Kisah Perjuangan Junko Tabei, Perempuan Pertama yang Berhasil Taklukkan Puncak Everest

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Rabu, 26 Oct 2022 09:30 WIB
Junko Tabei/Foto: Corbis via Getty Images/John van Hasselt - Corbis

Gunung Everest menjulang setinggi 8.848 meter dengan medan yang sangat sulit ditaklukkan. Butuh skill dan fisik yang prima untuk melakukan ekspedisi, dan di antara orang-orang yang menaklukkan gunung ini, Junko Tabei adalah perempuan pertama yang berhasil mencapai puncak Everest.

Junko Tabei jatuh cinta pada gunung sejak usia 10 tahun. Bahkan setelah berhasil menaklukkan puncak Everest, dia masih terus melakukan pendakian hingga menjelang akhir hayatnya. Seperti apa kisahnya? Dilansir dari berbagai sumber, berikut ulasannya!

Awal Kehidupan


Junko Tabei/Foto: japantimes.co.jp

Dilansir dari Lottie, Junko Tabei lahir pada 12 September 1939, di Fukushima, Jepang. Dia sendiri adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Ketika usianya 10 tahun, dia ikut dalam perjalanan ke Gunung Asahi dan Chausu bersama teman sekelasnya. Menyaksikan keindahan pemandangan alam dari puncak gunung, dia mulai tertarik pada pendakian.

Sayangnya, Junko bukan lahir dari keluarga kaya, hobi mendaki sendiri terbilang cukup mahal. Dia hanya bisa melakukan beberapa perjalanan hingga menginjak sekolah menengah. Setelah lulus dari Sastra Inggris dan Amerika Universitas Showa Women, dia menjadi guru dan baru memutuskan melanjutkan hobi mendaki.

Seksisme dan Dipandang Rendah Oleh Pendaki Pria


Junko Tabei/Foto: vocal.media

Selain menjadi guru, Junko juga bekerja sebagai editor untuk Jurnal Physical Society of Japan. Dia juga aktif mengikuti kegiatan berbagai klub dan bergabung dalam berbagai ekspedisi. Sayangnya, saat itu budaya seksisme masih sangat kental di Jepang.

Saat itu perempuan dianggap tak lebih dari ibu rumah tangga, sehingga posisinya sering dipandang sebelah mata. Para pendaki pria bahkan menganggap keberadaan Junko di sana hanya untuk mencari pasangan. Ditambah lagi, ukuran tubuh Junko terbilang kecil dan dianggap kurang mumpuni.

Walaupun sering mengalami diskriminasi, namun dia terus melakukan hobinya. Dia kemudian mendirikan Joshi-Tohan Club pada tahun 1969, sebuah klub pendaki khusus perempuan. Klub ini didirikan dengan keyakinan bahwa perempuan juga bisa memimpin ekspedisi sendiri.

Perjalanan ke Everest


Junko Tabei/Foto: commons.wikimedia.org

Setelah berhasil menaklukkan Annapurna III pada tahun 1970, Junko Tabei dan sejumlah rekannya kemudian merencanakan perjalanan ke Everest. Mereka tergabung dalam Japanese Women’s Everest Expedition (JWEE), yang terdiri dari 15 perempuan yang sebagian besar adalah pekerja professional.

Mereka mendaftarkan diri, namun harus melewati daftar tunggu selama 4 tahun, sebelum akhirnya mendaki pada tahun 1975. Selama waktu menunggu, para anggota harus bekerja keras mendapatkan sponsor untuk mendanai perjalanan mereka. Bahkan setelah mendapat sponsor, jumlahnya masih belum cukup sehingga masing-masing harus patungan sebanyak 5 ribu USD.

Perjalanan yang dilakukan para perempuan ini mendapat perhatian besar dari media. Mereka mendaki ditemani beberapa reporter dan tokoh media. Hingga pada ketinggian 6.309,36, tempat camping mereka diserang longsoran salju yang membuat Junko Tabei terkubur dan pingsan. Untungnya dia selamat dan bisa mendaki lagi dua hari kemudian.

Pada 16 Mei 1975, dia berhasil mencetak sejarah dan menjadi perempuan pertama yang mencapai puncak Everest. Sayangnya rekan-rekan perjalanan Junko Tabei tidak berhasil menyelesaikan misi karena kondisi tidak memungkinkan.

Walaupun menjadi perempuan pertama yang menaklukkan gunung paling ekstrim dunia, dia lebih senang disebut sebagai orang ke-36 yang menggapai Puncak Everest (tanpa embel-embel gender). Sekitar 11 hari setelah keberhasilannya, seorang pendaki bernama Phanthog berhasil mengikuti jejak Junko Tibei, dan menjadi pendaki perempuan kedua yang sampai puncak.

Menaklukkan 7 Puncak


Junko Tabei/Foto: commons.wikimedia.org

Rombongan kembali pulang dengan selamat setelah ekspedisi Everest. Setelahnya, Junko Tabei cukup aktif menulis dan membagikan kisahnya sebagai pendaki. Dia menjadi Kepala Himalayan Adventure Trust of Japan, serta sempat menulis 7 buku antara tahun 1998 hingga 2006.

Selain itu, dia juga terus melakukan pendakian ke berbagai gunung dunia. Tercatat, dia berhasil mencapai tujuh puncak tertinggi, yaitu Everest, Kilimanjaro, Mt. Aconcagua, Denali, Mt. Elbrus, Mount Vinson, dan Puncak Jaya.

Akhir Hayat


Junko Tabei/Foto: commons.wikimedia.org

Junko Tabei divonis mengidap kanker pada tahun 2012, namun terus mendaki hingga tubuhnya tak lagi bisa bertahan. Dia meninggal dunia 20 Oktober 2016. Namun sebelum dia menghembuskan napas terakhir, dunia ilmu pengetahuan memberikan penghormatan dan menggunakan namanya untuk salah satu asteroid, yaitu 6897 Tabei.

Pada tahun 2019, sebuah gunung di Pluto juga dinamai Tabei Montes. Kini, dia tetap dikenang sebagai salah satu pendaki yang telah mencetak sejarah dan berpengaruh besar untuk dunia.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Loading ...