Jika berbicara tentang kota Kudus, biasanya orang akan langsung mengasosiasikannya dengan rokok kretek. Tidak salah, karena memang industri kretek Indonesia lahir di kota ini. Namun sesungguhnya, di tahun 1930-1970, Kudus terkenal juga dengan batiknya. Batik dengan motif ragam flora dan fauna dan kental dengan budaya peranakkan juga budaya Islam menjadi ciri khasnya.
Namun sayang di tahun 1980-an, batik Kudus mulai redup namanya. Hal ini dikarenakan banyak pembatik yang mulai alih profesi memilih bekerja di industri lain. Batik Kudus pun terlupakan dan ditinggalkan. Bisa dibilang, batik Kudus punah.
Batik Kudus dihidupkan kembali oleh Bakti Budaya Djarum Foundation
Di tahun 2010, Bakti Budaya Djarum Foundation (BBDF) mulai membuat program pembinaan untuk mengaktifkan kembali pengrajin batik Kudus. Tujuannya adalah untuk memupuk generasi berikutnya agar tetap membatik sehingga batik Kudus tak punah.
Di tahun 2015 BBDF menggandeng Denny Wirawan dengan tujuan mengenalkan batik Kudus ke khalayak yang lebih luas. Denny bahkan sudah membawa batik Kudus ke panggung fashion New York.