Sistem zodiak yang paling sering dibaca dan digunakan oleh para pengamat zodiak adalah sistem zodiak dari barat yang menggunakan pengamatan berdasarkan kondisi iklim atau sistem zodiak tropis.
Namun, dilansir dari Your Tango, ada pula sistem zodiak sidereal dengan basis yang berbeda dengan sistem zodiak tropis. Sistem zodiak ini baru diadopsi dalam sistem astrologi barat pada abad ke-20 setelah sebelumnya hanya digunakan dalam astrologi Hindu.
Pengertian Sistem Zodiak Sidereal
Ilustrasi/Foto: Unsplash/Samuel PASTEUR-FOSSE |
Sistem zodiak sidereal mengamati benda-benda yang ada di langit dan memperhitungkan pergerakan bintang-bintang dalam bagan zodiaknya. Sistem zodiak ini mengakui bahwa bumi berada pada sumbu miring sehingga berpengaruh pada perubahan jarak antara bintang dan bumi.
Oleh karena itulah, sistem astrologi sidereal menggunakan sistem korektif atau persamaan yang dikenal dengan sebutan “ayanamsas” untuk menentukan posisi setiap zodiak dengan tepat. Sistem ayanamsas yang digunakan oleh masing-masing peramal juga berbeda-beda jenisnya, tetapi yang paling lazim digunakan adalah ayanamsas lahiri.
Sistem zodiak sidereal memperhitungkan gerakan mundur bintang sekitar 1 derajat setiap 72 tahun dari Bumi. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar untuk meramalkan nasib masing-masing pemilik zodiak.
Sistem zodiak ini kerap dikaitkan dengan sistem zodiak Veda atau Hindu, tetapi sistem zodiak Burma dan budaya kuno, seperti Mesir, Persia, Maya juga selalu mengandalkan sistem zodiak sidereal karena hubungan aktual antara waktu kelahiran dan alam dianggap lebih akurat dibandingkan dengan posisi teoritis yang didasarkan pada musim di bumi dari sistem zodiak tropis.