Ciri-ciri Kemarahan yang Ditahan, Sering Melakukannya?

Budi Rahmah Panjaitan | Beautynesia
Minggu, 06 Feb 2022 07:00 WIB
Ciri-ciri Kemarahan yang Ditahan, Sering Melakukannya?
Gejala kemarahan yang ditekan/ Foto: Instagram.com/layanganputus.md

Marah merupakan salah satu bentuk emosi yang alami pada setiap manusia. Namun, tidak sedikit yang melihat bahwa kemarahan sebagai sesuatu yang buruk sehingga perlu untuk ditekan, disembunyikan dan dibatalkan dengan cepat.

Ada banyak alasan untuk menekan kemarahan, mulai dari pengalaman keluarga ketika masa kecil hingga pengkondisian sosial. Sayangnya, kemarahan yang ditekan ini bisa menimbulkan tindakan menyalahkan diri sendiri dalam banyak situasi.

Pada akhirnya akan berdampak pada munculnya depresi, kecemasan dan somatisasi atau emosi yang berubah menjadi sakit fisik. Untuk itu, sebagaimana dikutip dari Psychology Today, perlu dikenali beberapa gejala kemarahan yang ditekan berikut ini.

Depresi

Ilustrasi depresi/ Foto: Freepik.com
Ilustrasi depresi/ Foto: Freepik.com

Gejala pertama yang bisa dikenali adalah depresi. Psikoanalis telah lama mengetahui bahwa ketika kemarahan ditekan dan diarahkan ke dalam, maka hal tersebut dapat berubah menjadi depresi. Orang yang mempunyai kecenderungan ini akan merasa sedih tentang segala hal. Padahal sebenarnya mereka sedang marah terhadap sesuatu hal yang spesifik.

Adanya kemarahan yang ditekan yang berubah menjadi depresi ini pada dasarnya mengadopsi mekanisme pertahanan atau yang dikenal dengan agresor. Mereka cenderung takut untuk mengungkapkannya secara langsung karena adanya pemikiran bahwa hal tersebut akan membuat mereka ditolak ataupun ditinggalkan.

Mengalihkan Fokus ke Orang Lain

Ilustrasi mengalihkan fokus/ Foto: Freepik.com
Ilustrasi mengalihkan fokus/ Foto: Freepik.com

Gejala berikutnya adalah mengalihkan fokus ke orang lain. Hal ini menjadi pilihan bagi mereka karena saat kemarahan muncul, akan terjadi konflik batin yang intens. Oleh karenanya, sebisa mungkin mereka akan menghindari konflik dan memilih untuk menjadi pendengar dan berusaha untuk mendamaikan apapun.

Hal ini cenderung dilakukan oleh orang-orang yang sensitif secara emosional dan sangat empatik. Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap hal ini, termasuk pengalaman hidup yang telah dilalui sebelumnya.

Paranoid

Ilustrasi paranoid/ Foto: Freepik.com
Ilustrasi paranoid/ Foto: Freepik.com

Ketika seseorang menekan kemarahannya, mereka dapat memproyeksikannya keluar. Alih-alih mengakui bahwa ada sesuatu yang menyebabkan mereka bermusuhan, mereka malah menganggap orang lain memusuhi mereka.

Dengan kata lain mereka juga merasakan bahwa dunia menjadi tempat yang aneh dan berbahaya serta merasa sulit untuk mempercayai siapapun. Mereka juga mengalami ketakutan irasional bahwa orang lain akan membalas dan menghukum mereka.

Pembenaran diri

Ilustrasi membenarkan diri/ Foto: Freepik.com
Ilustrasi membenarkan diri/ Foto: Freepik.com

Kemarahan semacam ini memang lebih tenang. Bahkan jika diungkapkan sekalipun, kemarahan ini akan terlihat sebagai frustasi dan kejengkelan. Mereka yang melakukan ini akan cenderung kritis terhadap diri mereka sendiri dan orang lain dengan standar yang tak henti-hentinya.

Seringkali, orang dengan kemarahan, di mana dirinya merasa benar sendiri ini tidak tampak marah tetapi terlalu terkendali dan tegang. Mereka tidak suka menganggap diri mereka sebagai seseorang yang pemarah.

Mereka juga jarang mengakui dan mengungkapkan perasaan kesal. Namun meskipun demikian, mereka bisa saja melakukan kemarahan yang mengejutkan semua orang apabila sesuatu yang mereka anggap benar selama ini telah diakui orang lain.

Passive Agresivitas

Ilustrasi pasif agresivitas/ Foto: Freepik.com
Ilustrasi pasif agresivitas/ Foto: Freepik.com

Gejala yang satu ini terkait dengan kecenderungan untuk melupakan sesuatu, mengabaikan tanggung jawab, menunda-nunda atau bahkan berkinerja buruk dalam suatu tugas. Mereka juga mungkin akan bersikap dingin kepada orang lain, membuat komentar sarkastik, melupakan janji atau dengan keras kepala menolak untuk memenuhi permintaan apapun.

Seseorang dengan kemarahan pasif-agresif juga dapat secara halus membuat orang lain merasa bersalah dan membuat orang lain merasa bertanggung jawab karena telah mengecewakan mereka.

Kemarahan pasif-agresif ini dapat merusak hubungan secara diam-diam dan bertahap. Mereka yang menerima kemarahan pasien agresif merasa dihukum dan diserang tanpa mengetahui alasannya. Tidak jarang pula mereka merasa kebingungan untuk menemukan solusi yang tepat dalam memperbaiki hubungan dengan seseorang yang menahan amarah pasif-agresif.

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(fip/fip)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.