Mitos atau Fakta: MSG Alias Micin yang Jadi Favorit Banyak Orang Berbahaya untuk Kesehatan?
Monosodium glutamat (MSG) merupakan penyedap rasa atau micin yang telah dikenal secara luas dan digunakan selama bertahun-tahun. MSG berasal dari asam L-glutamat yang secara alami ada di banyak makanan. Dalam industri makanan, MSG dikenal sebagai E621 yang dapat larut dengan mudah di dalam air, memisahkan menjadi natrium dan glutamat bebas.
MSG dibuat dengan memfermentasikan sumber karbohidrat, seperti bit gula, tebu, dan molase sehingga rasa yang dihasilkan menjadi umami. Rasa umami yang ada pada MSG dapat menginduksi sekresi saliva. Dengan kata lain, rasa umami tersebut membuat mulut berair yang dapat meningkatkan rasa makanan. Inilah mengapa MSG sangat populer di berbagai macam olahan makanan.
Di balik rasanya yang umami, MSG sering kali dipandang sebagai bumbu makanan yang tidak sehat. Meskipun demikian, ada sebagian penelitian yang mulai mempertanyakan keakuratan efek buruk MSG pada kesehatan tubuh manusia. Nah, apakah benar MSG alias micin tidak sehat untuk tubuh? Yuk, temukan jawabannya, Beauties!
Awal Mula MSG Dipandang Tidak Sehat
Ilustrasi foto/Foto: Freepik/Rawpixel.com |
Melansir dari Healthline, pada tahun 1960-an, ada seorang dokter China-Amerika yang bernama Robert Ho Man Kwok. Ia menulis surat kepada New England Journal of Medicine, yang mengatakan bahwa ia jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan China.
Ia menyatakan bahwa gejalanya bisa disebabkan oleh konsumsi alkohol, sodium, atau MSG. Namun, melalui pernyataan tersebut, banyak yang memicu informasi salah terkait MSG, yang kemungkinan terkait dengan bias yang ada saat ini terhadap imigran China dan masakan mereka.
Penunjukan gejala Kwok mulai disebut sebagai "sindrom restoran Cina," yang kemudian menjadi "kompleks gejala MSG" (MSC) sehingga mulai banyak penelitian yang mendukung reputasi buruk MSG.
Benarkah MSG Tidak Sehat?
![]() Ilustrasi MSG/Foto: Freepik/User3802032 |
Meskipun banyak penelitian yang mengatakan MSG tidak sehat, namun bukti saat ini mempertanyakan keakuratan penelitian sebelumnya karena beberapa alasan berikut:
- Kurangnya kelompok kontrol yang memadai.
- Ukuran sampel kecil.
- Kelemahan metodologis.
- Kurangnya akurasi dosis.
- Penggunaan dosis yang sangat tinggi.
- Pemberian MSG melalui rute dengan sedikit atau tidak ada relevansinya dengan asupan makanan oral, seperti suntikan.
Saat ini, otoritas kesehatan seperti Food and Agriculture Organization (FAO), World Health Organization (WHO), Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA), Food and Drug Administration (FDA), dan European Food Safety Association (EFSA) menganggap MSG secara umum diakui sebagai aman.
![]() Ilustrasi makanan yang mengandung MSG/Foto: Pexels/Cats Coming |
Bahkan untuk asupan harian MSG yang telah ditentukan pun dapat diterima Acceptable Daily Intake (ADI), yaitu sebesar 14 mg per pon (30 mg per kilogram) berat badan per hari. Ini jauh lebih banyak daripada jumlah yang biasanya dikonsumsi setelah diet normal.
Meskipun MSG dianggap sebagai bumbu penyedap rasa yang tidak sehat selama tahun 1960-an, namun bukti saat ini telah menghilangkan mitos itu dan menunjukkan bahwa MSG aman jika dikonsumsi dalam jumlah sedang.
Nah, Beauties, itulah tadi seputar MSG. Kamu tetap boleh mengonsumsi MSG, namun harus tetap memperhatikan dosisnya agar tidak mengalami efek samping yang merugikan kesehatan tubuh, ya!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

