Selendang Tenun Dayak Iban 'Impactful' di Tangan Wilsen Willim

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Senin, 29 Sep 2025 15:00 WIB
Selendang Tenun Dayak Iban 'Impactful' di Tangan Wilsen Willim
Koleksi Wilsen Willim Gunakan Selendang Tenun Dayak Iban/ Foto: Dok. Wilsen Willim

Mengolah tenun bukanlah hal baru bagi Wilsen Willim yang labelnya kerap mengangkat unsur wastra nusantara. Namun ketika selendang tenun diterimanya dari Cita Tenun Indonesia (CTI) untuk diolah menjadi busana, ini jadi tantangan dengan tingkat kesulitan baru untuknya.

Tenun Dayak Iban dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi focal point kreasinya. "Bisa dibilang project ini tuh project ribuan jarum," ujar Wilsen kepada Beautynesia (26/9/2025). Beauties, yuk, simak cerita di balik koleksinya bersama Kawan Lama Group untuk Cita Tenun Indonesia yang ditampilkan di peragaan busana 'KALATARA' di Senayan City Fashion Nation XIX Edition!

Daya Tarik Tenun Dayak Iban

Koleksi Wilsen Willim untuk Cita Tenun Indonesia gunakan selendang tenun Dayak Iban.

Koleksi Wilsen Willim untuk Cita Tenun Indonesia gunakan selendang tenun Dayak Iban./ Foto: Dok. Wilsen Willim

Perjalanan Wilsen Willim ke Putussibau, Kalimantan Barat, dalam rangka pembinaan penenun bersama Kawan Lama Group dan CTI pada bulan Juli lalu jadi salah satu pengalaman yang membuka mata. Tinggal dikelilingi oleh alam serta gaya hidup masyarakat Suku Dayak Iban yang serba sederhana dan tradisional membekas di ingatannya. “Dan juga pengerjaan tenunnya sangat menginspirasi.”

Wilsen mengamati usaha perempuan lintas generasi Suku Dayak Iban melestarikan warisan pendahulunya. Mulai dari proses pembuatan tenun, kendalanya, proses pewarnaan alami, hingga bagaimana mereka melihat aktivitas menenun bukanlah sebuah pekerjaan, melainkan cara untuk melanjutkan ajaran nenek moyangnya.

Melalui proses pembuatan itu, “jiwa” tenun Dayak Iban tertanam. Mereka menggunakan alat tenun gedog yang sangat sederhana sehingga menghasilkan tekstur yang lebih kasar dan punya body––keunikan tenun hasil teknik gedog dibandingkan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang menghasilkan tekstur lebih lembut. Bagi Wilsen, “jiwa” dalam tenun Dayak Iban itulah yang mencuri perhatiannya, sekaligus jadi tantangan tersendiri dalam proses pengolahan menjadi busana.

Mengolah Selendang Tenun yang Rumit

Koleksi Wilsen Willim untuk Cita Tenun Indonesia gunakan selendang tenun Dayak Iban.

Koleksi Wilsen Willim untuk Cita Tenun Indonesia gunakan selendang tenun Dayak Iban./ Foto: Dok. Wilsen Willim

Proses pembuatan tenun yang seluruhnya menggunakan tangan, dijalin dari serat ke serat, membuat kain yang delicate, penuh keindahan. Namun di sisi lain, ini pula yang jadi kesulitan yang kerap dialami para desainer saat mengolah. Berbagai upaya untuk menjaga jalinan serat tenun dilakukan, termasuk dengan mengandalkan pengeras sampai banyak sekali jarum pentul pada tiap potongan. “Jadi, cara menghadapi teknik yang so delicately handmade adalah dengan teknik yang delicate juga,” kata Wilsen. 

Bukan cuma dari serat itu sendiri, kain tenun berupa selendang juga merupakan tantangan. Ukuran kecil dengan lebar kurang konsisten (sekitar 15-18 cm), pada kedua ujung yang berhias fringe memiliki panjang-pendek tidak simetris, sehingga mengharuskan Wilsen untuk memutar otak agar selendang tersebut tidak terlihat seperti aksesori pada busana, tapi sebagai primadona.

“Contoh dari selendang itu aku paling suka ujung pinggirannya,” lanjutnya. “Kemarin kita sangat memikirkan cara kita mengolah ujung-ujungnya.” Oleh karena itu, Beauties, dalam koleksi yang ditampilkan, susunan fringe menjadi salah satu detail sebagai daya tarik utama.

Koleksi Elegan yang Tuai Respon Positif

Koleksi Wilsen Willim untuk Cita Tenun Indonesia gunakan selendang tenun Dayak Iban.

Koleksi Wilsen Willim untuk Cita Tenun Indonesia gunakan selendang tenun Dayak Iban./ Foto: Dok. Wilsen Willim

Selendang tenun sukses menjadi busana memikat di tangan Wilsen Willim yang dipresentasikan di Senayan City Fashion Nation XIX pada hari Rabu (24/9/2025). Nilai dan keindahan tenun Dayak Iban meningkat drastis ketika digabungkan dengan unsur DNA desain yang minimalis dan serba rapi. Setiap look-nya merupakan statement piece yang sarat keanggunan.

Tenun tersebut dikombinasikan berbagai material lain, dikreasikan sebagai jaket dengan tailoring khas, high-waisted skirt yang merupakan salah satu signature label, rok lipit sebagai overlay celana hitam, hingga jadi aksen pada kerah yang berpadu apik dengan embellishment mutiara dan batu alam. Pemilihan palet warna netral didominasi gelap semakin memberi spotlight pada motif dan warna cerah tenun Dayak Iban.

Harapan Wilsen Willim untuk mengkreasikan pakaian berunsur tenun yang impactful berhasil dicapai, “karena [saat pembuatan] kita saling merespon dengan kerajinan tangan.” Ini juga tidak akan jadi terakhir kalinya Wilsen Willim berkarya dengan tenun, Beauties! Ia spill sedang dalam proses mengembangkan tenun menggunakan bahan-bahan recycle. Wah, makin penasaran, kan? Kita tunggu ya!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE