak bersalah, berjuang untuk kebebasan dasar, menghadapi hukuman mati di Iran. Sebagian besar remaja dan dewasa muda, mahasiswa, pengacara, jurnalis dan aktivis masyarakat sipil. Ini adalah eksekusi massal," tulis jurnalis CityNews Toronto Tina Yazdani di akun Twitternya @TinaYazdani, Rabu (9/11).

Parlemen Iran dikabarkan menyetujui hukuman mati untuk sekitar 15 ribu pengunjuk rasa dengan 227 suara dari total 290 anggota.

"Kami, perwakilan bangsa ini, meminta semua pejabat negara, termasuk Kehakiman, untuk memperlakukan mereka, yang mengobarkan perang (melawan kemapanan Islam) dan menyerang kehidupan dan harta benda orang seperti Daesh (teroris), dengan cara yang bermanfaat. sebagai pelajaran yang baik dalam waktu yang sesingkat-singkatnya," demikian bunyi surat terbuka yang ditandatangani anggota parlemen, dilansir dari The National Bulletin.

morality police" for an alleged breach of the Islamic republic's strict dress code for women. She died three days after falling into a coma following her arrest on September 16. Young women have led the charge, removing their headscarves, chanting anti-government slogans and confronting the security forces on the streets, despite a crackdown that rights groups say has killed at least 122 people. (Photo by John MACDOUGALL / AFP) (Photo by JOHN MACDOUGALL/AFP via Getty Images)" title="1244142840" />Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: AFP via Getty Images/JOHN MACDOUGALL

Kabar tersebut dikecam oleh warganet karena di antara belasan ribu pengunjuk rasa tersebut, ada ratusan anak muda yang berjuang untuk masa depan mereka. Di Iran, remaja yang melakukan kejahatan di bawah usia 18 tahun bisa dihukum mati, di mana sesuai undang-undang, anak perempuan berusia 9 tahun dan remaja pria berusia 15 tahun dapat dieksekusi.

Tetapi di bawah hukum Iran, anak perempuan di bawah umur tidak dapat dijatuhkan hukuman mati jika mereka masih perawan. Berdasarkan laporan BBC dan Guardian, sebagai 'jalan keluar' bagi peraturan tersebut, anak perempuan yang menjadi tahanan dinikahkan dengan penjaga penjara lalu diperkosa sebelum dijatuhkan hukuman mati. 

Dikutip dari laman Iran Wire, pada tahun 2014 Justice for Iran menerbitkan sebuah laporan tentang pemerkosaan terorganisir terhadap anak perempuan yang menjadi tahanan dan menunggu eksekusi di penjara negara tersebut pada tahun 1980-an. Laporan tersebut merinci bahwa praktik tersebut telah dilakukan secara sistemik dan kemungkinan disetujui oleh pejabat tinggi di pemerintahan.

Protes kematian Mahsa Amini/ Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto

Kematian Mahsa Amini telah memicu gerakan protes anti-pemerintah terbesar di Iran dalam lebih dari satu dekade. Pihak berwenang Iran diketahui melakukan tindakan keras dan brutal terhdap pengunjuk rasa, dilaporkan setidaknya ada 1.000 orang di provinsi Teheran menjadi terdakwa atas dugaan keterlibatan mereka dalam protes tersebut.

Pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 326 orang sejak protes dimulai dua bulan lalu, menurut LSM Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Norwegia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri telah mendesak pihak berwenang Iran untuk berhenti mendakwa warganya dengan tuduhan yang dapat dihukum mati karena diduga atau berpartisipasi dalam demonstrasi damai. PBB juga menegaskan untuk berhenti menggunakan hukuman mati sebagai alat untuk meredam protes.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Loading ...
Tonton video di bawah ini ya, Beauties!
3 Fakta Penting Tentang Kesehatan Ginjal