Mau Sehat dan Panjang Umur? Intip 7 Rutinitas Harian Para Lansia Berumur 100 Tahun Ini

Dewi Maharani Astutik | Beautynesia
Kamis, 25 Sep 2025 12:00 WIB
Ikuti “Aturan 80%” (Hara Hachi Bu)
Ilustrasi/Foto: Freepik

Ternyata, umur panjang yang luar biasa bukan hanya karena faktor keturunan semata. Sebuah studi besar menunjukkan bahwa rahasia hidup lama lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan dan pilihan sehari-hari yang dilakukan secara konsisten. Di saat banyak orang menghadapi penurunan kesehatan, penyakit kronis, dan tanda-tanda penuaan dini, mereka yang berumur panjang justru menjalani hidup dengan cara yang sangat berbeda.

Menariknya, riset mendalam dari Blue Zones serta proyek jangka panjang seperti Okinawa Centenarian Project telah membuktikan bahwa ada pola hidup tertentu yang bisa secara nyata memperpanjang usia sehat seseorang. Bukan sekadar teori, dilansir dari Fun Packed Life, penelitian ini menunjukkan bahwa menerapkan kebiasaan-kebiasaan tertentu secara rutin dapat memerpanjang masa hidup sehat bahkan hingga puluhan tahun lebih lama.

Simak rutinitas harian para lansia berumur 100 tahun ini untuk mengetahui rahasia panjang umur mereka!

Mempraktikkan Ikigai

Ilustrasi/Foto: Freepik
Ilustrasi/Foto: Freepik

Cara kita menjalani hidup ternyata bisa memengaruhi seberapa panjang umur kita. Orang Jepang punya filosofi hidup yang menarik untuk ini, namanya ikigai. Inti dari ikigai adalah tentang menemukan makna dan tujuan dalam keseharian kita.

Banyak orang yang berusia di atas 100 tahun ternyata mempraktikkan hal ini. Misalnya, seorang kakek berusia 98 tahun di Okinawa masih setia membuat keramik setiap pagi, lalu membagikan ilmunya kepada para murid di sore hari.

Bagi orang-orang itu, aktivitas sehari-hari bukan sekadar rutinitas, melainkan juga cara untuk tetap merasa hidup dan berguna. Ada yang berkebun di taman komunitas sambil membimbing anak muda, ada juga yang mengajarkan kerajinan tradisional di pusat budaya setempat. Mereka tak hanya menekuni hobi, tetapi juga menjadikannya sebagai bentuk kontribusi bagi lingkungan sekitar.

Dengan terus melakukan hal-hal yang mereka sukai sambil membantu orang lain, mereka menjaga pikiran tetap tajam dan hati tetap hangat. Perasaan bahwa mereka masih dibutuhkan dan punya peran di tengah masyarakat memberi irama alami dalam hidup mereka. Itulah salah satu kunci mengapa mereka bisa tetap sehat, bahagia, dan berumur panjang.

Melakukan Forest Bathing

Ilustrasi/Foto: Freepik

Bagi banyak orang berusia 100 tahun ke atas, menyatu dengan alam bukan sekadar kegiatan rekreasi, melainkan juga bagian penting dari gaya hidup sehat mereka. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan forest bathing, sebuah praktik asal Jepang yang dikenal sebagai shinrin-yoku.

Setiap pagi, mereka memulai hari dengan berjalan santai di jalur-jalur yang rindang sembari menikmati kicauan burung dan perubahan musim yang tampak dari dedaunan. Ada pula yang merawat kebun kecil sehingga mendapatkan manfaat ganda, yakni bergerak aktif sekaligus terhubung dengan alam sekitar.

Kegiatan ini tidak hanya memberi ketenangan batin, tetapi juga manfaat fisik yang nyata. Paparan senyawa alami yang dilepaskan oleh pohon-pohon membantu memperkuat sistem imun mereka, dan di saat yang sama, pikiran menjadi lebih tenang, dan tingkat stres menurun. Bahkan, momen-momen ini sering menjadi ajang bersosialisasi yang menyenangkan, saat mereka berjalan bersama teman-teman dan berbagi cerita di bawah teduhnya pepohonan tua.

Menjaga Ikatan Sosial yang Kuat

Ilustrasi/Foto: Freepik/Lifestylememory

Di komunitas para centenarian, atau mereka yang telah berusia 100 tahun ke atas, tidak jarang satu rumah dihuni oleh tiga hingga empat generasi sekaligus. Suasana rumah pun menjadi hidup, penuh canda tawa, cerita keluarga, dan kebijaksanaan dari para lansia.

Kehidupan sehari-hari pun berlangsung secara kolektif, di mana para anggota keluarga yang lebih muda melibatkan orang tua mereka dalam berbagai aktivitas, mulai dari belanja bersama hingga menghadiri acara keluarga. Momen makan bersama menjadi ruang yang hangat bagi obrolan lintas generasi, yang ternyata sangat bermanfaat untuk menjaga ketajaman pikiran dan semangat para lansia. Selain itu, para orang tua lanjut usia juga tetap aktif dengan membantu pekerjaan rumah tangga ringan dan mengasuh cucu, yang secara tidak langsung membuat mereka tetap bergerak.

Interaksi yang terjalin setiap hari ini berperan penting dalam mencegah rasa kesepian dan memberi dukungan emosional saat menghadapi tantangan hidup. Setiap anggota keluarga berbagi tanggung jawab, menciptakan jaringan dukungan yang kuat dan sehat. Nilai-nilai serta pengetahuan tradisional pun terus diwariskan secara alami dari satu generasi ke generasi berikutnya, menjaga warisan budaya tetap hidup sambil merangsang mental para lansia.

Menariknya, berbagai studi ilmiah terbaru juga menunjukkan bahwa kualitas hubungan sosial berpengaruh besar terhadap kesehatan dan usia seseorang. Studi jangka panjang bahkan menemukan bahwa orang dengan hubungan sosial yang kuat cenderung hidup lebih lama, sedangkan mereka yang merasa terisolasi lebih rentan mengalami depresi, penyakit kronis, bahkan kematian dini. 

Melakukan Puasa Intermiten

Ilustrasi/Foto: Freepik/stefamerpik

Puasa intermiten ternyata bukan hal baru bagi masyarakat berumur panjang di berbagai belahan dunia. Di komunitas centenarian, pola makan yang membatasi waktu makan—misalnya hanya makan dalam rentang waktu tertentu setiap hari—muncul secara alami dan mengikuti kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Banyak dari mereka yang menyesuaikan waktu makan dengan ritme matahari, di mana makan malam dilakukan sebelum senja, lalu tubuh dibiarkan beristirahat hingga rasa lapar muncul keesokan paginya.

Kebiasaan ini membantu memperlancar proses pemulihan sel-sel tubuh, membuat tubuh lebih efisien dalam menggunakan cadangan energi, serta menjaga kadar gula darah tetap stabil sepanjang hari. Hal yang menarik, semua ini dilakukan tanpa tekanan atau aturan ketat dan karena telah menjadi bagian dari gaya hidup selama puluhan tahun, tubuh mereka pun beradaptasi secara alami.

Ikuti “Aturan 80%” (Hara Hachi Bu)

Ilustrasi/Foto: Freepik

Hara Hachi Bu adalah kebiasaan kuno masyarakat Jepang yang mengajarkan untuk berhenti makan saat perut terasa 80% penuh. Prinsip ini dijalani dengan penuh kesadaran oleh banyak lansia di Jepang, bahkan oleh mereka yang berusia lebih dari 100 tahun. Dengan cara ini, mereka bisa menjaga berat badan ideal tanpa merasa kelaparan, serta membantu sistem pencernaan bekerja lebih efisien karena porsi yang lebih terkontrol.

Mereka cenderung menggunakan piring kecil dan menikmati setiap suapan dengan perlahan sambil berbincang santai selama waktu makan. Suasana makan menjadi ajang berkumpul yang hangat dan bisa berlangsung lebih dari 30 menit. Percakapan ini tanpa disadari membantu mereka makan lebih lambat sehingga makanan terasa lebih nikmat dan perut punya waktu untuk mengirim sinyal kenyang sebelum berlebihan.

Menu yang disajikan pun tidak besar, tetapi terdiri dari banyak jenis makanan dalam porsi kecil, yaitu sayuran warna-warni, sedikit ikan, dan biji-bijian utuh yang menyegarkan mata sekaligus menyehatkan tubuh. Selain itu, mereka juga menyesuaikan porsi dengan bahan musiman dan mengikuti kebutuhan tubuh yang berubah-ubah sepanjang tahun.

Mengonsumi Makanan Fermentasi

Ilustrasi/Foto: Freepik/LipikStockMedia

Salah satu rahasia umur panjang lainnya dari para centenarian di berbagai belahan dunia terletak pada kebiasaan sederhana namun konsisten, yaitu mengonsumsi makanan fermentasi. Makanan-makanan ini menjadi bagian dari menu harian mereka, mulai dari kimchi khas Korea hingga yoghurt rumahan di kawasan Mediterania.

Dalam keseharian, mereka mengonsumsi sayuran fermentasi dalam porsi kecil sebagai pelengkap makan, penambah rasa, sekaligus penyuplai bakteri baik bagi tubuh. Banyak dari mereka masih menggunakan cara-cara kuno untuk membuat fermentasi sendiri di rumah, di mana ini adalah sebuah tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Terlibat dalam Aktivitas Pemecahan Masalah Setiap Hari

Ilustrasi/Foto: Freepik

Banyak lansia yang mampu hidup hingga usia 100 tahun memiliki satu kesamaan, yakni mereka terus menantang pikiran mereka setiap hari. Aktivitas seperti mengerjakan teka-teki silang yang rumit atau memainkan gim strategi dengan tetangga menjadi rutinitas pagi yang menyenangkan sekaligus melatih otak bagi mereka.

Selain itu, tak sedikit dari mereka yang mendalami kerajinan tradisional. Aktivitas ini bukan hanya melatih kreativitas, tetapi juga menstimulasi otak karena menuntut ketelitian dan ketekunan. Beberapa lainnya tertarik mempelajari bahasa baru dan berinteraksi dengan generasi muda, di mana ini dapat memperkaya kemampuan berbicara sekaligus mempererat hubungan sosial antar generasi.

Permainan kartu pun tak hanya jadi sekadar hiburan, tetapi juga menjadi ajang yang menyenangkan untuk melatih fokus, strategi, dan sekaligus menjalin keakraban. Ada pula yang memainkan alat musik tradisional demi menjaga warisan budaya sambil terus menantang kemampuan mental mereka.

Setiap keterampilan baru yang mereka pelajari memperkuat jaringan otak dan memperluas pengetahuan yang sudah ada. Rasa ingin tahu dan semangat belajar mereka yang tak pernah padam membuat pikiran tetap tajam hingga usia senja.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE