Terkesan Baik, Nyatanya Ini 5 Kalimat Toxic Positivity yang Perlu Dihindari

Yemima Prasetya Christiana Putri | Beautynesia
Selasa, 18 Feb 2025 21:00 WIB
3. 'Jangan Terlalu Dipikirkan, Semuanya akan Baik-Baik Saja'
Ilustrasi saat seorang teman mengatakan toxic positivity/Foto: pexels.com/karolina-grabowska

Beauties, apa kamu pernah mendengar istilah toxic positivity? Kamu mungkin masih jarang mendengar istilah ini, tapi bisa jadi kamu sering mengalaminya.

Toxic positivity merupakan sebuah keyakinan ketika seseorang terlalu menekankan pikiran positif, meskipun situasi yang sedang dihadapi benar-benar sudah kacau. Kalimat yang tampak positif ini sering kali menekan seseorang untuk berpura-pura bahagia atau selalu berusaha berpikir positif.

Berikut 5 kalimat toxic positivity yang sebaiknya dihindari. Simak!

1. 'Coba Lihat Sisi Positifnya!'

Ilustrasi saat seseorang memaksa berpikir positif/Foto: pexels.com/shvets-production

Kalimat ini terlihat sangat positif, tetapi juga bisa berubah menjadi negatif, lho. Meskipun niatnya mungkin untuk memberi semangat, kalimat ini bisa membuat orang merasa harus menyangkal perasaannya.

Ketika sedang berduka atau menghadapi tantangan besar, kita mungkin belum siap untuk melihat sisi positifnya. Dan, kalimat ini justru menekan kita untuk membungkam perasaan dan pikiran.

Selain itu, kalimat ini juga terkesan meremehkan dan tidak empatik, karena mengabaikan proses emosional yang seseorang. Jika kamu berusaha menenangkan seorang yang sedang mengalami kesulitan, lebih baik dengarkan keluh kesahnya dengan empati atau menawarkan bantuan nyata.

2. 'Kamu Harus Bersyukur dengan Apa yang Kamu Punya'

Ilustrasi saat sedang menasehati temannya/Foto: pexels.com/john-diez

Meskipun rasa syukur itu penting, kalimat ini terkadang bisa mematahkan semangat seseorang dan membuatnya merasa tidak dihargai perasaannya. Meskipun tujuannya untuk mengingatkan tentang rasa syukur, kalimat ini sering kali terdengar menghakimi atau meremehkan perasaan seseorang.

Ketika sedang menghadapi masalah besar atau kesedihan, tentu kita masih membutuhkan waktu untuk memproses perasaan negatif. Hati-hati, kalimat ini bisa menciptakan rasa bersalah pada orang yang sedang berjuang.

Jika kalimat ini sampai masuk ke hati, maka seseorang bisa berpikir bahwa kita harus benar-benar menghilangkan rasa sedih, cemas, dan memilih untuk berpura-pura bahagia.

3. 'Jangan Terlalu Dipikirkan, Semuanya akan Baik-Baik Saja'

Ilustrasi saat seorang teman mengatakan toxic positivity/Foto: pexels.com/karolina-grabowska

Ketika sedang berjuang, kita mungkin perlu waktu untuk memikirkan dan memproses situasi tersebut. Dan ketika ada seorang yang berkata, “semuanya akan baik-baik saja", maka kita akan merasa bahwa kekhawatiran yang sedang dialami seakan dianggap sepele.

Kalimat ini memang bisa memberi dukungan supaya cepat bangkit dari masalah, tetapi tidak bisa memberi ruang untuk berproses secara emosional. Pemulihan memerlukan waktu, dan setiap orang membutuhkan kesempatan untuk merasakan kesedihan, kecemasan, atau perasaan tentang ketidakpastian.

Cobalah ganti kalimat tersebut dengan, "Aku paham ini berat, dan aku ada di sini jika kamu butuh berbicara."

4. 'Kamu Harus Tetap Bahagia'

Ilustrasi curhat dengan teman/Foto: pexels.com/rdne

Seringkali, kalimat ini datang dengan asumsi bahwa kebahagiaan adalah kewajiban atau sesuatu yang harus dipertahankan. Padahal kita juga memiliki emosi alami seperti, kesedihan, kecewa, atau cemas. Ketika sedang berjuang, tentu akan sulit untuk menunjukkan kebahagiaan.

Melansir dari Very Well Mind, kalimat ini bisa menciptakan rasa bersalah karena merasa tidak dapat memenuhi ekspektasi untuk selalu bahagia. Emosi manusia itu sangat beragam, karena itu kita tidak bisa mengubah perasaan sedih menjadi bahagia dengan cepat.

5. 'Kamu Cuma Perlu Berusaha Lebih Keras!'

Ilustrasi saat mengatakan toxic positivity/Foto: pexels.com/olly

Meskipun niatnya mungkin untuk memberi semangat, kalimat ini justru bisa membuat orang merasa bahwa kegagalan sepenuhnya disebabkan oleh usahanya yang kurang. Padahal, banyak faktor yang membuat orang gagal seperti, keadaan, sumber daya, atau bahkan modal yang bisa mempengaruhi hasil dari suatu usaha.

Selain itu, kalimat ini juga dapat memberikan tekanan tambahan pada orang yang sudah merasa stres atau cemas, seolah-olah dirinya gagal hanya karena tidak cukup berusaha. Ini mengabaikan kenyataan bahwa, terkadang hasil tidak selalu sesuai harapan dan mungkin memang membutuhkan dukungan lebih dari sekadar dorongan untuk bekerja lebih keras.

Kalimat yang lebih tepat dikatakan untuk yang sedang gagal dalam usaha adalah, "Aku tahu kamu sudah berusaha keras, dan itu tidak mudah. Apa yang bisa aku bantu?".

Kalimat-kalimat tersebut sering kali dipenuhi dengan niat baik, tapi juga bisa membuat orang merasa diabaikan. Lebih baik menggantinya dengan kalimat yang lebih empatik, mendukung, dan tidak menghakimi. Dengan cara ini, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung bagi orang-orang di sekitar kita.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE