Hindari 6 Kalimat Ini untuk Membesarkan Anak yang Kuat Secara Mental
Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya bahagia dan sukses. Menurut psikoterapis Amy Morin, cara terbaik untuk memastikannya adalah dengan mengajari mereka ketangguhan mental sedini mungkin.
Anak-anak yang tangguh secara mental lebih cenderung memiliki harga diri yang tinggi, mengembangkan ketahanan yang memungkinkan mereka tetap positif di tengah tantangan, dan belajar dari kegagalan mereka.
Itu berarti, para orangtua wajib berhati-hati dalam pemilihan kata di sekitar anak-anak, terutama dalam situasi stres di mana orangtua mudah untuk mengatakan apa pun yang menurut mereka akan menghentikan amukan atau menenangkan serangan yang mengkhawatirkan.
Dilansir dari CNBC, berikut 6 kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan oleh orangtua jika ingin membesarkan anak yang kuat secara mental.
"Tenang!"
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/gzorgz |
Bantu anak-anak untuk memahami bahwa tidak apa-apa merasa kesal dan dorong mereka dengan lembut ke arah aktivitas yang kamu tahu akan membantu mereka merasa tenang dengan sendirinya.
“Ajari mereka apa yang harus dilakukan saat Anda marah,” kata Morin. “Jadi, daripada melempar sesuatu atau berteriak, ajak anak Anda untuk mewarnai gambar atau pergi keluar dan berlari atau mendengarkan musik selama beberapa menit.”
"Jangan Khawatir Tentang Itu"
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/our-team |
Tidak ada gunanya memberi tahu anak apa yang harus dipikirkan, bahkan jika kamu hanya mencoba untuk menghilangkan ketakutan mereka.
“Saat seseorang berkata, ‘Jangan khawatir,’ kekhawatiran kita tidak otomatis hilang,” jelas Morin. “Strategi yang lebih baik adalah mengajari anak-anak: Apa yang dapat Anda lakukan saat khawatir?”
Coba ajukan pertanyaan hipotetis seperti, “Jika teman kamu mengkhawatirkan hal ini, apa yang akan kamu katakan?” kepada anak. Biasanya, anak-anak dapat berpikir lebih rasional dengan melepaskan diri dari situasi tersebut.
"Kamu Akan Melakukannya dengan Baik"
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com |
Pandangan positif dapat membantu anak membangun kepercayaan diri, tetapi kamu tidak dapat benar-benar memprediksi kapan anak akan berhasil atau kapan mereka akan mengalami kekecewaan. Dengan kata lain, menjanjikan anak bahwa mereka akan berhasil dan pada kenyataannya mereka mengalami kegagalan, sebenarnya dapat merusak kepercayaan diri mereka.
“Daripada mengatakan, ‘Kamu akan melakukannya dengan baik!’ kalimat yang lebih baik adalah: ’Keluarlah dan lakukan yang terbaik. Jika tidak berjalan dengan baik, tidak apa-apa. Kami akan membantu menanganinya juga,’” kata Morin.
Kata Sempurna Juga Sebaiknya Dihindari
Hindari kalimat ini untuk membesarkan anak yang kuat secara mental/Foto: Freepik.com/master1305
"Kamu yang Terbaik!"
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/Danai76 |
Tidak ada salahnya memuji anak saat mereka berprestasi. Tapi, jika mereka berpikir bahwa mereka hanya pantas mendapatkan pujian jika mereka mengungguli orang lain, mereka akan menderita dari ekspektasi dan kecemasan yang tidak realistis.
Dalam kasus ekstrem, hal ini dapat menyebabkan anak-anak mencoba untuk mendapatkan prestasi dengan cara apa pun, bahkan jika mereka harus melanggar peraturan. Sebaliknya, pujilah mereka dalam prosesnya seperti belajar keras atau berusaha keras daripada hasilnya. Ini dapat membantu mereka tetap termotivasi untuk bekerja keras dan sukses di masa depan.
"Itu Sempurna!"
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/Racool_studio |
Berhati-hatilah untuk tidak membesarkan seorang perfeksionis, yaitu ketika seorang anak berpikir bahwa mereka harus selalu “sempurna” untuk mendapatkan pujian atau cinta dari orang tua mereka. Perfeksionisme pada anak berkorelasi dengan berbagai masalah kesehatan mental, mulai dari kecemasan hingga gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Memuji anak dengan kata "sempurna" dapat menjadi awal dari pola yang membuat anak-anak terobsesi dengan setiap kesalahan. “Puji usaha mereka, bukan hasilnya,” saran Morin.
"Kamu Membuatku Marah"
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/etonastenka |
Gagasan bahwa perasaan orangtua dapat dipengaruhi oleh perilaku orang lain adalah kontraproduktif. Ini bisa membuat anak-anak berpikir mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Ini bahkan dapat mengarah pada perilaku manipulatif, seperti ketika anak memerintah anak lain alih-alih memproses perasaan mereka sendiri.
“Kami tidak ingin anak-anak tumbuh dengan menyalahkan orang lain karena membuat mereka marah, karena merusak hari mereka, karena membuat mereka merasa tidak enak sepanjang waktu,” kata Morin. “Kami ingin anak-anak tahu bahwa mereka diberdayakan untuk mengontrol cara mereka berpikir, merasakan, dan berperilaku."
Itulah beberapa kalimat yang sebaiknya para orang tua hindari jika ingin membesarkan anak yang kuat secara mental. Dengan menghindari kalimat-kalimat tersebut, para orangtua telah memberikan contoh bagaimana mereka belajar dari kesalahan serta bagaimana mereka dapat tumbuh dan berubah.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!





