7 Cara Menghadapi Ghosting dengan Elegan

Gayuh Tri Pinjungwati | Beautynesia
Jumat, 19 Dec 2025 21:30 WIB
3. Izinkan Dirimu Merasakan, Lalu Ungkapkan Apa yang Tertahan
Izinkan Dirimu Merasakan, Lalu Ungkapkan Apa yang Tertahan/Foto: Pexels.com/ Cherry Ann Gonzales

Pernahkah kamu merasa menjalani hubungan yang baik dengan seseorang, mulai dari mengirim pesan yang intens, obrolan yang seru, perhatian yang manis, lalu tiba-tiba dia menghilang begitu saja? Tidak ada kabar, tidak ada alasan, hanya hening yang menggantung. Fenomena ini disebut ghosting. Rasanya membingungkan, menyakitkan, dan membuatmu bertanya-tanya.

Menghadapi ghosting itu berat, apalagi kalau kamu merasa diabaikan tanpa alasan, digantung tanpa penjelasan. Tapi ingatlah bahwa dihantam ghosting bukan berarti harga dirimu melemah. Berikut cara agar kamu bisa menghadapi ghosting tanpa kehilangan rasa percaya diri, berdasarkan tips dari Psychology Today.

1. Sadari Bahwa Kamu Tidak Perlu Tahu Alasannya untuk Bisa Move On

Sadari Bahwa Kamu Tidak Perlu Tahu Alasannya untuk Bisa Move On/Foto: Pexels.com/ Quý Nguyễn

Tidak semua hal dalam hidup datang dengan penjelasan yang jelas. Kadang, orang pergi tanpa alasan yang bisa kamu pahami. Bisa jadi dia tidak siap berkomitmen, punya masalah pribadi, atau sekadar tidak tahu cara berkomunikasi dengan dewasa.

Tapi apa pun alasannya, ketidakhadirannya bukan sesuatu yang harus kamu cari tahu untuk bisa melanjutkan hidup. Mencari jawaban dari seseorang yang memilih diam hanya akan membuatmu terjebak dalam lingkaran sakit hati yang tidak berujung.

Kenyataannya, closure tidak selalu datang dari orang lain. Kadang, kamu sendiri yang perlu memberi penutupan untuk dirimu sendiri. Caranya bukan dengan mencari tahu kenapa dia menghilang, tapi dengan menerima bahwa ia tidak lagi bagian dari perjalananmu. Melepaskan seseorang bukan berarti kalah atau menyerah, tapi tanda bahwa kamu cukup kuat untuk menghargai dirimu sendiri, bahkan ketika orang lain tidak melakukannya.

2. Alihkan Fokus pada Perilaku Mereka, Bukan Perilakumu

Alihkan Fokus pada Perilaku Mereka, Bukan Perilakumu/Foto: Pexels.com/ Hạnh Phạm

Orang yang melakukan ghosting memilih untuk menghindar daripada berkomunikasi secara jujur. Itu adalah bentuk ketidakdewasaan emosional, bukan tanda bahwa kamu tidak pantas dicintai atau dihargai.

Jadi, daripada terus bertanya-tanya apa yang salah dari dirimu, cobalah alih fokus pada bagaimana mereka memperlakukan situasi itu. Karena pada akhirnya, seseorang yang tulus tidak akan menghilang tanpa kata, dan seseorang yang benar-benar peduli akan berusaha menjelaskan meski sulit.

Kamu mungkin tidak bisa mengontrol perilaku mereka, tapi kamu bisa mengontrol bagaimana kamu meresponsnya. Coba tanyakan pada dirimu “Apakah aku mau terus memberi ruang dalam pikiranku untuk seseorang yang tidak mampu menghargai perasaanku? Atau aku ingin fokus pada diriku sendiri, pada orang-orang yang tetap hadir dan memberikan energi positif?” Menggeser fokus seperti ini bisa menjadi langkah besar menuju penyembuhan emosional yang sebenarnya.

3. Izinkan Dirimu Merasakan, Lalu Ungkapkan Apa yang Tertahan

Izinkan Dirimu Merasakan, Lalu Ungkapkan Apa yang Tertahan/Foto: Pexels.com/ Cherry Ann Gonzales

Kamu tidak lemah hanya karena merasa sakit hati. Kamu juga tidak berlebihan jika menangis karena seseorang menghilang tanpa kabar, dan perasaan itu wajar.

Ghosting meninggalkan luka yang tidak terlihat, tapi dampaknya bisa dalam, bahkan bisa membuatmu mempertanyakan harga diri, kepercayaan, bahkan rasa aman dalam hubungan. Maka, langkah pertama untuk pulih adalah memberi ruang bagi emosi itu. Rasakan kesedihanmu, biarkan air mata keluar, dan sadari bahwa itu bagian dari proses penyembuhan.

Setelah kamu memberi izin pada diri sendiri untuk merasakan, langkah berikutnya adalah mengungkapkan apa yang tertahan. Bukan berarti kamu harus menghubungi orang yang meng-ghosting-mu dan meluapkan semuanya. Justru, ungkapkan dengan cara yang membuatmu lebih lega, misalnya dengan menulis jurnal, curhat dengan teman dekat, atau bahkan berbicara sendiri di depan cermin.

Kadang, menuliskan kalimat sederhana seperti “Aku kecewa karena kamu pergi tanpa penjelasan” bisa menjadi cara ampuh untuk melepaskan beban emosional yang selama ini terpendam.

4. Hapus atau Minimal Jauhkan Semua Pengingat

Hapus atau Minimal Jauhkan Semua Pengingat/Foto: Pexels.com/ Du Tá»­ Má»™ng

Langkah ini bukan tentang pura-pura lupa, tapi tentang memberi ruang pada diri sendiri untuk bernapas tanpa bayang-bayang masa lalu. Coba mulai dari hal sederhana, misalnya dengan menghapus chat, foto, atau pesan-pesan lama yang masih tersimpan di ponsel.

Kadang kamu tidak sadar betapa satu notifikasi, satu foto kenangan, atau satu playlist yang dulu sering kalian dengar bersama bisa tiba-tiba memicu kembali rasa sedih yang sudah mulai tenang. Menghapusnya bukan berarti kamu sedang bersikap kekanak-kanakan, tapi justru menunjukkan bahwa kamu menghargai proses penyembuhanmu sendiri.

Kalau menghapus terasa terlalu berat, kamu bisa mulai dengan menjauhkan diri dari hal-hal yang memancing kenangan. Misalnya, berhenti sementara mengunjungi tempat yang dulu sering kalian datangi atau menyingkirkan barang-barang yang terlalu banyak membawa nostalgia. Bukan untuk melarikan diri, tapi untuk memberi jarak yang sehat. Luka emosional butuh waktu dan waktu itu akan berjalan lebih tenang tanpa gangguan dari hal-hal yang terus mengingatkanmu pada rasa kehilangan.

5. Refleksi, Apa Luka Lama yang Terpicu Ulang?

Refleksi, Apa Luka Lama yang Terpicu Ulang?/Foto: Pexels.com/ Min An

Ketika seseorang tiba-tiba pergi tanpa penjelasan, kita bukan hanya merasa ditinggalkan, tapi juga merasa tidak cukup berharga untuk mendapatkan penutupan. Dan di sinilah refleksi penting dimulai, apa sebenarnya yang membuatmu merasa begitu terluka? Apakah karena kehilangan koneksi itu sendiri, atau karena kejadian itu membangkitkan kenangan tentang rasa ditolak, diabaikan, atau dikhianati di masa lalu?

Mungkin kamu pernah punya pengalaman serupa, ditinggalkan tanpa alasan, tidak didengarkan saat butuh dukungan, atau tumbuh dalam lingkungan yang membuatmu merasa cinta harus diperjuangkan mati-matian. Ghosting bisa menjadi pemantik yang menyentuh memori-memori itu, hingga kamu merasa kecewa lebih dalam dari yang seharusnya. Tapi bukan berarti kamu lemah, justru itu tanda bahwa kamu manusia yang punya perasaan, dan hatimu sedang berusaha memproses sesuatu yang belum selesai.

6. Latih Belas Kasih pada Dirimu Sendiri

Latih Belas Kasih pada Dirimu Sendiri/Foto: Pexels.com/ Jorj

Belas kasih pada diri sendiri berarti kamu memperlakukan dirimu dengan kelembutan yang sama seperti kamu memperlakukan sahabat yang sedang terluka. Bayangkan jika sahabatmu datang dengan cerita serupa, kamu pasti akan memeluknya, menenangkannya, dan bilang bahwa semua ini bukan salahnya.

Tapi, sayangnya, ketika hal itu terjadi pada diri sendiri, kita justru sering keras pada diri sendiri. Kita menyalahkan diri karena terlalu percaya, terlalu terbuka, atau terlalu berharap. Padahal, tak ada yang salah dengan memberi cinta.

Melatih belas kasih pada diri sendiri dimulai dari berhenti menghakimi diri. Kamu tidak perlu menyesali kenapa bisa percaya, atau kenapa tidak membaca tanda-tanda lebih awal. Cinta dan kepercayaan bukan kelemahan, melainkan tanda keberanian. Jadi, alih-alih mengulang kalimat “Aku bodoh karena terlalu baik,” ubahlah menjadi “Aku sedang belajar mencintai dengan cara yang lebih sehat.”

7. Bangun Sistem Dukungan yang Nyata

Bangun Sistem Dukungan yang Nyata/Foto: Pexels.com/ Kha Ruxury

Ketika kamu mengalami ghosting, langkah pertama adalah tidak memendam semuanya sendiri. Ceritakan perasaanmu pada orang yang kamu percaya, bisa teman dekat, saudara, atau bahkan terapis jika kamu merasa butuh panduan profesional.

Kadang, kamu tidak butuh nasihat panjang, hanya butuh seseorang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi. Dengan bercerita, kamu sedang memberi ruang bagi emosi untuk keluar dan tidak menumpuk menjadi beban batin.

Sistem dukungan yang nyata juga bisa kamu bangun dengan mengelilingi diri dengan orang-orang yang benar-benar peduli. Teman yang mengajakmu makan malam agar kamu tidak merasa sendirian, rekan kerja yang menghibur dengan candaan ringan, atau keluarga yang sekadar menanyakan kabar dengan tulus, semua itu adalah bentuk kecil dari cinta yang nyata. Kadang, perhatian sederhana seperti itu justru menjadi penolong besar di saat kamu merasa kehilangan arah.

Ghosting bukan tentang kekuranganmu, itu tentang cara seseorang memilih mengakhiri komunikasi ketika mereka tidak bisa atau tidak mau berkata jujur. Kamu punya kontrol atas bagaimana kamu meresponsnya, dengan menetapkan batas, merawat hati, dan memilih untuk tidak menyerah pada rasa malu atau keraguan diri.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

 

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE