Viral di Medsos, Ini Kronologi Dokter di Malang Diduga Lakukan Pelecehan Seksual terhadap Pasien

Nadya Quamila | Beautynesia
Senin, 21 Apr 2025 14:30 WIB
Viral di Medsos, Ini Kronologi Dokter di Malang Diduga Lakukan Pelecehan Seksual terhadap Pasien
Viral di Medsos, Ini Kronologi Dokter di Malang Diduga Lakukan Pelecehan Seksual terhadap Pasien/Foto: Getty Images/iStockphoto/Pornpak Khunatorn

Kasus dugaan pelecehan seksual dalam dunia medis kembali terungkap. Kali ini, seorang dokter berinisial AY di Malang, Jawa Timur, diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang pasien di Persada Hospital Malang.

Korban mengunggah kronologi kejadian melalui akun media sosialnya yang kemudian menjadi viral. Menurut pengakuan korban, peristiwa ini ia alami pada September 2022. Dokter AY diduga melakukan pemeriksaan fisik yang tak wajar hingga berusaha mengarahkan kamera ponsel ke arah tubuh korban.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini fakta-fakta soal kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan dokter di Malang terhadap pasien.

Kronologi Dugaan Pelecehan Seksual oleh Dokter AY di Malang

Ilustrasi korban kekerasan seksual

Ilustrasi/Foto: Ilustrasi dari Rajulur Rasyid

Melalui akun Instagramnya, korban menjelaskan kronologi dugaan pelecehan seksual yang ia alami. Pada September 2022, ia mengalami sinusitis dan vertigo berat. Ia memutuskan pergi ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Persada Hospital Malang. Ia lalu diperiksa oleh dokter umum berinisial AY.

Dokter umum itu lalu meminta korban memberikan nomor ponselnya agar dapat menerima hasil rontgen melalui WhatsApp. Namun, anehnya, hasil rontgen tersebt dikirim langsung oleh dokter AY lewat nomor pribadinya, bukan pihak administrasi rumah sakit.

"Dokter umum tersebut suruh aku, 'Mba, catat nomornya nanti pihak RS kirim hasil rontgennya melalui WhatsApp,'" ujar korban.

"Lupa malam itu atau esok harinya, hasil rontgen dikirim melalui WhatsApp. Ternyata itu nomor dokter itu sendiri. Dan dokter itu terus-terusan WhatsApp, meskipun nggak direspons," tambahnya.

Setelah itu, dokter AY tiba-tiba mengunjungi ruang rawat inap korban dengan dalih menjenguk. Dokter AY datang tanpa didampingi staf perawat sembari membawa stetoskop.

Awalnya, dokter AY memeriksa bagian mata dan mulut. Lalu, menurut korban, dokter AY mengeluarkan stetoskop dan meminta dirinya untuk membuka baju. Saat itu, korban menggunakan baju pasien rumah sakit berbentuk kimono.

Saat diperiksa di area dada, korban merasa proses pemeriksaan terlalu lama dibanding biasanya. Lalu, okter AY diduga mengarahkan kamera ponselnya ke tubuh korban.

"Dia pindah ke bagian PD kanan, jadi posisi baju benar-benar terbuka, aku risih dan mulai tutup bajunya. Tapi dia bilang 'sebentar' dan keluarin hapenya buru-buru. Posisi kamera tepat di atas badan aku. Di situ benar-benar nggak nyaman, aku bilang 'ngapain dok?' dia bilang 'sebentar saya lagi balas WhatsApp teman saya', aku yakin dia bukan balas WhatsApp tapi foto/video," ungkap korban.

Korban lalu menutup paksa baju yang ia kenakan dan meminta dokter untuk pergi dari kamarnya.

"Aku cuma bilang, 'Permisi dok, saya mau istirahat'. Baru di situ dokter itu keluar," ujarnya.

Usai kejadian tersebut, korban sempat ingin mengadu ke suster. Namun, ia mengurungkan niatnya.

"Di sini aku sempat mau ngomong ke suster, tapi takut. Jadi aku cuma bilang, 'sus, dokter Y orangnya emang kayak gitu ya?' suster bilang, 'gitu gimana kak? Dokter Y setau saya sih baik' jadi aku mengurungkan niat buat cerita," ujar korban.

Jumlah Korban Bertambah

Ilustrasi kasus kekerasan seksual

Ilustrasi/Foto: Ilustrasi dari Errizdwi

Setelah dua tahun berlalu, korban akhirnya berani bercerita melalui media sosialnya. Tak hanya itu, korban berinisial Q ini juga akhirnya resmi melaporkan kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh dokter AY ke pihak kepolisian pada Jumat (18/4).

Pengacara korban, Satria Marwan, mengatakan korban akhirnya melaporkan karena tak ada itikad baik dari terduga pelaku. Baik mengakui perbuatannya dan menyerahkan diri ke kepolisian.

"Kami pikir dokter ini merasa bersalah dan menyerahkan diri, tapi nyatanya nggak. Jadi terpaksa kita mengambil upaya hukum, kita bikin laporan hari ini," kata Satria di Mapolresta Kota Malang, Jumat (18/4), dilansir dari CNN Indonesia.

Sejak kasus ini mencuat ke publik dan viral di media sosial, sejumlah orang menghubungi Q dan mengatakan bahwa mereka mengalami hal serupa dari dokter AY. 

"Kami telah menerima informasi, sudah ada empat korban yang diduga mengalami pelecehan oleh dokter yang sama," ujar Satria kepada wartawan, Sabtu (19/4), dilansir dari detikJatim.

Menurut Satria, para korban menghubungi Q melalui pesan langsung (DM) di media sosial. Mereka menyampaikan pengalaman ketika mendapatkan perawatan medis di rumah sakit yang sama.

Modus yang dilakukan dokter AY serupa. Dokter AY diduga menggoda korban untuk mengajak nonton ataupun melakukan hal layaknya pasangan tengah berpacaran.

"Hampir sama modusnya, spam chat, flirting-flirting, goda-goda, ngajak nonton konser, ngajak apa gitu,"ungkap Satria.

Lebih lanjut, Satria menyebut peristiwa tersebut terjadi pada tahun yang berbeda, namun tetap melibatkan dokter dan rumah sakit yang sama. "Tahun berbeda, tapi dokter dan rumah sakitnya sama," imbuhnya.

Dokter AY Dinonaktifkan hingga Tanggapan Rumah Sakit

Konferensi pers Persada Hospital

Konferensi pers Persada Hospital/Foto: Muhammad Aminudin/detikcom

Persada Hospital Malang menonaktifkan dokter AY dari aktivitas pelayanan medis. Dokter AY disebut telah bertugas di rumah sakit tersebut sejak 2019.

"Sikap sementara yang kami ambil itu adalah yang bersangkutan dinonaktifkan dari semua pelayanan di Persada," ujar Sub Komite Etik dan Disiplin Persada Hospital Malang, dr Galih Indradita dalam konferensi pers di Persada Hospital, Jumat (18/4), dilansir dari detikJatim.
Sementara itu, dokter AY menyangkal telah melakukan pelecehan. Dalam sidang etik yang digelar Persada Hospital, dokter AY mengatakan bahwa tindakan yang ia lakukan adalah penanganan seperti biasanya.
"Menurut pengakuan dokter bersangkutan, itu (pemeriksaan yang diduga mengarah pelecehan seksual) adalah pemeriksaan standar yang dia lakukan. Tentu ini harus kami pastikan dulu," ungkap Galih.
Di sisi lain, pihak korban merasa penonaktifan dokter AY dinilai kurang cukup. Korban merasa kecewa karena belum ada permintaan maaf dari pihak rumah sakit atas apa yang dialaminya.
"Logikanya, rumah sakit telah menonaktifkan dokter yang bersangkutan. Artinya, rumah sakit mengakui bahwa ada kejadian di pegawainya. Tapi anehnya rumah sakit tidak melakukan permohonan maaf kepada korban secara pribadi. Itu yang kami sayangkan sekali. Kenapa?" ujar Satria.

Menurutnya, rumah sakit seharusnya tidak ragu untuk menjaga nama baiknya dengan menyampaikan permintaan maaf kepada korban. "Tapi kenapa sampai saat ini masih belum ada permintaan maaf sedikitpun. Saya pikir jangan terlalu sombong, hanya sekedar minta maaf masak nggak mau," tegasnya.
Kini, kasus ini sedang ditangani oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Malang Kota. Laporan dari korban telah diterima, dan penyidik mulai mengumpulkan keterangan dan barang bukti.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE