Ketidakmampuan menciptakan hubungan yang sehat, seringkali berujung pada tindak kekerasan. Kehidupan berumahtangga yang idealnya dapat berbahagia dan saling mendukung justru dipenuhi kontrol salah satu pihak, sehingga hubungan malah berubah menjadi kasar.
Sayangnya, sebagian besar orang hanya mempercayai bukti kekerasan jika meninggalkan bekas yang dapat terlihat, sehingga bentuk kekerasan non-fisik lain yang sebenarnya juga tak kalah merusak sulit untuk teridentifikasi.
Agar lebih jelasnya, berikut 4 jenis kekerasan non fisik dalam rumah tangga yang telah dirangkum dari laman Very Well Mind.
Kekerasan Emosional
Menyerang pasangan secara verbal serta tindakan lain/Foto:Freepik.com/Tonodiaz |
Sejalan dengan namanya, kekerasan emosional ialah tindakan yang dapat menghancurkan mental serta psikologis korbannya dengan cara mengancam, memaki hingga mempermainkan kenyataan atau yang kerap disebut gaslighting.
Berdasarkan studi pada National Library of Medicine, kekerasan emosional kerap menjadi pengalaman paling umum dirasakan, dengan persentase 41% perempuan dan 32% pria mengalami tekanan berlebihan dalam rumah tangganya.
Kekerasan Finansial
Ketidaksimbangan kuasa atas keuangan dalam hubungan/Foto:Freepik.com/User25451090 |
Bila salah satu pihak yang berpenghasilan lebih dalam keuangan, kerap menjadi boomerang di mana salah satunya merasa lebih berkuasa untuk memanipulasi pasangan yang berujung pada kekerasan finansial.
Dalam kasus ini, pasangan sebagai pelaku, memanfaatkan kuasanya dengan tujuan membuat pasangannya tidak berdaya atas keuangan dalam rumah tangga. Kekerasan tersebut muncul dalam bentuk pemborosan, pembagian dana tidak adil hingga pemalsuan uang.
Isolasi
Sengaja membatasi dan mengontrol gerak pasangannya/Foto:Freepik.com/DCstudio |
Menyadari kehilangan banyak lingkup pertemanan seusai menikah? Hati-hati, bisa jadi kamu ialah korban kekerasan isolasi. Isolasi adalah bentuk kekerasan ketika pelaku mengawasi siapa yang dapat dan tidak dapat pasangannya temui, sehingga korban kehilangan banyak momen secara sosial.
Stalking
Ambisi yang memaksa pasangan untuk terus bersama/Foto:Freepik.com/Freepik |
Tidak hanya terjadi di luar hubungan, stalking atau menguntit, atau korban merasa tidak nyaman karena selalu merasa diawasi, juga menjadi kekerasan yang sering terjadi dalam rumah tangga. Hal ini biasanya didasari oleh perasaan cinta berlebihan yang membuat pelaku secara gigih memaksa bahkan memanipulasi pasangan agar tidak ditinggalkan.
Kebiasaan untuk menurut saja, membuat stalking lebih mudah terjadi pada perempuan. Sejalan dengan data dari Pubmed Central, perempuan sebagai pasangan menjadi korban yang paling banyak yang mengalami kekerasan stalking dalam rumah tangga.
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!