Runtuhnya Kesejahteraan Perempuan Ukraina Akibat Perang, Angka Pelecehan Turut Meningkat

Camellia Quinita Ramadhani | Beautynesia
Sabtu, 22 Oct 2022 14:30 WIB
Runtuhnya Kesejahteraan Perempuan Ukraina Akibat Perang, Angka Pelecehan Turut Meningkat
Dampak perang Rusia-Ukraina/Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images

Krisis kemanusiaan melanda sejak perang Rusia-Ukraina dimulai Februari 2022 lalu. Jutaan orang terdampak hingga harus mengungsi dan melakukan segala cara untuk bertahan hidup.

Tak hanya di dalam Ukraina, stabilitas global pun turut goyah baik terhadap pangan, energi, dan ekonomi. Utamanya perempuan Ukraina, kesejahteraan mereka dilibas habis dan kebebasan pun harus dikorbankan demi menyelamatkan nyawa diri dan keluarga.

Seperti diwartakan oleh laman United Nations News, anak perempuan usia sekolah di Ukraina beresiko tinggi untuk dipaksa berhenti sekolah dan menikah sebagai cara menanggulangi keputusasaan keluarga atas kondisi ekonomi yang kian terpuruk. Dengan adanya pernikahan, diharapkan suatu keluarga dapat mencukupi kebutuhan hidupnya berbagi dengan keluarga pasangan.

Kelangkaan Pangan dan Energi Membuat Perempuan Sering Mengalah

KYIV, UKRAINE - OCTOBER 17: A Ukrainian woman is seen with her child on the sidewalk after the Russian attacks in Kyiv, Ukraine on October 17, 2022. It was reported that explosions occurred in Kyiv due to the attacks carried out by the Russian forces in the early hours of the morning. (Photo by Metin Aktas/Anadolu Agency via Getty Images)Dampak perang Rusia-Ukraina/ Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency

Meski perempuan menempuh jalan pernikahan untuk memenuhi kebutuhan, nyatanya masih banyak juga perempuan yang terpaksa mengurangi drastis porsi makan mereka agar anggota keluarga lain mendapat bagian. Hal ini semakin intens menyongsong kenaikan harga pangan dan kelangkaan yang memburuk di Ukraina.

Harga energi yang kian melambung menyebabkan perempuan di Ukraina harus terus menggunakan bahan bakar fosil berteknologi rendah. Akibatnya, kualitas udara yang dihasilkan dari kegiatan domestik mengandung polusi berbahaya, yakni polusi yang sama yang telah membunuh 3,2 juta orang di dunia meninggal setiap tahunnya.

Angka Kehamilan Tinggi Menempatkan Perempuan dalam Risiko

KHARKIV, UKRAINE – OCTOBER 6: Olga and her son Yevhen with soft toy sit on the bed in the improvised child room at the factory shelter on October 6, 2022 in Kharkiv, Ukraine. In Kharkiv, almost two dozen people from the suburbs have been living in the bunker of the plant for more than seven months. Their villages were de-occupied, but the people have nowhere to return. Among them is Olga and her seven-month-old son, whom she gave birth to during the war. Woman was offered to move to a sanatorium with her child, but she refused, because her husband works at the plant, and the shelter is considered safe. (Photo by Oleksandra Novosel/Suspilne Ukraine/JSC Dampak perang Rusia-Ukraina/ Foto: Global Images Ukraine via Getty /Global Images Ukraine

Tak ada satupun orang yang menduga bahwa perang akan terjadi di era modernisasi seperti sekarang ini. Oleh karenanya, tak ada yang siap untuk menghadapi serangan-serangan Rusia. Berbagai rencana yang telah ditata terpaksa terhalang untuk terwujud. Termasuk mimpi-mimpi para perempuan hamil yang ingin anaknya tumbuh di lingkungan penuh ketenangan dan kedamaian.

UN Women menuliskan sebuah laporan bahwa setidaknya ada 265 ribu perempuan Ukraina sedang mengandung ketika Rusia pertama menyerang. Dengan kondisi rapuh, para ibu hamil harus bertahan di tengah berbagai tekanan, baik secara fisik maupun mental. Ada yang harus melahirkan prematur dikarenakan stres menghadapi situasi berbahaya di sekitarnya, ada pula yang harus mengungsikan bayi yang baru berusia 7 hari karena situasi di rumah sakit tidak memungkinkan untuk bertahan akibat serangan misil bertubi-tubi.

Angka Pelecehan Seksual Meningkat

Woman bondage image blur , stop violence against Women, international women's dayIlustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang

Dampak lain perang yang seringkali luput dari sorotan media adalah hubungan antara krisis dengan peningkatan angka pelecehan seksual. Kelangkaan bahan pangan dan energi dibarengi dengan jatuhnya perekonomian masyarakat membuat orang-orang Ukraina kekurangan sumber daya untuk dipertukarkan dengan material untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Meski bersifat transaksional, UN Women melaporkan bahwa hal ini tetap tak lepas dari relasi kuasa yang timpang dan penindasan berbasis gender. Baik pria maupun perempuan juga berpotensi terpaksa atau dipaksa terlibat dalam perdagangan manusia. Namun, grup yang paling rentan mengalami kejahatan berbasis gender ini adalah perempuan dan anak-anak, terutama anak gadis.

Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous, menyerukan kepada seluruh aktivis internasional maupun lokal Ukraina untuk membantu menangkal isu sistematis berbasis gender dengan solusi-solusi sistematis berbasis gender pula. Salah satunya dengan memberikan edukasi di tengah krisis kepada orang-orang yang berpotensi menjadi korban. Hal ini diupayakan karena dalam bertahan hidup di kondisi perang, jangan sampai kemanusiaan dan moralitas turut terseret semakin jauh dari kesetaraan.

Lebih lanjut, laporan UN Women menuliskan bahwa selama perang masih berlanjut, perempuan akan menjadi pihak yang paling banyak dieksploitasi dan paling banyak merugi secara fisik, material maupun psikis. Tidak ada yang tahu kapan perang akan berakhir, sebagaimana tidak ada yang tahu sampai di mana penderitaan perempuan Ukraina mencapai puncaknya.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE