Standar Kecantikan Ekstrem Bisa Rugikan Ekonomi Negara? Begini Hasil Penelitiannya!

Camellia Quinita Ramadhani | Beautynesia
Senin, 17 Oct 2022 14:30 WIB
Standar Kecantikan Ekstrem Bisa Rugikan Ekonomi Negara? Begini Hasil Penelitiannya!
Benarkah standar kecantikan ekstrem bisa rugikan ekonomi negara?/Foto: Pexels/ANTONI SHKRABA

Mayoritas perempuan kini sangat memperhatikan penampilan tubuhnya. Sayangnya, perhatian ini bukan semata-mata bagian dari kesadaran akan kesehatan kulit dan tubuh, tapi juga bagian dari keinginan untuk diterima di masyarakat.

Yang menjadi masalah dari pola pikir ini adalah efek berulang akan diskriminasi terhadap orang-orang yang dianggap tidak memenuhi standar kecantikan tertentu. Meski isu ini lebih sering dikaitkan dengan permasalahan mental dan budaya, ternyata dampak dari tuntutan beauty standard ini juga bisa merugikan ekonomi negara, lho, Beauties!

Ilustrasi Standar Kecantikan Ekstrem/Foto: Pixabay/Engin_Akyurt
Ilustrasi Standar Kecantikan Ekstrem/Foto: Pixabay/Engin_Akyurt

Dalam proses membuktikan keterkaitannya secara ilmiah, para peneliti Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa respon masyarakat terhadap standar kecantikan ideal ekstrem membuat AS rugi sekitar 800 milyar dolar AS setiap tahunnya.

Dilansir dari laman Insider, sebuah studi dari The Dove Self-Esteem Project yang berkolaborasi dengan Harvard menemukan bahwa kerugian tidak langsung ini merupakan akibat dari ketidakpuasan diri atas tubuh serta sebagai upaya menanggulangi kerugian akibat berbagai diskriminasi fisik. Salah satu contohnya adalah bahwa krisis citra diri atas tubuh bisa menurunkan produktivitas seseorang di tempat kerja serta membuat seseorang harus menjalani terapi akibat depresi dan eating disorder atau gangguan makan.

Dr.S. Bryn Austin selaku direktur dari Strategic Training Initiative for the Prevention of Eating Disorders (STRIPED) Harvard menyoroti bahwa masyarakat saat ini masih terlalu menyepelekan persoalan diskriminasi fisik. Padahal, yang dikira hanya sebatas isu personal ternyata membuat negara harus membuang uang lebih untuk menambal target produktifitas yang tak tercapai.

Ilustrasi Penelitian/Foto: Pixabay/ Dmitriy
Ilustrasi Penelitian/Foto: Pixabay/ Dmitriy

Austin bersama para ahli dan ekonomis dari Deloitte Access Economics kemudian menjalankan penelitian untuk melihat hubungan antara ketidakpuasan diri dengan diskriminasi yang melibatkan ukuran tubuh dan warna kulit. Kemudian, mereka melakukan analisis ekonomi menggunakan metode yang sama untuk memprediksi berapa banyak pengeluaran yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan penyintas diskriminasi. Hasilnya, ketidakpuasan diri akan kondisi tubuh menyebabkan kerugian 301 milyar dolar AS setiap tahunnya. Harga ini setara dengan biaya yang diperlukan untuk membayar kehidupan perkuliahan 2,9 milyar perempuan setiap tahunnya.  

Tidak hanya itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa diskriminasi berdasarkan penampilan membutuhkan pengeluaran sebanyak 501 milyar dolar AS setiap tahunnya yang bisa digunakan untuk membayar perawatan kesehatan dari dua per tiga penduduk AS.

Kepada Insider, Austin menjelaskan bahwa intensitas tuntutan standar kecantikan ini menjadi sangat signifikan ketika dunia profesional dan lingkungan sekolah turut menunjukkan sikap diskriminatif kepada mereka yang dipandang tidak berpenampilan ideal.

"Orang tidak dipekerjakan jika mereka melamar pekerjaan dan terlihat hidup dalam tubuh yang lebih besar. Orang tidak dipekerjakan dengan warna kulit yang lebih gelap. Mereka mungkin dipekerjakan, tetapi diberi upah yang lebih rendah," kata Austin.

Anak-anak dengan kulit yang lebih gelap juga menerima disiplin yang lebih keras, yang "mengurangi kemungkinan mereka lulus, yang mengurangi kemungkinan mereka melanjutkan ke pendidikan tinggi," tambahnya. "Dan ini memiliki efek negatif, tidak hanya pada individu itu dan keluarga mereka, tetapi juga ke tempat kerja dan masyarakat kita secara keseluruhan," tambahnya. 

Ilustrasi Standar Kecantikan Ekstrem/Foto: Pixabay/Bruno/Germany
Ilustrasi Standar Kecantikan Ekstrem/Foto: Pixabay/Bruno/Germany

Dilansir dari laman Insider, promosi diet belakangan ini mengalami pergeseran signifikan. Anak-anak mulai terjangkit pemahaman bahwa ukuran tubuh dan warna kulit yang tidak sesuai standar kecantikan adalah suatu keanehan yang pantas membuat pemiliknya tersingkir dari masyarakat. Meski ketakutan akan obesitas adalah hal yang wajar, namun cara masyarakat menanamkan konsep tentang berat badan berlebih sudah tidak manusiawi lagi.

Banyak dokter yang menjelaskan dengan sangat dangkal kepada anak-anak bahwa mereka tidak boleh memiliki berat badan berlebih atau mereka akan meninggal saat dewasa nanti. Berbagai ketakutan dirasakan oleh orang-orang dengan ukuran tubuh di atas rata-rata. Hal ini bisa semakin menambah tekanan batin bagi orang-orang yang memiliki kondisi serupa.

Six women of different ages and body types holding bouquets while sitting in studio against a brown backgroundIlustrasi perempuan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Youngoldman

Menurut Austin, sudah saatnya negara turun tangan untuk mencegah perundungan dan diskriminasi berdasarkan kondisi fisik tertentu. Selain itu, jika negara tidak ingin anggaran terus terpotong untuk layanan kesehatan dan pelayanan mental, negara perlu juga untuk mengontrol efek negatif akibat budaya diet ekstrem. Hal ini bisa diupayakan misalnya dengan melarang penjualan obat penurun berat badan kepada anak-anak sehingga persepsi anak-anak tentang berat badan berlebih tidak berubah menjadi kebencian hingga perundungan.

Itu dia penjelasan tentang hubungan standar kecantikan dengan ekonomi negara. Meskipun para peneliti AS menyoroti keterlibatan negara, namun mencegah perundungan dan diskriminasi adalah bentuk kemanusiaan yang harus kita upayakan bersama-sama. Tetap saling menguatkan sesama perempuan ya, Beauties!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE