Viral dr Tan Shot Yen Kritik Tajam Menu Burger dan Spageti di Program MBG, Ini Katanya
Nama ahli gizi klinis populer di Indonesia dr Tan Shot Yen lagi menjadi perbincangan hangat di media sosial. Potongan video dr Tan Shot Yen mengkritik keras menu program Makan Bergizi Gratis menjadi viral.
dr Tan Shot Yen menghadiri sebuah rapat bersama Komisi IX DPR RI yang membahas program MBG, Senin (22/9). Di kesempatan tersebut, ia mempertanyakan mengapa beberapa daerah menghadirkan menu seperti burger hingga spageti. Ia mengungkapkan keinginannya agar para pelajar bisa mendapatkan MBG dengan menu makanan sehat khas daerah Indonesia.Â
"Alokasikan menu lokal sebagai 80 persen isi MBG di seluruh wilayah. Saya pengin anak Papua bisa makan ikan kuah asam, saya pengin anak Sulawesi bisa makan kapurung," ucap dr Tan Shot Yen dari cuplikan video yang beredar saat rapat bersama Komisi IX DPR RI, di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (22/9).
"Tapi yang terjadi dari Lhoknga hingga Papua, yang dibagi adalah burger, di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia, nggak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia," pungkasnya.
"Dibagi spageti, dibagi bakmi Gacoan, oh my God. Dan maaf, ya, itu isi burgernya itu kastanisasi juga, kalau yang dekat dengan pusat supaya kelihatan bagus dikasih chicken katsu," ujarnya tak percaya.
Isi Kritik dr Tan Shot Yen soal MBG
dr Tan Shot Yen/Foto: Tangkapan Layar/YouTube
Tak hanya itu, dr Tan Shot Yen juga menyoroti Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di sejumlah daerah yang menyajikan isi daging burger yang menurutnya tidak sesuai.
"Tapi coba kalau yang di daerah yang SPPG-nya juga sedikit main, dikasih itu loh benda tipis berwarna pink, saya aja nggak pernah mengatakan ini adalah daging olahan. Saya aja nista bilang itu daging olahan, saya nggak tahu itu produk apaan," ungkapnya.
"Itu rasanya kayak karton, warnanya pink dan buat lucu-lucuan nih. Lalu anak-anak disuruh, oke, do it your own, DIY. Susun, ada sayurnya. Astaga, kan bukan itu tujuan MBG, punten," tandasnya.
dr Tan setuju bahwa ada sejumlah anak yang mungkin tidak menyukai pangan lokal. Menurutnya hal tersebut bisa jadi karena mereka tidak terbiasa mengonsumsi pangan lokal. Namun, bukan berarti apa yang menjadi permintaan pelajar lantas dikabulkan oleh pihak SPPG.
"Akhirnya apa ini, mau sampai kapan makannya burger, gitu, lo. Ya, jadi saya setuju bahwa ada anak yang tidak suka dengan pangan lokal karena mereka tidak terbiasa, tapi bukan berarti lalu request anak-anak lalu dijawab oleh dapur, ya wislah....Â
Boleh ga ciloknya direquest jadi bakso ikan, itu kan kalo otak cerdas bisa jalan, ya tapi mau ngomong apa kalau SPPG-nya ditekan?" lanjutnya.
Profil dr Tan Shot Yen
Dilansir dari CNN Indonesia, dr Tan Shot Yen dikenal sebagai salah satu ahli gizi klinis populer di Indonesia. dr Tan lahir di Beijing, China pada 17 September 1964.
Ia kerap berbicara soal gizi dan kesehatan masyarakat di banyak kesempatan. dr Tan juga aktif di akun media sosial Instagramnya. Melalui media sosial tersebut, dr Tan memberikan edukasi soal gizi kepada masyarakat.
Ia memulai menempuh perjalanan akademisnya di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara pada 1983-1990. Setelah resmi menyandang gelar dokter, ia melanjutkan program Profesi Kedokteran Negara di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada 1991.
Selanjutnya, dr Tan kembali menempuh pendidikan di berbagai bidang kesehatan. Ia meraih gelar di bidang instructional physiotherapy di Australia dan diploma penyakit menular seksual dan HIV/AIDS di Thailand. dr Tan juga mengambil pendidikan pascasarjana di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
Kasus Keracunan MBG Baru-Baru Ini
Korban keracunan MBG di Bandung Barat/Foto: Whisnu Pradana/detikcom
Kritik pedas dr Tan Shot Yen ini mendapat dukungan dan komentar positif dari netizen di media sosial. Mereka mengapresiasi dan berterima kasih karena dr Tan telah menyuarakan keresahan masyarakat terkait menu MBG yang kerap menuai kontroversi.Â
Baru-baru ini, geger kabar soal korban keracunan MBG di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Bandung Barat, Jawa Barat, yang telah mencapai lebih dari seribu orang. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menetapkan kasus keracunan massal sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada Selasa (23/9).Â
Selain di Bandung, Jawa Barat, masyarakat juga menyorot kasus menu ikan hiu goreng untuk program MBG yang mengakibatkan insiden keracunan massal di SDN 12 Banua Kayong, Ketapang, Kalimantan Barat. Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan di benak masyarakat. Sebab, menu ikan hiu bukanlah hal lazim yang disajikan di daerah tersebut.
Kepala Regional MBG Kalbar Agus Kurniawi menjelaskan ikan tersebut bukan hasil impor.
"Ikan hiu itu dibeli dari TPI Rangga Sentap, produk lokal," ujarnya kepada wartawan, Rabu (24/9), dikutip dari detikKalimantan.
Mengenai hal tersebut, Agus menegaskan ikan hiu sebagai menu MBG adalah kelalaian SPPG. Menu tersebut dianggap tidak tepat diberikan kepada anak-anak, apalagi ada risiko kandungan merkuri.
"Harusnya menu yang dipilih itu yang digemari siswa. Anak-anak jarang sekali mengonsumsi ikan hiu. Bisa saja ikan hiu ini memiliki kandungan merkuri. Itu yang sangat saya sesalkan kemarin," kata Agus.
Menurut Agus, menu ikan hiu tersebut direkomendasikan ahli gizi di dapur SPPG. Ahli gizi tersebut merupakan rekrutan lokal lulusan sarjana gizi.
"Saya sempat marah ke ahli gizi. Dia sudah meminta maaf dan mengakui kalau hal tersebut murni keteledoran," tegasnya.
Kasus siswa alami keracunan usai menyantap MBG ini bukan yang pertama kali terjadi, Beauties. Sebelumnya, sudah ada beberapa kasus serupa yang terjadi di sejumlah daerah lainnya.
Sejak dilaksanakan pada awal Januari 2025, program MBG terus mendapatkan sorotan, Beauties. Mulai dari temuan kasus menu yang diduga gizinya tak sesuai, temuan hewan, busuk atau basi, hingga kasus keracunan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!