Seperti Kasus Perundungan di PPDS, Apa Penyebab Orang Dewasa Masih Suka Membully?
Kasus perundungan di PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) berbagai perguruan tinggi kian meramaikan pemberitaan. Salah satu hal yang mesti digarisbawahi pada kasus ini adalah tindakan perundungan dilakukan oleh orang-orang yang sudah dewasa kepada orang yang sudah dewasa pula. Yang artinya, mereka sudah sama-sama paham konsekuensi perbuatannya dan karakternya sudah terbentuk untuk menjadi pelaku penindasan terhadap orang lain.
Menurut yang dikutip dari BetterHelp, perundungan merupakan mekanisme pertahanan diri sang pelaku untuk mengalihkan perhatian dari rasa tidak aman tentang dirinya sendiri.
Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa orang yang usianya sudah dewasa ini masih suka merundung orang lain? Pun, bagaimana solusinya bagi pelaku atau korban kekerasan ini?
Simak selengkapnya, Beauties!
1. Keinginan Mendominasi
Keinginan mendominasi/Foto: Pexels/Muhammad Rifki Adiyanto
Secara garis bear, seperti yang dilansir dari CRCA SafeCurch, tindakan perundungan oleh orang dewasa sebelumnya begitu jarang terekspos di pemberitaan. Namun, bukan berarti hal ini bukan masalah serius. Tentu saja perlu tindakan hukum agar membuat pelaku jera.
Banyak pula orang yang berpikir bahwa seiring bertambahnya usia, orang-orang bisa menghentikan perilaku buruknya ketika kecil hingga remaja. Namun, ketika yang terjadi adalah hal sebaliknya, maka perlu dipahami bahwa tujuan perundungan oleh orang dewasa biasanya untuk mendapatkan kekuasaan atau mendominasi orang lain.
Mereka ingin mengaktualiasasikan dirinya sebagai orang yang lebih kuat atau hebat daripada korbannya dengan cara menyakiti secara fisik, verbal, maupun emosional.
2. Wujud Narsistik
Wujud narsistik/Foto: Pexels/Mart Production
Perundungan oleh orang dewasa biasanya disebabkan sikap pelaku yang suka mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki empati terhadap orang lain.
Selain itu, ada sedikit kecemasan yang justru mengharuskannya merendahkan orang lain agar dia merasa baik-baik saja. Mereka ingin merasa penting dan disukai, dan mereka mencapainya dengan menjatuhkan orang lain.
3. Tindakan Impulsif
Tindakan impulsif/Foto: Pexels/RDNE
Perundung yang impulsif biasanya melakukan penyiksaan atau penindasan berupa intimidasi terhadap orang lain secara spontan alias tanpa berencana. Keimpulsifan ini membuat pelaku menjadi sulit menahan perbuatannya.
Dalam beberapa kasus, intimidasi ini mungkin tidak disengaja, yang mengakibatkan stres, atau disebabkan kekesalan tentang sesuatu yang sebetulnya tidak berkaitan dengan korban.
4. Ingin Mempermalukan Korban
Ingin memperlakukan korban/Foto: Pexels/
Perundungan secara verbal biasanya dilakukan dengan cara menyebarkan rumor tentang korban, berkata sarkastik atau merendahkan dengan tujuan mempermalukan korban.
Perundungan jenis ini sulit didokumentasikan karena biasanya terjadi spontan dan tidak sempat terekam karena berlangsung cepat sekali. Namun, dampak emosional dan psikologis dari penindasan verbal dapat dirasakan dengan sangat nyata dan dapat mengakibatkan penurunan kinerja kerja dan bahkan depresi.
5. Efek Kesepian
Efek kesepian/Foto: Pexels/RDNE
Mengutip dari Dangerous Cupcake Lifestyle, banyak orang dewasa melakukan bully karena tidak bahagia dalam hubungan mereka dengan orang-orang terdekat, tidak memiliki teman karib, dan selalu merasa sendirian dalam hidupnya.
6. Dampak Kecemburuan atau Iri
Dampak kecemburuan atau iri/Foto: Pexels/Polina Zimmerman
Penyebab penindasan yang satu ini sering terjadi di tempat kerja, di mana orang-orang yang tidak cukup mengenal satu sama lain namun pelaku melihat bahwa korban mendapat promosi, perilaku oleh klien atau atasan dengan lebih baik, gaji lebih tinggi, atau prestasi yang lebih baik darinya.
7. Masalah Mental Tidak Terdiagnosis
Masalah mental tidak terdiagnosis/Foto: Pexels/Inzmamkhan
Beberapa penindas mungkin memiliki masalah kesehatan mental yang parah namun tidak terdiagnosis atau belum tertangani secara serius. Ada sejumlah gangguan kesehatan mental yang dapat mencakup penindasan sebagai gejala dan efek sampingnya.
8. Kurangnya Empati
Kurangnya empati/Foto: Pexels/Cinto
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, penindas biasanya dibesarkan di lingkungan yang tidak menunjukkan wujud belas kasih atau kepedulian terhadap orang lain. Sehingga, dampaknya ketika mereka dewasa adalah mereka tidak memahami konsekuensi dari perilaku jahat mereka terhadap orang lain.
Bagaimana Jika Kamu Menjadi Korban Perundungan?
Solusi untuk korban perundungan/Foto: Pexels/Yankrukov
Dikutip dari BetterHelp, mengabaikan pelaku perundungan tidak selalu membuat mereka lelah dan berhenti karena perundungan mereka tidak ditanggapi serius oleh korbannya. Mereka justru menganggap pengabaianmu merupakan tanda kelemahan dan ketidakmampuanmu untuk mempertahankan diri dan melawan. Sehingga, mereka terus melakukannya.
Akhir kata, memang kamu tidak bisa mengubah pelaku perundungan yang usianya sedewasa kamu, selain memperjuangkan keadilan untukmu melalui upaya hukum atau mendokumentasikan kejadiannya.
Maka, jangan takut untuk melaporkan kepada orang terdekat, pihak berwenang (pimpinan universitas atau tempat kerjamu), dan yakinlah bahwa orang-orang sekitarmu bisa berada di pihakmu sebagai korban.
***Â
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!