
Jadi Minoritas Hingga Diperlakukan Tidak Adil, Ini Sederet Tantangan yang Dialami Perempuan Karier

Beauties, kamu mungkin paham menjalani peran sebagai seorang perempuan memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi. Ada berbagai kondisi yang menjadikan seorang perempuan harus menerima beberapa perlakuan yang berbeda dibandingkan dengan pria, terutama dalam dunia kerja.
Catatan tahunan dari Komnas Perempuan menyebutkan bahwa adanya tindakan diskriminasi terhadap pekerja perempuan karena peran reproduksinya. Haid, hamil, melahirkan dan menyusui masih dipandang sebagai hambatan yang merugikan perusahaan. Belum lagi tentang tingginya angka kekerasan dan pelecehan di tempat kerja yang banyak dialami oleh pekerja perempuan.
Tantangan yang Dialami Pekerja Perempuan
![]() Ilustrasi Demo/foto: pexels.com/life-matters |
Apakah kamu masih ingat kasus sebuah perusahaan es krim yang memperlakukan karyawan perempuan dengan tidak manusiawi, Beauties? Kasus tersebut masuk sebagai aduan ke Komnas Perempuan pada Desember 2019. Beberapa kondisi yang terjadi di perusahaan tersebut di antaranya:
- Buruh perempuan yang akan mengambil hak cuti harus menyerahkan surat keterangan sakit, apabila tidak ada maka dianggap tidak masuk kerja dan tidak dibayar.
- Tidak tersedianya fasilitas mobil ambulance dan petugas jaga di klinik kesehatan hanya tersedia untuk shift 1 dan shift 2 saja. Shift 3 tidak ada petugas jaga.
- Buruh perempuan yang hamil dipekerjakan pada malam hari dan diberi beban tugas yang berat.
Kondisi tersebut mengakibatkan 18 buruh perempuan mengalami keguguran sepanjang tahun 2018. Hingga Catatan Tahunan (CATAHU) dari Komnas Perempuan ini ditulis, belum ada tindak lanjut mengenai kasus tersebut.
Menjadi Kaum Minoritas
![]() Pekerja Perempuan/foto: pexels.com/rodnae-productions |
Dengan adanya peran ganda yang harus dijalani oleh perempuan, yaitu sebagai pekerja dan menjalani peran mengurus rumah tangga, beberapa perempuan akhirnya memilih untuk melepaskan pekerjaannya dan fokus untuk mengurus urusan rumah tangga. Hal ini akhirnya memunculkan fenomena pekerja perempuan yang menjadi minoritas di sebuah tempat kerja.
Kondisi minoritas tersebut akhirnya juga memberikan dampak perlakuan yang berbeda bagi beberapa pekerja. Melansir dari Wolipop, berikut ini penggalan cerita dari beberapa pekerja perempuan yang menceritakan pengalamannya menjadi minoritas di tempat kerja.
Diperlakukan Istimewa
![]() Ilustrasi di Tempat Kerja/foto: pexels.com/shvets-production |
Shabrina Fadhilah, inspektur instalasi bejana bertekanan di salah satu perusahaan jasa inspeksi dan sertifikasi untuk minyak dan gas, diperlakukan bak puteri raja di tempat kerja karena menjadi salah satu dari lima pekerja perempuan di tempat kerjanya.
Namun, hal tersebut menjadi tantangan baginya karena menjadikannya untuk lebih giat belajar agar bisa bersaing dengan pekerja pria, baik secara pemikiran atau dengan mempertajam logika. Menurutnya, jangan sampai perlakuan istimewa yang didapatkannya itu membuat orang-orang menganggap kalau kariernya hanya bermodalkan wajah saja.
Dianggap Remeh
![]() Ilustrasi Pekerja Perempuan/foto: pexels.com/pavel-danilyuk |
Berbeda halnya dengan Shabrina, Rastra Hayu Lumanti yang bekerja di bidang pertambangan sering kali merasa kesulitan untuk membuktikan pada rekan kerjanya bahwa seorang perempuan juga bisa diandalkan untuk urusan pekerjaan.
Raras, panggilan akrabnya, sering kali mengalami perbedaan pendapat saat rapat dan saling “ngotot”. Raras juga menambahkan bahwa memang hal seperti itu sebaiknya tidak perlu diambil hati.
Berjuang Agar Setara
![]() Pekerja Perempuan/foto: pexels.com/cottonbro |
Seorang gamer profesional perempuan, Monica Carolina, menceritakan kisahnya yang harus berlatih game hingga tiga sampai lima jam setiap hari agar bisa beradu skill dengan pria. Pria yang notabene memiliki sifat ambisius dan kompetitif menjadi acuan baginya untuk tetap fokus.
Selain itu, cerita lain datang dari seorang pencetus startup lokal di Indonesia, Aulia Halimatussadiah. Dalam dunia IT yang digelutinya, kebanyakan metode pembelajaran menggunakan cara pria. Perempuan senang dengan hal-hal yang sifatnya menyenangkan, dan memiliki wujud jelas apalagi dalam dunia coding.
Sehingga, dari cara pengajaran yang fokus dengan pemikiran pria menjadikan dunia IT lebih banyak diminati oleh pria ketimbang perempuan. Bahkan menurutnya, kebanyakan dari perempuan menganggap bahwa dunia IT membosankan.
Beauties, itulah berbagai tantangan yang kerap dialami oleh pekerja perempuan. Padahal, menggeluti profesi apapun kini tidak perlu menilai dari gender saja, namun lebih dari itu. Kompetensi dan nilai yang kamu miliki harus bisa menjadi hal dasar mengapa kamu dianggap layak dan diperhitungkan di dunia kerja.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!