Wajib Tahu! Kalimat Positif yang Bisa Dinilai Sebagai Sikap Menyakiti Perasaan Orang Lain, Kok Bisa?

Siti Mukaromah | Beautynesia
Selasa, 17 Aug 2021 20:30 WIB
Wajib Tahu! Kalimat Positif yang Bisa Dinilai Sebagai Sikap Menyakiti Perasaan Orang Lain, Kok Bisa?
Bisa Dinilai Sebagai Sikap Menyakiti Perasaan Orang/pexel.com/Polina Zimmerman

Memberi semangat atau menguatkan orang lain adalah satu cara yang bisa kita lakukan agar menjadi lebih berguna bagi orang lain. Dengan begitu orang lain akan menjadi lebih berpikir positif, optimis dan kuat dalam menghadapi masalah. Namun, nyatanya tidak selamanya begitu lho Beauties.

Sebagian orang mungkin akan lebih termotivasi dengan beberapa kalimat semangat yang kamu berikan, tapi sebagian lagi mungkin akan semakin malu dan enggan mengungkapkan secara lebih lanjut apa yang ia rasakan padamu.

Nah, peristiwa ini disebut juga sebagai toxic positivity. Lebih lanjutnya gini Beauties.

Definisi Toxic Positivity

Toxic positivity, berpikir positif
Pengertian toxic positivity/pexel.com/Polina Zimmerman

Toxic positivity adalah situasi yang secara tidak langsung yang memaksa orang untuk bersikap tegar dan berpikir positif, tak peduli separah dan serumit apapun situasi yang sedang dialami. Di mana pada kenyataannya hidup tidak selalu positif.

Hal inilah yang membuat banyak orang kemudian enggan mengakui perasaannya, hingga akhirnya merasa malu dan lebih terbebani dari pada sebelumnya Beauties. Karena kita semua berurusan dengan emosi dan pengalaman yang menyakitkan.

Nah, dari emosi-emosi itu, meskipun seringkali tidak menyenangkan, namun tetap penting dan perlu dirasakan untuk ditangani secara terbuka dan jujur. Toxic positivity telah membawa pemikiran positif menuju hal ekstrem yang digeneralisasikan atau dianggap biasa secara berlebihan.

Bisa Dinilai Sebagai Sikap Menyakiti Perasaan Orang

Bisa Dinilai Sebagai Sikap Menyakiti Perasaan Orang/pexel.com/Liza Summer

Kalimat Toxic Positivity yang Sering Diujarkan

Beauties, percaya atau tidak, kalimat toxic positivity ternyata mungkin sering kamu gunakan ketika menenangkan teman yang sedang kesulitan lho. Dilansir dari Verywellmind, ada beberapa kalimat yang merujuk pada toxic positivity, diantaranya;

“Be positive” atau “Coba lihat sisi baiknya”

Toxic positivity, berpikir positif
Kalimat pemicu toxic positivity/pexel.com/Andrea Piacquadio

Seseorang atau kamu secara pribadi mungkin akan berkata ini ketika hal buruk terjadi, entah karena kehilangan pekerjaan, kekasih, barang berharga dan lain sebagainya. Meskipun perkataan semacam ini mungkin dimaksudkan untuk memberikan simpati pada seseorang,  itu juga bisa menjadi cara untuk menghentikan apa pun yang ingin seseorang katakan tentang apa yang seseorang alami Beauties.

“Segala sesuatu terjadi, karena alasan”

Setelah selesai memberi wejangan, seseorang biasanya akan melanjutkannya dengan kalimat “semua yang terjadi karena adanya suatu alasan”. Meskipun kamu bermaksud untuk menghibur, nyatanya kamu secara tidak langsung mengajarkan seseorang untuk menghindari rasa sakit yang ia alami. Padahal dengan rasa sakit yang kita rasakan, kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik lagi.

“Menjadi bahagia adalah pilihan”

Toxic positivity, berpikir positif
Kalimat toxic positivity/pexel.com/enging akyurt

Beauties, kamu pernah tidak berkata seperti kalimat di atas  pada teman atau orang terdekatmu? Apa lagi saat mereka sedang merasa sedih atau kecewa. Padahal pernyataan seperti itu diungkapkan seolah-olah, jika seseorang sedang merasakan hal yang negatif, maka tidak lain karena seseorang itu tidak "memilih" untuk bahagia.

Kamu mungkin merasa bingung untuk mengambil tindakan saat orang terdekatmu sedang mengalami emosi yang negatif, hingga secara tidak sadar mengucapkan kalimat yang merujuk pada toxic positivity. Maka ada baiknya kamu merubah kalimat beracun itu dengan kalimat berikut.

toxic positivity, berpikir positif
Tabel penggunaan kalimat toxic positivity dan alternatif penggantinya/verywellmind.com/siti mukaromah

Di samping itu mulailah untuk mendengarkan tanpa menghakimi, mendengarkan tanpa buru-buru menasehati, memberi kesempatan untuk seseorang berekspresi seperti menangis, mengeluh dan lain sebagainya. Kemudian biasakan untuk tidak menggali hal-hal di balik keinginan menyerah seseorang. Agar kamu dapat meminimalisir toxic positivity yang bisa tanpa sadar kamu ucapkan. 

(raf/raf)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.