Heboh Kabar Pelecehan Saat Umrah di Mekkah, Tagar #MosqueMeToo Jadi Perbincangan, Apa Itu?

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 24 Jan 2023 18:15 WIB
Pelecehan Seksual saat Ibadah Haji dan Umrah Bukan Fenomena Baru
Heboh Kabar Pelecehan Saat Umrah di Mekkah, Tagar #MosqueMeToo Jadi Perbincangan, Apa Itu?/Foto: Getty Images/iStockphoto/coldsnowstorm

Beauties, baru-baru ini heboh soal kabar dugaan pelecehan seksual yang terjadi di Tanah Suci Mekkah. Seorang jemaah asal Indonesia berinisial MS dituding melakukan pelecehan seksual terhadap jemaah perempuan asal Lebanon saat melakukan tawaf di Masjidil Haram.

Pihak keluarga memberikan klarifikasi, menyebutkan bahwa MS tidak melakukan pelecehan seksual seperti yang dituduhkan. MS sendiri telah menjalani sidang putusan atas kasus pelecehan seksual tersebut. MS divonis hukuman penjara selama 2 tahun dan denda sebesar 50.000 riyal atau setara dengan Rp200 juta.

Di tengah ramainya perbincangan soal pelecehan di Tanah Suci Mekkah, tagar #MosqueMeToo menggema kembali di media sosial. Apa itu?

Apa Itu #MosqueMeToo?

Teen boy protects himself with his hand in the palm of his inscription Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Serghei Turcanu

#MosqueMeToo adalah sebuah gerakan perempuan Muslim, di mana mereka berbicara soal pelecehan seksual yang pernah dialami saat menjalankan ibadah haji. Gerakan tersebut menyebar ke perempuan Muslim yang berbagi pengalaman pelecehan seksual di pusat-pusat keagamaan Islam lainnya dan tempat-tempat suci di seluruh dunia seperti di Masjid Jama, New Delhi, India. Penggunaan 'Me Too' dalam gerakan ini berasal dari gerakan Me Too, yang terkenal di seluruh dunia pada Oktober 2017.

Pada Februari 2018 lalu, seorang perempuan Muslim asal Pakistan membagikan pengalamannya di Facebook tentang pelecehan seksual saat ia tengah menunaikan ibadah haji. Unggahan itu kemudian dihapus, namun telah menyebar luas di media sosial. Hal ini mendorong perempuan yang mengalami hal serupa untuk buka suara,

Mona Eltahawy, seorang jurnalis keturunan Mesir-Amerika, membagikan pengalamannya tentang pelecehan seksual saat ibadah haji dalam sebuah buku pada tahun 1982. Dari sinilah tagar #MosqueMeToo mulai mengudara.

Woman bondage image blur , stop violence against Women, international women's dayIlustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang

Eltahawy berpendapat bahwa #MeToo, gerakan untuk mengakhiri pelecehan seksual di tempat kerja, telah membantu perempuan Muslim merasa cukup nyaman untuk terbuka tentang pelecehan yang mereka alami.

"Orang-orang memperhatikan apa yang dilakukan aktris Hollywood terkenal. Tapi #MeToo harus tersedia untuk semua orang, bukan hanya untuk mereka yang kaya, terkenal, dan berkulit putih," ungkapnya, dilansir dari laman NPR.

Itu sebabnya Elthaway memulai gerakan #MosqueMeToo. "Saya ingin itu menjadi ruang di mana perempuan dapat berbagi cerita tentang pengalaman ibadah haji dan ruang Muslim."

Pelecehan Seksual saat Ibadah Haji dan Umrah Bukan Fenomena Baru

Colour backlit image of the silhouette of a woman with her hands pressed against a glass window. The silhouette is distorted, and the arms elongated, giving an alien-like quality. The image is sinister and foreboding, with an element of horror. It is as if the 'woman' is trying to escape from behind the glass. Horizontal image with copy space.

Heboh Kabar Pelecehan Saat Umrah di Mekkah, Tagar #MosqueMeToo Jadi Perbincangan, Apa Itu?/Foto: Getty Images/iStockphoto/coldsnowstorm

Dari tanggapan yang didengar Elthaway dari para perempuan, selama tawaf (kegiatan mengelili Kabah sebanyak tujuh kali) itulah banyak jemaah perempuan yang diduga mengalami pelecehan seksual, seperti diraba-raba.

"Sangat rama [saat tawaf]. Pada saat tertentu, ada ribuan pria dan wanita [mengelilingi Kabah pada satu waktu]," tuturnya.

Pelecehan seksual saat ibadah haji dan umrah bukanlah fenomena baru. Tak sedikit perempuan dari berbagai belahan dunia bersuara soal pengalaman traumatis yang terjadi saat beribadah tersebut.

"Ini jelas terjadi dan telah terjadi, tapi kami tidak tahu seberapa luas ini," kata Rothna Begum, peneliti hak-hak perempuan untuk Timur Tengah dan Afrika Utara untuk Human Rights Watch, dilansir dari NPR.

Woman hand sign for stop abusing violence,  human trafficking, stop violence against women, Human is not a product. Stop women abuse, Human rights violations.Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang

Namun, karena pelecehan seksual masih dianggap tabu, banyak yang tidak melaporkannya. Selain itu, ada pula faktor lain seperti banyak yang meragukan bahwa pelecehan seksual bisa terjadi saat beribadah di Tanah Suci atau korban merasa hal tersebut terjadi karena "karma" atas perbuatan diri sendiri selama ini.

"Mengingat sifat pelecehan seksual yang tabu, perempuan mungkin tidak melaporkan hal ini," lanjutnya.

Selain faktor itu, ketakutan akan memicu islamofobia pun masih terjadi. Banyak korban khawatir bahwa jika mereka berbicara terbuka soal pelecehan yang dialami, akan memberi publik alasan untuk 'menyalahkan Muslim', menurut Daisy Khan, direktur eksekutif Women's Islamic Initiative in Spirituality and Equality.

"Kecenderungannya adalah menyembunyikannya [pelecehan seksual]," tuturnya.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE