Kembali Tuai Kecaman, Kini Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kerja di LSM

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 27 Dec 2022 07:30 WIB
Larangan Terbaru Dikhawatirkan Dapat Memperburuk Kondisi Kemanusiaan di Afghanistan
Kembali Tuai Kecaman, Kini Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kerja di LSM/Foto: Getty Images/Getty Images

Pemerintahan Taliban kembali menuai sorotan tajam dan kritik dari dunia internasional. Setelah sebelumnya mengeluarkan larangan bagi perempuan untuk berkuliah, kini Taliban memerintahkan semua organisasi non-pemerintah (LSM) lokal dan asing untuk menghentikan karyawan perempuan datang bekerja, menurut surat dari kementerian ekonomi.

Dilansir dari The Guardian, isi surat yang dikonfirmasi Juru Bicara Kementerian Perekonomian Abdulrahman Habib itu menyebutkan, pegawai perempuan LSM tidak boleh bekerja sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Disebutkan bahwa langkah tersebut adalah akibat dari beberapa perempuan yang diduga tidak mematuhi interpretasi administrasi tentang aturan berpakaian Islam untuk perempuan.

Salah seorang pekerja LSM perempuan Afghanistan yang merupakan pencari nafkah utama di keluarganya, mengatakan bahwa peraturan tersebut membuatnya ketakutan.

KABUL, AFGHANISTAN - DECEMBER 22:  Afghan women protest against new Taliban ban on women accessing University Education on December 22, 2022 in Kabul, Afghanistan. A group of Afghan women rallied in Kabul against a governmental order banning women from universities. Armed guards barred women from accessing university sites since the suspension was announced on December 20. (Photo by Stringer/Getty Images)KABUL, AFGHANISTAN - DECEMBER 22: Afghan women protest against new Taliban ban on women accessing University Education on December 22, 2022 in Kabul, Afghanistan. A group of Afghan women rallied in Kabul against a governmental order banning women from universities. Armed guards barred women from accessing university sites since the suspension was announced on December 20. (Photo by Stringer/Getty Images)/ Foto: Getty Images/Getty Images

"Jika saya tidak dapat bekerja, siapa yang dapat menghidupi keluarga saya?" ungkapnya, dilansir dari BBC.

Pencari nafkah lain menyebut berita itu "mengejutkan" dan bersikeras bahwa dia telah mematuhi aturan berpakaian ketat Taliban.

Lusinan LSM beroperasi di daerah terpencil di Afghanistan, dan banyak dari karyawan mereka adalah perempuan. Adanya beberapa peringatan larangan bagi staf perempuan akan menghambat pekerjaan mereka.

Taliban Wajibkan Perempuan Afghanistan Tutupi WajahPerempuan Afghanistan/ Foto: UNICEF/Alessio Romenzi

Komite Penyelamatan Internasional mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa lebih dari 3 ribu staf perempuan di Afghanistan memegang peranan penting untuk pengiriman bantuan kemanusiaan di negara itu.

Seorang pejabat di LSM internasional yang terlibat dalam distribusi makanan mengatakan larangan itu merupakan "pukulan besar".

"Kami memiliki sebagian besar staf perempuan untuk menangani masalah bantuan kemanusiaan perempuan Afghanistan. Bagaimana kita mengatasi kekhawatiran mereka sekarang?" ujar pejabat tersebut, dilansir dari The Guardian.

Larangan Terbaru Dikhawatirkan Dapat Memperburuk Kondisi Kemanusiaan di Afghanistan

KABUL, AFGHANISTAN - DECEMBER 22:  Afghan women protest against new Taliban ban on women accessing University Education on December 22, 2022 in Kabul, Afghanistan. A group of Afghan women rallied in Kabul against a governmental order banning women from universities. Armed guards barred women from accessing university sites since the suspension was announced on December 20. (Photo by Stringer/Getty Images)

Kembali Tuai Kecaman, Kini Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kerja di LSM/Foto: Getty Images/Getty Images

Dilansir dari AP News, empat kelompok bantuan internasional utama menghentikan operasi mereka di Afghanistan, dampak dari peraturan Taliban yang melarang perempuan bekerja di LSM.

Save the Children, Komite Penyelamatan Internasional, Dewan Pengungsi Norwegia, dan CARE mengatakan mereka tidak dapat secara efektif menjangkau anak-anak, perempuan dan pria yang sangat membutuhkan bantuan di Afghanistan tanpa perempuan dalam angkatan kerja mereka.

Keempat LSM tersebut menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, perlindungan anak dan nutrisi serta dukungan di tengah kondisi kemanusiaan yang menurun.

“Kami telah mematuhi semua norma budaya dan kami tidak dapat bekerja tanpa staf perempuan kami yang berdedikasi, yang penting bagi kami untuk mengakses perempuan yang sangat membutuhkan bantuan,” kata Neil Turner, kepala Dewan Pengungsi Norwegia untuk Afghanistan, kepada Associated Press pada Minggu (25/12).

Dia mengatakan grup tersebut memiliki 468 staf perempuan di Afghanistan.

KABUL, AFGHANISTAN - DECEMBER 22:  Afghan women protest against new Taliban ban on women accessing University Education on December 22, 2022 in Kabul, Afghanistan. A group of Afghan women rallied in Kabul against a governmental order banning women from universities. Armed guards barred women from accessing university sites since the suspension was announced on December 20. (Photo by Stringer/Getty Images)KABUL, AFGHANISTAN - DECEMBER 22: Afghan women protest against new Taliban ban on women accessing University Education on December 22, 2022 in Kabul, Afghanistan. A group of Afghan women rallied in Kabul against a governmental order banning women from universities. Armed guards barred women from accessing university sites since the suspension was announced on December 20. (Photo by Stringer/Getty Images)/ Foto: Getty Images/Getty Images

Dalam sebuah pernyataan, Komite Palang Merah Internasional memperingatkan bahwa mengecualikan perempuan dari sekolah dan pekerjaan LSM di Afghanistan “dapat dan akan menyebabkan bencana kemanusiaan dalam jangka pendek hingga jangka panjang.”

Seorang karyawan Save the Children mengatakan kepada BBC News bahwa organisasi tersebut berencana untuk bertemu dengan otoritas Taliban. Mereka akan mengatakan bahwa jika perempuan tidak diizinkan bekerja maka beberapa LSM harus tutup.

Dikhawatirkan juga bahwa perempuan Afganistan tidak dapat menerima bantuan secara langsung, jika organisasi hanya diperbolehkan mempekerjakan pria. Sebagaimana diketahui, Aturan Taliban melarang pria bekerja dengan perempuan.

"Pegawai perempuan "penting" untuk menjangkau perempuan dan anak perempuan lainnya. Tanpa mereka, situasi kemanusiaan mungkin memburuk dengan cepat, dalam situasi di mana sebagian besar negara sudah menghadapi tingkat kelaparan yang mengancam jiwa," jelas Melissa Cornet dari Care International.

Afghan female students take entrance exams at Kabul University in Kabul on October 13, 2022. (Photo by Wakil KOHSAR / AFP) (Photo by WAKIL KOHSAR/AFP via Getty Images)Pelajar perempuan di Afghanistan/ Foto: AFP via Getty Images/WAKIL KOHSAR

Beberapa hari sebelum larangan perempuan Afghanistan bekerja di LSM, Taliban mengeluarkan larangan bagi perempuan untuk berkuliah. Menteri pendidikan tinggi Afghanistan, Nida Mohammad Nadim, membela larangan tersebut. Nadim mengatakan peraturan itu akan mencegah pria dan perempuan bercampur di universitas dan dia yakin beberapa mata pelajaran yang diajarkan melanggar prinsip-prinsip Islam.

"Kami mengatakan kepada perempuan untuk menggunakan jilbab yang tepat tetapi mereka tidak melakukannya dan mereka mengenakan gaun seperti akan pergi ke pesta pernikahan," katanya, dilansir dari The Guardian.

“Anak-anak perempuan belajar pertanian dan teknik, tapi ini tidak sesuai dengan budaya Afghanistan. Anak perempuan harus belajar, tetapi tidak di bidang yang bertentangan dengan Islam dan kehormatan Afghanistan.”

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.