1.000 Lebih Penulis di Dunia Menolak Kolaborasi dengan Penerbit Israel

Nadya Quamila | Beautynesia
Rabu, 30 Oct 2024 07:30 WIB
Budaya Memainkan Peran dalam Menormalisasi Ketidakadilan yang Terjadi
Ilustrasi/Foto: Getty Images via AFP/MICHAEL M. SANTIAGO

Lebih dari 1.000 penulis, termasuk pemenang Nobel Prize, Booker Prize, Pulitzer Prize, dan Penghargaan Buku Nasional, menyerukan aksi boikot massal terhadap penerbit Israel. Seperti yang diketahui, Israel melakukan genosida terhadap Palestina.

Deklarasi massal ini merupakan boikot budaya terbesar terhadap lembaga budaya Israel dalam sejarah. Dikutip dari keterangan pers Palestina Festival of Literature, penulis yang masuk dalam daftar ini antara lain Sally Rooney, Annie Ernaux, Arundhati Roy, Viet Thanh Nguyen, Max Porter, Ocean Vuong, Percival Everett, Abdulrazak Gurnah, Rupi Kaur, Michelle Alexander, Judith Butler, Rachel Kushner, Jhumpa Lahiri, Valeria Luiselli, dan masih banyak lagi.

Para penandatangan ikrar tersebut mengatakan mereka tidak akan bekerja sama dengan penerbit, festival, agensi sastra, dan penerbitan Israel yang "terlibat dalam pelanggaran hak-hak Palestina", termasuk menjalankan "kebijakan dan praktik diskriminatif" atau "menutupi dan membenarkan pendudukan, apartheid, atau genosida Israel", dikutip dari The Guardian.

"Kami, sebagai penulis, penerbit, pekerja festival sastra, dan pekerja buku lainnya, menerbitkan surat ini saat kami menghadapi krisis moral, politik, dan budaya paling mendalam di abad ke-21," demikian pernyataan awal dari deklarasi itu.

Seruan aksi boikot ini diselenggarakan oleh festival sastra Palestina (juga dikenal sebagai PalFest), yang menyelenggarakan festival tahunan dengan acara-acara publik gratis di kota-kota di seluruh Palestina.

Budaya Memainkan Peran dalam Menormalisasi Ketidakadilan yang Terjadi

NEW YORK, NEW YORK - APRIL 22: New York University students set up a

Ilustrasi/Foto: Getty Images via AFP/MICHAEL M. SANTIAGO

Selain itu, lembaga-lembaga yang tidak pernah secara terbuka mengakui "hak-hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina sebagaimana diabadikan dalam hukum internasional" juga akan diboikot.

Penolakan tersebut ditujukan pada keterlibatan institusional, bukan identitas. Sebuah lembaga budaya dapat mengakhiri keterlibatan mereka dengan memenuhi dua persyaratan, yaitu mengecam dan menjauhkan diri dari rezim apartheid genosida Israel serta menegaskan hak-hak penuh yang dilindungi rakyat Palestina berdasarkan hukum internasional, termasuk hak untuk kembali.

Menurut deklarasi tersebut, budaya telah memainkan peran integral dalam menormalisasi ketidakadilan yang tengah terjadi. 

"Lembaga budaya Israel sering kali bekerja secara langsung dengan negara, telah menjadi krusial dalam mengaburkan, menyamarkan, dan mencuci seni perampasan dan penindasan jutaan warga Palestina selama beberapa dekade," ungkapnya.

"Kita tidak dapat dengan hati nurani yang baik terlibat dengan lembaga Israel tanpa mempertanyakan hubungan mereka dengan apartheid dan penggusuran,” lanjutnya.

Deklarasi tersebut diakhiri dengan seruan kepada rekan-rekan penandatangan untuk bergabung dalam ikrar tersebut. Ikrar ini didukung oleh Fossil Free Books, sebuah kelompok yang telah berkampanye menentang investasi di perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Israel dan bahan bakar fosil.

Curahan Hati Salah Satu Penulis yang Seruka Boikot terhadap Penerbit Israel

Viet Thanh Nguyen

Viet Thanh Nguyen/Foto: Instagram/viet_t_nguyen

Viet Thanh Nguyen adalah salah satu penulis yang ikut menyerukan boikot terhadap penerbit Israel. Viet Thanh Nguyen adalah seorang profesor dan novelis Amerika kelahiran Vietnam Selatan. Novel perdana Nguyen, The Sympathizer, berhasil memenangkan Penghargaan Pulitzer untuk Fiksi tahun 2016, Penghargaan Perdamaian Sastra Dayton, Penghargaan Novel Pertama Pusat Fiksi, dan banyak penghargaan lainnya.

“Setiap penulis ingin karyanya diterbitkan di mana-mana. Namun, saya telah memberi tahu penerbit Israel bahwa jika mereka tidak mendukung prinsip-prinsip dasar yang diungkapkan dalam surat ini, yaitu mengakhiri keterlibatan dengan apartheid Israel dan hak penuh bagi warga Palestina, maka saya tidak dapat menyetujui penerbitan buku saya yang akan datang, The Refugees," ujarnya.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE