Viral di Medsos, Mantan Pemain Sirkus OCI Diduga Alami Penyiksaan hingga Eksploitasi
Media sosial geger akibat kasus dugaan eksploitasi mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI). Sejumlah mantan pemain sirkus OCI melaporkan dugaan eksploitasi yang mereka alami kepada Kementerian Hak Asasi Manusia (HAM).
Wakil Menteri HAM Mugiyanto menerima audiensi dengan para mantan pemain sirkus OCI pada Selasa (15/4). Dalam audiensi tersebut, Mugiyanto mendapat beberapa aduan, mulai dari dugaan praktik kekerasan, perbudakan, hingga hilangnya identitas para korban.
Mayoritas mantan pekerja yang terdiri dari perempuan itu mengaku bahwa mereka mengalami sejumlah aksi kekerasan, mulai dari dipasung, disetrum, hingga dimasukkan ke kandang harimau. Menurut Mugiyanto, apa yang dialami para korban bukan lagi kekerasan semata, tapi juga bentuk pelanggaran HAM.
Pengakuan Para Mantan Pemain Sirkus OCI yang Diduga Alami Eksploitasi
Sejumlah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) Taman Safari Indonesia (TSI) mengadu ke Kementerian Hak Asasi Manusia (KemenHAM) terkait dugaan eksploitasi yang dialami saat bekerja di sana, Selasa (15/4)./Foto: 20Detik
Dilansir dari CNN Indonesia, mantan pekerja menyebut aksi kekerasan hingga eksploitasi terhadap anak telah terjadi sejak tahun 1970-an oleh para pemilik OCI dan Taman Safari Indonesia.
Salah satu eks pemain sirkus OCI, Vivi, mengaku bahwa ia tidak pernah tahu bagaimana ia bisa bergabung di OCI. Sebab, ia masih terlalu kecil kala itu.
"Setahu saya, saya umur 2 tahun saya sudah berada di rumah Pondok Indah, sudah mulai latihan teknik-teknik sirkus yang gampang-gampang gitu," kata Vivi, saatt audiensi di KemenHAM, Selasa (15/4), dilansir dari detikNews.
Vivi juga membeberkan perlakuan kasar hingga hukuman yang kerap ia dapatkan saat berlatih. Salah satunya, ia pernah dihukum dimasukkan ke dalam kandang harimau karena berinteraksi dengan salah satu penonton.
"Suatu saat itu saya ada penggemar mau kenal sama saya. Padahal itu cuma lewat pagar, lubang kecil. Penggemar itu manggil-manggil. Belum sempat mengobrol, saya ketahuan. Setelah ketahuan, saya ditarik, dimasukin ke kandang macan. Itu selama tiga hari saya dimasukkan di kandang macan. Itu saya sebelahan sama macan yang ada di dalam kandang itu," aku Vivi.
Hal pilu lainnya juga diungkapkan oleh mantan anggota OCI bernama Butet. Serupa dengan Vivi, ia tidak ingat kapan dirinya bergabung di situ.
"Ada senior yang bilang, waktu itu saya di Balikpapan Petojo (Jakarta), itu saya awalnya di situ. Itu kata senior saya waktu itu umur 2 tahunan," kata Butet.
"Terus saya umur 3 tahunan itu saya dibawa ke Oriental Circus. Terus saya langsung dilatih dengan teman-teman, di situ sudah banyak anak-anak yang lain," lanjutnya.
Pengakuan dari mantan pemain sirkus OCI juga terungkap dari video yang dibagikan Mugiyanto di akun Instagramnya. Salah seorang eks pemain menyebut dirinya pernah terjatuh saat melakukan akrobatik di udara. Akibatnya, ia mengalami patah tulang belakang.
Ada pula pengakuan dari mantan pemain sirkus OCI lainnya. Sembari berurai air mata, ia mengatakan bahwa dirinya pernah disetrum di area intim hingga dipasung selama dua minggu.
Pengakuan dari mantan pekerja lainnya, "Sempat saya dirantai di kaki pakai rantai gajah yang besar itu."
Tanggapan KemenHAM
Kementerian HAM akan memanggil pihak Taman Safari Indonesia terkait dugaan eksploitasi terhadap pemain sejumlah mantan pemain Oriental Circus Indonesia (OCI)/(dok KemenHAM)
Tak hanya dugaan kekerasan, menurut Mugiyanto, apa yang dialami oleh mantan pemain sirkus OCI juga termasuk pelanggaran HAM. Sebab, terdapat sejumlah korban yang bahkan mengaku tidak mengetahui asal-usul dan keluarga mereka karena direkrut sejak anak-anak dan dibawa keliling dunia tanpa dokumen resmi.
"Ada kemungkinan banyak sekali tindak pidana yang terjadi di sana. Banyak kekerasannya. Ada aspek yang penting juga yang tidak orang pikirkan, itu tentang identitas mereka. Padahal identitas seseorang itu adalah hak dasar. Mereka tidak tahu siapa asal-usulnya, siapa orang tuanya. Ini harus kita carikan jalan bagi mereka untuk mengetahui siapa diri mereka," ungkap Mugiyanto kepada detikcom, Rabu (16/4), dilansir dari detikNews.
Menanggapi kasus ini, Mugiyanto menyebut bahwa pihaknya akan memanggil para pihak yang diduga terkait dalam tindak kekerasan untuk menggali keterangan. Pihaknya juga akan segera berkoordinasi dengan Komnas HAM, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta lembaga terkait lainnya untuk menindaklanjuti laporan tersebut.
"@kementerian_ham akan memanggil para pihak yang diduga terkait dalam tindak kekerasan ini untuk didengar keterangannya guna mengambil langkah tepat bagi pemenuhan hak korban dan mencegah terjadinya keberulangan kembali kasus yang sama," tulis Mugiyanto di akun Instagramya, Rabu (16/4).
Tanggapan Taman Safari Terkait Pengakuan Mantan Pemain Sirkus OCI yang Diduga Disiksa
Taman Safari Indonesia/Foto: Dok. Facebook
Menyikapi soal pengakuan mantan pemain sirkus OCI yang diduga disiksa, Taman Safari Indonesia (TSI) buka suara. TSI menyatakan konteks permasalahan tersebut melibatkan individu tertentu. TSI juga meyampaikan klarifikasi terkait permasalahan itu.
"Taman Safari Indonesia Group sebagai perusahaan ingin menegaskan bahwa kami tidak memiliki keterkaitan, hubungan bisnis, maupun keterlibatan hukum dengan ex pemain sirkus yang disebutkan dalam forum tersebut," bunyi pernyataan manajemen Taman Safari Indonesia dalam sebuah keterangan, Rabu (16/4), dilansir dari CNN Indonesia.
"Perlu kami sampaikan bahwa Taman Safari Indonesia Group adalah badan usaha berbadan hukum yang berdiri secara independen dan tidak terafiliasi dengan pihak yang dimaksud. Kami memahami bahwa dalam forum tersebut terdapat penyebutan nama-nama individu," lanjut pernyataan itu.
"Namun, kami menilai bahwa permasalahan tersebut bersifat pribadi dan tidak ada kaitannya dengan Taman Safari Indonesia Group secara kelembagaan. Adalah hak setiap individu untuk menyampaikan pengalaman pribadinya, namun kami berharap agar nama dan reputasi Taman Safari Indonesia Group tidak disangkut pautkan dalam permasalahan yang bukan menjadi bagian dari tanggung jawab kami, terutama tanpa bukti yang jelas karena dapat berimplikasi kepada pertanggungjawaban hukum," jelas pernyataan TSI berikutnya.
Dalam pernyataan tersebut, Taman Safari Indonesia Group meyatakan selalu berkomitmen menjalankan kegiatan usaha dengan mengedepankan prinsip Good Corporate Governance (GCG), kepatuhan hukum, serta etika bisnis yang bertanggung jawab.
"Selama lebih dari 40 tahun, kami senantiasa mengutamakan konservasi, edukasi, dan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia dan mancanegara. Kami mengajak masyarakat untuk bersikap bijak dalam menyikapi informasi yang beredar di ruang digital dan tidak mudah terpengaruh oleh konten yang tidak memiliki dasar fakta maupun keterkaitan yang jelas," tutup pernyataan TSI.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |