Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Seperti Ini Hak-hak Perempuan di Qatar

Retno Anggraini | Beautynesia
Sabtu, 03 Dec 2022 12:00 WIB
Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Seperti Ini Hak-hak Perempuan di Qatar
Hak-hak perempuan di Qatar/Foto: Unsplash.com/JohnnyGreig

Qatar adalah negara yang berada di persimpangan antara modernisasi dan tradisi. Namun dalam peringkat global ketidaksetaraan gender, Qatar berada di urutan ke-44. Negara ini secara eksplisit menyatakan komitmennya terhadap kesetaraan gender, namun tetap menegakkan hukum yang berimbang di bidang waris, pernikahan, dan pengadilan.

Terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, hak-hak perempuan di Qatar pun turut menjadi perhatian masyarakat internasional. Sikap terhadap perempuan membaik di Qatar, namun ada beberapa kontradiksi utama yang perlu diingat. Berikut adalah hak-hak perempuan di Qatar seperti yang dilansir dari Expatica.

Hak Politik Perempuan di Qatar

Hak-hak perempuan di Qatar
Ilustrasi hak politik perempuan di Qatar/Foto: Unsplash.com/JohnnyGreig

Qatar adalah negara Teluk pertama yang mengizinkan perempuan untuk memilih bersama pria sejak tahun 1999. Di Qatar, perempuan adalah minoritas yang signifikan dalam jabatan politik. Karena negara ini bukan negara demokrasi, dewan tidak memiliki otoritas legislatif tertinggi untuk membuat kebijakan untuk ditegakkan.

Dewan Kota Pusat menasihati Menteri Urusan Kota dan pada tahun 2015, hanya dua perempuan yang pernah terpilih menjadi dewan beranggotakan 29 orang. Baru-baru ini, empat perempuan diangkat ke Shura, parlemen Qatar, yang bertanggung jawab meninjau anggaran negara, menyusun undang-undang, dan memeriksa kebijakan pemerintah. Meski begitu, perempuan umumnya tidak memiliki kehadiran politik yang kuat di Qatar.

Hak Ekonomi Perempuan di Qatar

Hak-hak perempuan di Qatar
Perempuan Qatar dibebaskan berbisnis/Foto: Unsplash.com/visualspace

Perempuan di Qatar memiliki hak untuk bekerja. Namun, mereka biasanya akan mendapatkan persetujuan keluarga atas pilihan karier mereka dan mengejar pekerjaan yang dapat diterima secara sosial. Jumlah pekerja perempuan di Qatar terus meningkat, dengan 51 persen perempuan bekerja.

Sayangnya, perempuan rata-rata masih mendapatkan 70 persen dari penghasilan pria dan cenderung menganggur. Sebagian besar perempuan di Qatar bekerja di sektor swasta dan lebih sedikit lagi yang menduduki posisi puncak dengan beberapa pengecualian. Banyak perempuan berhenti atau mengurangi pekerjaan setelah mereka menikah atau memiliki anak.

Dalam bisnis, perempuan di Qatar bebas untuk membuka dan menjalankan bisnis mereka sendiri meski hanya sedikit yang melakukannya. Menurut data World Bank tahun 2018, sekitar 12,6 persen bisnis di Qatar dimiliki oleh perempuan dan angka ini lebih tinggi dari Uni Emirat Arab tapi lebih rendah dibandingkan Arab Saudi. Terlepas dari pasangan, perempuan di Qatar mempunyai hak untuk memiliki properti dan mengontrol pendapatan serta aset mereka sendiri.

Perempuan Memiliki Hak Pendidikan yang Sama

Hak-hak perempuan di Qatar/Foto: Unsplash.com/Tempura

Hak Kesehatan dan Pendidikan Perempuan Qatar

Hak-hak perempuan di Qatar
Perempuan di Qatar punya hak pendidikan yang sama/Foto: Unsplash.com/KanchitDon

Perawatan kesehatan perempuan berkualitas tinggi tersebar secara luas di Qatar. Dengan beberapa rumah sakit internasional terkemuka di Qatar serta investasi lokal yang tinggi di rumah sakit umum, perempuan dapat mengakses fasilitas kesehatan yang baik di semenanjung. Meski aborsi termasuk tindakan legal di Qatar, untuk bisa melakukannya dibutuhkan kriteria yang ketat dan persetujuan dari komite yang terdiri dari tiga spesialis medis.

Pendidikan adalah prioritas besar bagi negara Qatar dan pemerintah telah membuat langkah luar biasa. Perempuan di Qatar memiliki hak yang sama untuk mengakses dan mengejar pendidikan. Selain itu, Qatar memiliki proporsi siswa yang sangat tinggi dengan rasio bruto perempuan yang terdaftar dalam pendidikan pasca-sekolah menengah adalah lima kali lipat lebih tinggi.

Kebebasan Perempuan dan Feminisme di Qatar

Hak-hak perempuan di Qatar
Feminisme di Qatar/Foto: Unsplash.com/JohnnyGreig

Meskipun Qatar memprioritaskan pemberdayaan perempuan dan telah menandatangani perjanjian internasional untuk itu, masih ada cara struktural yang tidak ditunjukkan oleh pemerintah. Kekerasan dalam rumah tangga dan pemerkosaan masih banyak terjadi dan yang hampir mengejutkan, sekitar seperempat mahasiswi tingkat universitas mengakui mengalami beberapa bentuk kekerasan. Sayangnya, beberapa korban yang melapor dituduh melakukan hubungan seks di luar nikah yang merupakan tindak pidana di Qatar.

Pembicaraan publik tentang pemberdayaan perempuan dan isu-isu khusus yang dihadapi perempuan begitu populer di berbagai bidang di Qatar, mulai dari seni hingga bisnis. Meski budaya patriarki sepertinya tidak akan berubah, masyarakat Qatar terus membahas kemajuan dan peran perempuan. Meski definisi feminisme Barat tidak cocok dengan negara Teluk ini, masyarakat Qatar terus memperdebatkan bentuk merek feminisme mereka sendiri.

Meskipun ada anggapan umum bahwa perempuan di Qatar dihormati dan dilindungi, banyak undang-undang yang tidak mempraktikkan cita-cita ini. Ada ketidakseimbangan yang nyata dengan bagaimana perempuan diperlakukan dalam perceraian, pernikahan, hak asuh anak, dan masalah warisan, serta bagaimana mereka menjalani karier profesional mereka.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)

RELATED ARTICLE