10 Pengaruh Stres Kronis Pada Tubuh, dari Masalah Jantung hingga Komplikasi Kehamilan

Ade Irma Suryani | Beautynesia
Selasa, 17 Oct 2023 06:45 WIB
3. Rambut Rontok
Rambut rontok/Foto: Unsplash.com/Towfiqu barbhuiya

Semua orang tentu pernah mengalami stres. Karena stres adalah sesuatu yang memang tidak dapat dihindari. Namun, stres tentu saja bisa sangat berbahaya bagi kesehatan jika terjadi dalam jangka waktu yang lama. 

Kondisi stres terus-menerus dan berlanjut selama berminggu-minggu, atau bahkan lebih lama dapat menjadi stres kronis. Kondisi semacam ini dapat menyebabkan gejala psikologis dan fisik. 

Dilansir dari Health, berikut beberapa pengaruh stres kronis pada tubuh. Simak!

1. Serangan Asma

Serangan asma/Foto: Unsplash.com/Sahej Brar

Stres dan emosi yang kuat diketahui dapat menjadi pemicu asma. Dan jika kamu menderita asma, emosi dan stres juga dapat memperburuk gejala asma.

Hal ini dikarenakan stres dapat memengaruhi pernapasan, meskipun kamu tidak menderita asma sekalipun. Otot menegang, dan laju pernapasan bisa meningkat.

Untuk mengatasi hal ini, kamu dapat melakukan mindful breathing. Pernapasan yang penuh perhatian dapat membantu mengurangi stres.

2. Masalah Pencernaan

Masalah pencernaan/Foto: Pexels.com/cottonbro studio

Di saat kamu stres atau cemas, hormon yang dilepaskan dapat mengganggu pencernaan, sehingga menyebabkan sejumlah masalah gastrointestinal (GI) seperti sembelit, diare, gangguan pencernaan, kehilangan selera makan, mual, tukak lambung, dan kram perut.

Secara khusus, sindrom iritasi usus besar atau IBS, yang ditandai dengan rasa sakit dan serangan sembelit serta diare, diperkirakan sebagian dipicu oleh stres. 

3. Rambut Rontok

Rambut rontok/Foto: Unsplash.com/Towfiqu barbhuiya

Stres kronis juga dapat menyebabkan rambut rontok. Ketika stres sudah mereda, rambut akan berhenti rontok. Mungkin diperlukan waktu antara enam hingga sembilan bulan agar rambut tumbuh kembali ke volume normalnya. 

Stres dan kecemasan juga dapat menyebabkan gangguan yang disebut trikotilomania, yaitu seseorang yang mencabut rambutnya berulang kali. Orang yang mengalami kondisi ini sering kali melaporkan bahwa mereka mengalami stres sebelum mencabut rambutnya. 

Perawatan untuk trikotilomania mungkin termasuk pengobatan, terapi perilaku kognitif, dan pelatihan pembalikan kebiasaan, yaitu mengidentifikasi kebiasaan dan berupaya mengubahnya melalui kesadaran dan dukungan sosial. 

4. Masalah Jantung

Masalah jantung/Foto: Unsplash.com/Giulia Bertelli

Respons awal kardiovaskular tubuh terhadap stres adalah peningkatan detak jantung. Stres yang berkelanjutan meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan penyempitan pembuluh darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko masalah kardiovaskular seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan serangan jantung.

Misalnya, banyak orang mengalami stres karena pekerjaan. 10 persen hingga 40 persen orang yang bekerja mengalami stres terkait pekerjaan, dan 33 persen dari orang-orang tersebut mengalami stres kronis yang parah. Orang yang mengalami stres akibat pekerjaan lebih besar kemungkinannya terkena penyakit kardiovaskular.

5. Gula Darah Tinggi

Gula darah tinggi/Foto: Unsplash.com/Diabetesmagazijn.nl

Stres diketahui dapat meningkatkan gula darah. Jika kamu menderita diabetes tipe 2, kamu mungkin akan mendapati bahwa gula darahmu lebih tinggi saat sedang stres. 

Stres dapat menyebabkan peningkatan kadar kortisol dan glukosa, serta peningkatan resistensi insulin.

Dalam sebuah penelitian, subjek yang mengalami tingkat stres tinggi cenderung tidak melakukan modifikasi gaya hidup, seperti olahraga dan perubahan pola makan, untuk pengobatan diabetes. 

6. Peningkatan Nafsu Makan

Peningkatan nafsu makan/Foto: Pexels.com/Andres Ayrton

Jika kamu mengalami stres yang hanya berlangsung sebentar, nafsu makanmu mungkin rendah. Namun saat kamu stres dalam waktu yang lama, tubuh akan memproduksi kortisol, yaitu hormon yang meningkatkan nafsu makan dan membuatmu mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak.

Mengonsumsi makanan yang tinggi gula dan lemak jenuh dapat menyebabkan penambahan berat badan.

7. Insomnia

Insomnia/Foto: Unsplash.com/Ben Blennerhassett

Insomnia merupakan gangguan tidur yang membuat seseorang terus-menerus kesulitan untuk tertidur. Umumnya hal ini disebabkan oleh stres.

Stres besar dapat menyebabkan insomnia, dan akan hilang setelah stres selesai. Namun, paparan stres kronis dalam jangka panjang dapat mengganggu tidur dan berkontribusi pada gangguan tidur.

8. Masalah dengan Memori dan Pembelajaran

Masalah dengan memori dan pembelajaran/Foto: Pexels.com/Andrea Piacquadio

Hubungan antara ingatan dan stres masih belum sepenuhnya jelas. Namun, para peneliti yakin stres berdampak pada pembelajaran dan ingatan, khususnya di ruang kelas.

Stres sangat umum terjadi dalam lingkungan pendidikan, baik bagi siswa maupun guru, karena ujian, evaluasi, dan tenggat waktu. Stres dalam kaitannya dengan pendidikan memang memengaruhi pembelajaran dan memori.

Namun belum jelas apakah hal ini berdampak positif atau negatif. Stres dapat meningkatkan daya ingat, sementara dalam kasus lain dapat merusak daya ingat. 

9. Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan/Foto: Unsplash.com/Anastasiia Chepinska

Selama kehamilan, stres dan kecemasan yang dialami ibu hamil dapat berdampak pada kehamilannya. Jika stres tidak dikelola dengan baik, maka hal ini dapat meningkatkan peluang terjadinya berat badan lahir rendah, persalinan prematur, dan depresi pascapersalinan.

Karena itu, penting untuk mengurangi tingkat stres yang dialami ibu hamil, sehingga dapat bermanfaat bagi kesehatan ibu dan anak. 

10. Penuaan Dini

Penuaan dini/Foto: Unsplash.com/Anita Jankovic

Peristiwa traumatis dan stres kronis dapat berkontribusi terhadap penuaan dini. Hal ini karena stres memperpendek telomer dalam sel. Telomer adalah tutup pelindung di ujung kromosom sel. Ketika telomer memendek, hal itu menyebabkan sel-sel menua lebih cepat. 

Itulah beberapa pengaruh stres kronis terhadap tubuh. Ada berbagai cara yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi dan mengelola stres dengan baik. Misalnya, dengan berolahraga teratur, melakukan berbagai aktivitas santai, tidur yang cukup setiap malam, menghindari kafein, melatih keterampilan manajemen waktu, dan mencari dukungan dari keluarga dan teman.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE