Aktivis Greta Thunberg Berlayar ke Gaza, Bawa Bantuan Kemanusiaan hingga Coba Tembus Blokade Israel

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 03 Jun 2025 17:00 WIB
Bentuk Dukungan Greta Thunberg terhadap Palestina
Bentuk Dukungan Greta Thunberg terhadap Palestina/Foto: Instagram/gretathunberg

Aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg semakin lantang menunjukkan dukungannya terhadap Palestina. Baru-baru ini, Greta Thunberg bersama 11 aktivis lainnya berlayar menuju Gaza dalam misi kemanusiaan, yaitu membawa bantuan berupa makanan dan obat-obatan untuk warga Gaza.

Kapar layar Madleen, yang dioperasikan kelompok aktivis Freedom Flotilla Coalition, berangkat dari pelabuhan Catania di Sisilia, Italia selatan, pada Minggu (1/6) menuju Gaza. Dilansir dari AP, menurut penyelenggara, selain membawa bantuan kemanusiaan, kapal tersebut juga bertujuan untuk "mematahkan pengepungan Israel" atas wilayah yang hancur di Gaza.

Selain itu, melalui misi ini, Greta dan 11 aktivis lainnya juga berupaya untuk meningkatkan kesadaran internasional atas krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.

"Kami melakukan ini karena tidak peduli seberapa besar rintangan yang kami hadapi, kami harus terus mencoba," kata Thunberg saat konferensi pers sebelum berlayar menuju Gaza, dilansir dari AP.

"Karena saat kita berhenti mencoba adalah saat kita kehilangan kemanusiaan. Dan betapapun berbahayanya misi ini, itu tidak lebih berbahaya daripada kebungkaman seluruh dunia dalam menghadapi genosida yang disiarkan langsung," tambahnya.

Bukan Misi Pertama Greta Thunberg untuk Dukung Palestina

Aktivis Greta Thunberg Berlayar ke Gaza, Bawa Bantuan Kemanusiaan hingga Coba Tembus Blokade Israel

Aktivis Greta Thunberg Berlayar ke Gaza, Bawa Bantuan Kemanusiaan hingga Coba Tembus Blokade Israel/Foto: Instagram/gretathunberg

Ada 12 aktivis yang berlayar menuju Gaza. Selain Greta Thunberg, ada pula aktor Game of Thrones, Liam Cunningham, serta anggota Parlemen Eropa, Rima Hassan, yang berkebangsaan Prancis dan memiliki darah Palestina. Hassan dilarang memasuki Israel karena aktif menentang serangan Israel di Gaza.

Kapal Madleen diperkirakan membutuhkan waktu tujuh hari untuk sampai di Gaza jika tidak ada hambatan. Menurut keterangan, kapal ini berlayar sesuai dengan hukum internasional. Setiap serangan atau gangguan akan dianggap sebagai serangan yang disengaja dan melanggar hukum terhadap warga sipil.

"Misi bantuan Freedom Flotilla adalah tentang mendukung perlawanan Palestina dan menantang blokade dan genosida Israel ketika pemerintah kita yang terlibat gagal untuk bertindak," tulis Greta di akun Instagramnya, @gretathunberg, Selasa (2/6).

Ini bukan upaya pertama Greta berlayar ke Gaza, Beauties. Sebelumnya, Greta telah menaiki kapal Freedom Flotila bulan lalu. Namun, kapal bernama "Conscience" tersebut gagal mencapai Gaza setelah diserang oleh dua pesawat nirawak saat berlayar di perairan internasional di lepas pantai malta. Kelompok tersebut menyalahkan Israel atas serangan itu, yang merusak bagian depan kapal.

[Gambas:Instagram]

"Satu bulan setelah pengeboman kapal Conscience selama upaya terakhir kami untuk berlayar ke Gaza, mematahkan pengepungan dan membuka koridor kemanusiaan, kami sekali lagi berlayar menuju Gaza–tidak membawa senjata, tetapi makanan dan perlengkapan medis. Kelaparan sistematis dan perampasan kebutuhan dasar adalah beberapa dari banyak metode peperangan yang digunakan Israel terhadap warga Palestina," tulis Greta.

"Misi ini hanyalah bagian dari gerakan global untuk keadilan sosial dan iklim, pembebasan dan dekolonisasi yang dipimpin oleh orang-orang yang terpinggirkan. Jika kita ingin berdiri di sisi sejarah yang benar, itu adalah tugas kita dan sudah saatnya kita bergabung dengan gerakan itu. Free Palestine," ujarnya.

Bentuk Dukungan Greta Thunberg terhadap Palestina

Greta Thunberg

Bentuk Dukungan Greta Thunberg terhadap Palestina/Foto: Instagram/gretathunberg

Greta Thunberg menjadi salah satu aktivis yang vokal menyuarakan kebebasan Palestina. Melalui akun Instagramnya, Greta kerap terlihat cukup sering mengunggah potret dirinya saat sedang mengikuti aksi untuk membela Palestina.

Pada September 2024, Greta bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa di Stockholm untuk mengutuk genosida yang dilakukan Israel di Palestina.

Ia mendesak dunia untuk tidak tinggal diam dan segera menghentikan genosida Israel.

"Genosida Israel di Palestina "menjijikkan," kata Greta kepada media Anadolu di aksi bela Palestina yang dihadiri sekitar 5.000 orang di ibu kota Swedia itu.

Perempuan berusia 22 tahun itu mengatakan bahwa dirinya tidak paham bagaimana orang-orang bisa melihat apa yang terjadi di Palestina namun tetap bungkam dan melanjutkan hidup mereka tanpa peduli.

Menurut Greta, tetap diam terhadap genosida yang dilakukan Israel sama saja dengan terlibat. Ia juga menggarisbawahi pentingnya memboikot Israel, perusahaan dan lembaga Israel, serta menjatuhkan sanksi.

Sebelumnya, pada awal September 2024, Greta dan sekelompok aktivis sempat ditangkap oleh kepolisian setelah menduduki gedung Universitas Kopenhagen untuk menyerukan boikot akademis terhadap universitas-universitas Israel, dilansir dari France 24.

Terlihat Greta mengenakan keffiyeh yang disampirkan di bahunya, dikawal keluar dari gedung kampus oleh polisi. Students against the Occupation mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Instagram, "sementara situasi di Palestina semakin memburuk, Universitas Kopenhagen terus bekerja sama dengan lembaga-lembaga akademis di Israel."

"Kami menduduki "administrasi pusat universitas dengan satu tuntutan: boikot akademis sekarang," tulis akun tersebut.

Israel Blokade Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

GAZA CITY, GAZA - OCTOBER 26: A woman holds his 3 year-old son, Ekrem Salih Abu Shemale who died after the Israeli airstrikes that continues in Gaza City, Gaza on October 26, 2023. (Photo by Abed Zagout/Anadolu via Getty Images)

Ilustrasi/Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu Agency

Israel memblokade bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza sejak 2 Maret 2025. Baru-baru ini, Israel akhirnya mengizinkan truk bantuan kemanusiaan memasuki area tersebut.

Para ahli telah memperingatkan bahwa Gaza berisiko dilanda kelaparan jika tidak ada lagi bantuan yang datang. Badan-badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan besar mengatakan pembatasan yang dilakukan Israel, pelanggaran hukum dan ketertiban, serta penjarahan yang meluas membuat pengiriman bantuan kepada sekitar 2 juta warga Palestina di Gaza menjadi sangat sulit.

Israel menegaskan blokade dilakukan untuk menekan kelompok Hamas agar membebaskan sandera yang masih ditahannya, termasuk 23 tawanan yang diyakini masih hidup. Menurut Israel, Hamas mengambil bantuan yang diterima warga Palestina dan menyimpannya untuk tentara hingga anggota keluarga Hamas.

Namun, PBB mengatakan Israel hanya memberikan sedikit bukti bahwa Hamas mengambil bantuan. Sementara itu, pejabat PBB lainnya mengatakan klaim itu "tidak dapat dibuktikan."

Selain blokade, Israel juga masih membombardir Gaza secara brutal dan tanpa henti. Serangan yang dilancarkan Israel sejak Oktober 2023 telah memakan banyak korban jiwa.  Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 warga Palestina, dan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE