Hati-hati, 3 Tanda Ini Tunjukkan Kamu Memiliki Hubungan yang Buruk dengan Makanan

Retno Anggraini | Beautynesia
Selasa, 29 Nov 2022 09:30 WIB
Tanda-tanda punya hubungan buruk dengan makanan/Foto: Freepik.com/wayhomestudio

Hubungan manusia dengan makanan tidak mudah didefinisikan karena memiliki banyak aspek yang harus dipertimbangkan, seperti emosional, sosial, psikologis, dan fisiologis. Bertentangan dengan kepercayaan populer, hubungan yang buruk dengan makanan tidak ditentukan oleh gangguan makan saja. Banyak perilaku lain yang memengaruhi hubungan buruk dengan makanan, seperti perilaku diet dan pola pikir.

Gangguan makan adalah ketika seseorang mengekspresikan kebiasaan makan yang tidak biasa. Meski tidak semua orang mengalami ini, gangguan makan bisa memperburuk citra tubuh, lho! Berikut tanda-tanda kamu memiliki hubungan yang buruk dengan makanan dilansir dari Psych2go.

Terus-Menerus Mengkhawatirkan Citra Tubuh


Ilustrasi/Foto: Freepik.com/teksomolika

Saat ini, banyak masyarakat yang berfokus pada berat badan dan citra tubuh. Banyak remaja menjadi korban budaya ketat ini dengan mengurangi asupan makanan mereka karena masalah citra tubuh.

"Kekhawatiran dengan citra tubuh dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan dalam beberapa kasus terkait dengan menyakiti diri sendiri serta pikiran dan perasaan untuk bunuh diri," kata Jane Caro, pimpinan program di Mental Health Foundation.

Media sosial memilik pengaruh besar dalam peningkatan risiko mengembangkan kebiasaan makan yang tidak teratur dan dapat membahayakan hubungan dengan makanan. Beberapa platform media sosial 'menyombongkan' cita-cita untuk menjadi kurus dan menyajikan pandangan yang berpikiran sempit untuk memiliki tubuh yang langsing dan mempermalukan semua tipe tubuh yang tidak sesuai standar.

Obsesi Terhadap Makanan


Ilustrasi/Foto: Freepik.com/jcomp

Merupakan hal yang normal jika kamu memikirkan apa yang akan kamu makan untuk makan siang hari ini, namun ada batas tipis antara normal dan obsesi. Obsesi terhadap makanan bisa sangat ekstrem sampai-sampai kamu akan selalu bertanya pada diri sendiri tentang apa, bagaimana, dan di mana kamu akan makan. Terus memikirkan makanan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, lho!

Ini dapat menurunkan produktivitas karena alih-alih menggunakan waktu luang untuk menyelesaikan tugas, kamu malah sibuk memikirkan makanan atau menyiapkannya. Dalam hal ini, akan terjadi kehilangan konsentrasi karena pikiran kamu lebih sibuk dengan makanan.

Selain itu, obsesi terhadap makanan juga datang dalam berbagai aspek. Tidak hanya tentang memenuhi pikiran, tapi juga dapat berkembang hingga seluruh hidup kamu akan ditentukan oleh makanan yang akan kamu makan saja.

Emotional Eating


Emotional eating/Foto: Freepik.com/timeimage

Emotional eating mengacu pada praktik makan berlebihan sebagai respons terhadap perasaan negatif, seperti marah, kecewa, stres, dan cemas. Dari segi kesehatan, peningkatan asupan makanan dapat menimbulkan risiko penyakit seperti diabetes dan obesitas.

Ini dikarenakan individu akan mengonsumsi makanan bukan sebagai respons atas panggilan lapar dari perut, melainkan karena adanya gangguan pada emosinya. Pandemi COVID-19 juga menyebabkan dampak negatif yang sangat besar bagi kehidupan dan emosi kita. Penelitian membuktikan beberapa warga negara di seluruh dunia menjadi korban emotional eating karena tindakan lockdown yang diberlakukan.

Mengonsumsi makanan adalah tindakan yang harus dilakukan dengan hati-hati. Hubungan kita dengan makanan sangat kompleks dan bisa menimbulkan risiko yang cukup buruk, seperti kekhawatiran terhadap citra tubuh, obsesi terhadap makanan, dan mengalami emotional eating. Jadi, ada baiknya kamu konsultasi dulu terhadap ahli gizi sebelum mengubah pola makan, Beauties.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Loading ...