Beauties, pernahkah kamu mendengar istilah generasi stroberi? Generasi stroberi ini dicetuskan dalam neologisme bahasa China untuk orang Taiwan yang lahir setelah tahun 1982. Generasi stroberi diartikan sebagai generasi yang cenderung hidup dengan baik namun tidak menyadari keistimewaan yang mereka miliki.
Dengan kondisi ini, orangtua perlu menyadari bahwa pengasuhan yang dilakukan memainkan peran penting dalam bagaimana orangtua membentuk masa depan anak. Lalu bagaimana cara mengasuh anak agar tidak menjadi generasi stroberi? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Apa Itu Generasi Stroberi?
Ilustrasi stroberi/Foto: pexels.com/Ylanite Koppens |
Dikutip dari Asia One, analogi ini menyamakan generasi sekarang, yakni yang lahir setelah tahun 1982, dengan stroberi karena mereka dibesarkan di lingkungan yang lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Persepsi umumnya, yakni mereka tidak dapat menahan kesulitan dan “mudah memar”, dalam arti mudah menyerah dan sakit hati.
Kedua, stroberi dihargai karena kelezatannya dan harganya cukup mahal. Hal ini menunjukkan bahwa generasi ini tumbuh dalam ledakan ekonomi dan lebih sering mendapatkan apa yang mereka inginkan dan karenanya rasa memiliki terhadap sesuatu sangatlah tinggi.
Pola Asuh untuk Mencegah Anak Jadi Generasi Stroberi
Generasi stroberi terdiri dari orang-orang yang mendominasi dan umumnya mudah tersinggung. Meskipun mereka mungkin berhasil pada kesempatan tertentu, namun dampak dari sifat yang terbentuk tentu tidak baik untuk anak di masa depan.
Berikut pola asuh yang harus dihindari ketika mendidik anak agar tidak menjadi generasi stroberi:
Membelikan Semua yang Diinginkan Anak
Membelikan Hadiah/Foto: pexels.com/Yan Krukov |
Pola asuh yang sehat akan membuat seorang anak mengerti dan menerima kata “tidak”. Orangtua jaman dulu mungkin cenderung ketat dan tegas, sedangkan orang tua masa kini sering memilih untuk menyerah pada tuntutan anak-anak mereka dan membelikan apapun yang anak inginkan.
Hal ini membuat anak merasa lebih mudah mendapatkan sesuatu dan dapat tumbuh menjadi individu yang sulit bersyukur. Orang-orang seperti itu percaya pada konsep yang sama setelah tumbuh dewasa dan mengalami kesulitan ketika menangani penolakan.
Mengganti Waktu dengan Uang
Menebus dengan Uang/Foto: pexels.com/Angela Roma |
Di dunia yang serba sibuk saat ini di mana karier sama pentingnya dengan keluarga, orangtua sering kali dapat mengimbangi menghabiskan waktu bersama anak-anak dengan memanjakan anak berupa uang sebagai menebus waktu yang berkurang untuk menghabiskan waktu bersama.
Padahal, uang akan menciptakan rasa berhak. Ini juga akan menciptakan gagasan bahwa uang dapat menjadi faktor penebusan, apa pun kesalahannya.
Membantu Anak Melebihi Apa yang Mereka Butuhkan
Membantu Anak Berlebihan/Foto: pexels.com/August de Richelieu |
Ini mungkin tampak seperti hal yang baik, tetapi ketika orangtua berusaha keras untuk membantu anak-anak dengan tugas-tugas terkecil, maka dapat memiliki efek buruk. Anak-anak nantinya akan mencari ketergantungan dalam hubungan lain, dan sering kali tidak memiliki keterampilan memecahkan masalah.
Sebagai orangtua, dorong anak untuk lebih mandiri sehingga nantinya mereka bisa menghadapi kesulitan dan memecahkan suatu permasalahan secara mandiri.
Menetapkan Harapan yang Tidak Realistis
Standar yang Tidak Realistis/Foto: pexels.com/Alex Green |
Terlalu memanjakan anak sering kali dapat menetapkan standar yang tidak realistis ketika mereka melangkah keluar di dunia nyata. Generasi stroberi berharap diperlakukan dengan cara tertentu. Ketika itu tidak berhasil, mereka cenderung membuat ulah.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!