11 Mitos Tentang Gangguan Mental dan Fakta di Baliknya

Meuthia Khairani | Beautynesia
Selasa, 10 Oct 2023 18:45 WIB
11 Mitos Tentang Gangguan Mental dan Fakta di Baliknya
Deretan mitos tentang kesehatan mental dan fakta di baliknya/Foto: freepik.com/Freepik

Kesehatan mental sangat umum terjadi dan bisa menimpa siapa saja. Namun, di masa kini masih banyak orang yang menyematkan stigma atau mempercayai mitos tentang gangguan mental alias orang-orang yang diketahui sedang terkena gangguan kejiwaan.

Banyak yang berpandangan buruk terhadap ODGJ atau orang yang mengidap gangguan mental dengan memberikan penilaian-penilaian yang ternyata bisa dibantahkan dengan fakta yang sebenarnya.

Nah, berikut kita akan membahas stigma dan mitos tentang gangguan mental dan fakta di baliknya. Simak, Beauties!

1. Mitos: Gangguan Mental Tidak Ada Solusinya

Mitos gangguan mental tidak ada solusinya/Foto: Pexels/Juan Pablo

Dilansir dari Behavorial Health News, faktanya semakin ke sini sudah semakin banyak pengobatan, layanan, komunitas, dan support system untuk orang-orang dengan gangguan mental agar dapat terus menjalani kehidupan yang aktif dan produktif. Kamu bisa mendapatkan layanan psikologis dari fasilitas kesehatan tingkat pertama alias puskesmas, rumah sakit, kelas psikologi, pusat kesehatan mental, maupun layanan konseling.

2. Mitos: Kita Tidak Bisa Membantu Orang dengan Gangguan Mental

Mitos kita tidak bisa membantu orang dengan gangguan mental/Foto: Pexels/Lisa Fotios

Faktanya, kamu bisa membantu teman atau orang terdekat yang kamu ketahui sedang terganggu mentalnya. Misalnya, dengan menjadi tempatnya bercerita dengan aman dan nyaman, tidak melabelinya dengan kata "gila" atau kata-kata yang menyakitkan, mempelajari kesehatan mental, memperlakukan dirinya dengan baik, dan tidak mendiskriminasinya dari lingkunganmu.

 

3. Mitos: Orang dengan Gangguan Mental Biasanya Jahat

Mitos orang dengan gangguan mental biasanya jahat/Foto: Pexels/Shvets Production

Fakta sebenarnya justru orang yang terkena gangguan mental lebih besar kemungkinan menjadi korban kejahatan. Kejahatan yang menimpanya inilah yang membuat mentalnya terganggu dan membutuhkan bantuan psikologis maupun psikiatris agar bisa kembali melanjutkan hidup dengan lebih nyaman. 

4. Mitos: Gangguan Mental Disebabkan Oleh Karakter yang Lemah

Mitos gangguan mental disebabkan oleh karakter yang lemah/Foto: Pexels/Vasiliy Skuratov

Faktanya, kondisi kesehatan mental tidak ada hubungannya dengan kelemahan karakternya. Ini bukanlah suatu kondisi yang dia pilih untuk dimiliki atau tidak dimiliki. Sama seperti kita tidak memilih untuk terkena kanker, penyakit jantung, atau asma. Menyadari bahwa seseorang perlu bantuan mental justru membutuhkan keberanian yang besar.

Menurut berbagai sumber, penyakit atau gangguan mental merupakan dapat disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, cedera otak, lingkungan, cedera, pengalaman hidup, neurologis, genetik, kinerja otak, dan kehidupan sosial seseorang.

5. Mitos: Orang Berpenyakit Mental Tidak Bisa Sembuh

Mitos orang berpenyakit mental tidak bisa sembuh/Foto: Unsplash/Vitaliy Rigalovsky

Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang dengan gangguan mental dapat menjadi lebih baik dan banyak yang kemudian sembuh total, meskipun sebagian memerlukan perjalanan dan proses yang panjang. Pemulihan dapat ditandai dari kemampuan menjalani hidup dengan lebih produktif dan memuaskan, juga gejala gangguan mental terasa berkurang. Dengan bantuan yang tepat, orang bisa pulih sepenuhnya.

Namun, tidak menutup kemungkinan juga memerlukan perawatan berkelanjutan. Hal ini sama seperti penyakit fisik seperti diabetes, kolesterol, dan sebagainya.

6.  Mitos: Orang Bisa Memilih untuk Tidak Memiliki Gangguan Mental

Mitos orang bisa memilih untuk tidak memiliki gangguan mental/Foto: Pexels/Ekaterina Bolovtsova

Faktanya, penyakit mental tidak bisa dihindari oleh pasien. Sama seperti penyakit kanker, atau sesimpel batuk pilek.

Gejala penyakit mental muncul dengan cara yang berbeda-beda per individu yang mengidapnya. Terkadang gejala itu tidak terlihat oleh kita, namun saat kehidupan kita mulai terganggu olehnya, itu merupakan tanda bahwa kita perlu penanganan dan pengobatan lebih lanjut.

7. Mitos: Orang dengan Gangguan Mental Hanyalah Cari Perhatian

Mitos orang dengan gangguan mental hanya cari perhatian/Foto: Unsplash/Louis Galvez

Dilansir dari Calmerry, klaim tersebut adalah tindakan yang tidak valid dan tentunya meremehkan. Tak bisa dipungkiri, punya atau tidak punya gangguan mental, setiap manusia membutuhkan dukungan emosional, validasi, dan pengertian sepanjang hidupnya.

Kita semua pasti ingin dan pantas mendapatkannya. Hanya saja, mungkin orang dengan masalah kesehatan mental tidak selalu memiliki support system yang sesuai kebutuhan sehingga dia membaginya di media sosial, misalnya. Nah, bukan berarti itu menandakan mereka mencari perhatian, karena seringkali ini adalah cara mereka meminta pertolongan.

8. Mitos: Berbicara tentang Kesehatan Mental Akan Memperburuk Kondisi

Mitos berbicara tentang kesehatan mental akan memperburuk kondisi/Foto: Pexels/shvets production

Beberapa kemungkinan orang enggan mencari bantuan karena khawatir mereka akan terus memikirkan masa lalu dan mengasihani diri sendiri, atau takut membuat diri mereka sendiri atau orang lain tidak nyaman. Namun, ini adalah hal yang keliru.

Sebab, menggali penyebab penyakit mental dan memahami emosimu sendiri justru merupakan bagian penting dari pengobatan dan terapi mentalmu.

9. Mitos: Penyakit Mental Hanya Alasan Berperilaku Buruk

Mitos penyakit mental adalah alasan berperilaku buruk/Foto: Unsplash/Sydney Sims

Saat melihat perilaku aneh atau tak terduga yang dilakukan penyintas gangguan mental, yang perlu kita perhatikan adalah penyakit atau penyebab dia melakukan hal tersebut, bukan pribadi orangnya. Sebab, orang yang mengalami perubahan perilaku karena gangguan mentallah yang memungkinkan orang memilih melakukan sesuatu yang buruk karena alasan yang tidak berkaitan dengan gejala penyakit mereka. Demikianlah yang dilansir dari CMHA. 

10. Mitos: Gangguan Mental adalah Akibat Kesalahan Penyintasnya

Mitos gangguan mental adalah akibat kesalahan penyintasnya/Foto: Pexels/Molnar Balint

Melansir dari MHFA, seringkali mitos yang menjadi stigma ini menjadi alasan untuk membenarkan pengucilan atau prasangka terhadap penyintas gangguan mental. Padahal, faktanya masalah kesehatan mental bisa terjadi karena berbagai alasan, dan orang yang mengalaminya tidak bisa disalahkan begitu saja.

Gejala dan situasi yang disebabkan oleh gangguan mental bukanlah pilihan dan biasanya tidak bisa dikendalikan oleh seseorang. Yang perlu diingat adalah orang yang memiliki gangguan mental tidak bisa begitu saja keluar dari masalahnya, melupakannya, dan menjadi lebih baik tanpa berproses. Pun, orang dengan masalah mental tidak sedang mencari perhatian, alasan, atau sedang menghindari sesuatu.

11. Mitos: Gangguan Mental Akibat Kurang Ibadah

Mitos gangguan mental akibat kurang ibadah/Foto: Pexels/Arina Krasnikova

Dirangkum dari berbagai sumber, sudah menjadi pandangan sebagian besar masyarakat bahwa orang yang mengalami gangguan jiwa adalah orang yang kurang ibadah. Sehingga, terkadang orang-orang hanya bisa memberikannya anjuran untuk memperbanyak ibadah.

Nah, yang perlu diluruskan di sini adalah bahwa gangguan mental adalah penyakit yang harus disembuhkan. Sama seperti penyakit sesimpel batuk atau pilek yang butuh pengobatan dari profesional, yang diiringi juga dengan ibadah atau berdoa.

Dikutip dari Orange, masalah kesehatan mental bukanlah indikasi lemahnya iman, melainkan kondisi fisiologis yang lebih kompleks.

Bagaimana, Beauties? Sekarang sudah tahu kan mana yang mitos dan bagaimana faktanya terkait gangguan kesehatan mental? Semoga artikel ini bermanfaat untukmu ya!

____

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE