Ini Rahasia Perjuangan Kartini Demi Emansipasi Perempuan yang Jarang Diungkap

Maura Valysha Carmelie | Beautynesia
Senin, 21 Apr 2025 10:00 WIB
Apa Sebenarnya Emansipasi Itu?
Apa Sebenarnya Emansipasi Itu?/Foto: freepik.com/rawpixel.com

Tiap bulan April, nama Kartini kembali menggema di seluruh penjuru negeri. Bukan sekadar seremonial mengenakan kebaya atau membuat unggahan bertagar #KartiniMasaKini, tapi sebagai momen untuk merenungkan jejak langkah perempuan Jawa yang suaranya menembus sekat zaman.

Kartini bukan hanya simbol. Ia adalah nyala semangat emansipasi, perempuan yang berani bermimpi di tengah belenggu tradisi. Lewat surat-suratnya yang tajam dan penuh harapan, ia menggugah kesadaran bahwa perempuan punya hak untuk belajar, berpikir, dan menentukan masa depan.

Di sini kita akan menelusuri kembali perjuangan Kartini, yang tak lekang oleh waktu dan masih relevan dalam setiap langkah pemberdayaan perempuan hari ini.

Dari Pena Kartini untuk Perempuan Indonesia

Dari Pena Kartini untuk Perempuan Indonesia/Foto: freepik.com/BillionPhotos

Setiap tanggal 21 April, kita merayakan Hari Kartini. Namun, apakah kita benar-benar paham apa yang sedang kita rayakan? Hari ini perempuan sudah bisa sekolah tinggi, punya karier cemerlang, bahkan memimpin perusahaan atau negara, maka itulah yang kita rayakan.

Perempuan muda dari Jepara ini mungkin hidup di masa lampau, tapi pikirannya jauh melampaui zamannya. Dialah pelopor emansipasi perempuan di Indonesia yang berani bertanya dan menantang norma-norma yang mengikat perempuan hanya di dapur, sumur, dan kasur. Kartini muda sudah menyadari satu hal besar: bahwa perempuan bisa dan berhak bermimpi.

Apa yang Diperjuangkan Kartini?

Apa yang Diperjuangkan Kartini?/Foto: freepik.com/freepik

Kartini lahir di tengah masyarakat yang kaku: di mana perempuan dilarang sekolah tinggi, dikurung di rumah, dan harus tunduk sepenuhnya pada aturan adat. Tapi ia tak tinggal diam. Baginya, pendidikan adalah jendela menuju kebebasan.

Dalam suratnya kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, Kartini menuliskan:

"Kami ingin belajar, bukan untuk menjadi saingan kaum pria, tetapi agar kami menjadi manusia yang lebih baik, dapat bekerja, dapat menjadi ibu yang cerdas bagi anak-anak kami kelak." — R.A. Kartini

Kartini tidak membenci laki-laki. Ia hanya ingin perempuan diberi hak yang sama, untuk belajar, berpikir, dan menentukan masa depan mereka sendiri.

Apa Sebenarnya Emansipasi Itu?

Apa Sebenarnya Emansipasi Itu?/Foto: freepik.com/rawpixel.com

Emansipasi bukan berarti perempuan ingin “mengalahkan” laki-laki, tapi ingin dianggap setara. Kartini memperjuangkan hak-hak dasar perempuan seperti hak untuk belajar, berpikir, memilih jalan hidup, dan berkontribusi di masyarakat.

Ia sadar, bangsa tidak akan maju jika setengah populasinya, yakni para perempuan, tidak diberi ruang untuk berkembang. Kartini ingin agar perempuan tidak lagi hanya dipandang dari sisi fisik, tapi juga dari pikiran, potensi, dan kepribadian mereka.

Kartini dan Surat-Surat Perlawanan

Kartini dan Surat-Surat Perlawanan/Foto: freepik.com/freepik

Jangan bayangkan Kartini menggelar aksi demo atau berorasi di depan massa. Senjatanya adalah pena dan pikiran. Lewat surat-suratnya kepada sahabat-sahabat di Belanda, Kartini menuliskan keresahannya soal nasib perempuan Jawa yang dipingit, tak boleh sekolah, dan harus menikah muda. 

Surat-surat Kartini yang penuh pemikiran kritis dan refleksi sosial dikumpulkan dan diterbitkan dalam buku berjudul “Door Duisternis tot Licht” atau dalam bahasa Indonesia: “Habis Gelap Terbitlah Terang.” Buku ini menjadi inspirasi besar bagi banyak perempuan Indonesia untuk bangkit dari keterbatasan.

Dan benar saja, setelahnya lahir banyak Kartini-Kartini baru:

  • Dewi Sartika, pelopor pendidikan perempuan di Bandung.
  • Maria Walanda Maramis, tokoh pendidikan dan hak perempuan di Minahasa.
  • Cut Nyak Dien, yang berani angkat senjata demi tanah air.

Perjuangan Belum Usai

Perjuangan Belum Usai/Foto: freepik.com/EyeEm

Walau kita sudah jauh dari masa Kartini, perjuangan emansipasi belum selesai. Masih banyak perempuan yang harus berjuang melawan batasan sosial, kekerasan berbasis gender, minimnya akses pendidikan, atau bahkan bayang-bayang diskriminasi di tempat kerja.

Itulah mengapa, semangat Kartini harus tetap hidup. Perjuangan belum selesai hanya karena kita sudah bisa memilih pekerjaan sendiri. Emansipasi adalah perjuangan berkelanjutan.

Kartini Masa Kini

Kartini Masa Kini/Foto: news.detik.com

Kartini modern bisa ada di mana saja, bahkan mungkin... kamu sendiri.

  • Mahasiswi yang berani bersuara di ruang diskusi
  • Ibu rumah tangga yang mendidik anak-anaknya jadi pribadi setara
  • Perempuan yang jadi pemimpin, aktivis, ilmuwan, atau seniman
  • Dan juga laki-laki yang mendukung kesetaraan tanpa merasa terancam

Sebab emansipasi bukan hanya urusan perempuan, tapi soal kemanusiaan.

Habis Gelap, Terbitlah Terang

Buku tulisan tangan RA Kartini di Museum di Rembang, Jumat (20/4/2018).

Habis Gelap, Terbitlah Terang/ Foto: Arif Syaefudin/detikcom

R.A. Kartini mungkin telah tiada, namun gagasannya hidup dalam setiap langkah perempuan Indonesia yang berani bermimpi dan bertindak. Maka saat kita mengenakan kebaya di Hari Kartini, jangan hanya rayakan penampilannya. Rayakan juga pemikirannya.

“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tidak selamanya kelam itu akan kelihatan. Setelah malam kelamlah datang terang. Percayalah, akan datang saatnya kebangkitan perempuan.” — R.A. Kartini

Beauties, mari terus menyalakan terang itu. Karena terang itu ada di setiap langkah kita menuju kesetaraan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE