Membaca judul di atas, mungkin kamu teringat akan kisah kartun fiksi Peter Pan, yang mengisahkan bocah laki-laki yang tidak pernah beranjak dewasa. Ya, benar. Sindrom Peter Pan yang kamu baca di atas juga menggambarkan perilaku orang yang tidak pernah dewasa secara emosional.

Mulanya, sindrom Peter Pan disebut sebagai pola perilaku ini, yang pertama kali muncul dalam buku Dan Kiley pada1983, Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up. Namun, pada kenyataanya, sindrom ini bisa memengaruhi orang-orang dari jenis kelamin atau budaya apa pun.

Ilustrasi sindrom Peter Pan. (Foto: Pexels/ Andrea Piacquadio)

Kendati bukan kondisi kesehatan mental atau kepribadian yang menjadi term medis, tapi banyak ahli setuju bahwa pola perilaku Petet Pan ini bisa berdampak pada kualitas hidup seseorang. Lantas, bagaimana ciri-cirinya orang dengan Peter Pan Syndrome ini?

Gejala Peter Pan Syndrome

Sekali lagi, sindrom Peter Pan bukanlah diagnosis klinis. Pasalnya, hingga hari ini, para ahli belum menentukan gejala resmi apa pun. Hanya saja, pola perilaku ini sering terjadi di sekitar kita, baik dalam hubungan, tempat kerja, maupun lingkungan sosial. 

Menurut Patrick Cheatham, seorang psikolog di Portland, Oregon, ciri-ciri Peter Pan Syndrome tampak dari sifat ambisi, harapan, dan tujuan hidup yang berbeda dalam membuat komitmen dalam sebuah hubungan. 

Ilustrasi peter pan syndrome. (Foto: Unsplash.com)

Kemungkinan besar, orang yang punya Peter Pan Syndrome akan kesulitan melakukan apa pun sendirian. Mulai dari pakaian dan piring kotor yang menumpuk, hingga kesulitan membuat keputusan besar dalam hidupnya.

Dikutip dari Mind Body Green, orang dewasa dengan sindrom Peter Pan menghindari tanggung jawab pribadi dan profesional sebagai orang dewasa. "Mereka hanya orang-orang yang benar-benar tidak ingin tumbuh dewasa," kata psikoterapis dan pakar hubungan Babita Spinelli, L.P., mengatakan kepada Mind Body Green. 

Punya Masalah dengan Rencana Jangka Panjang

Seperti yang dikatakan di atas, seorang dengan sindrom Peter Pan punya masalah dalam hubungan, baik romantis maupun platonis. Pola perilaku clingy bukan ide yang bagus untuk menjalin sebuah hubungan.

Ilustrasi hubungan jangka panjang. (foto: Freepik.com/ yanalya)

Namun, bukan berarti mereka nggak punya keinginan memiliki hubungan jangka panjang. Hanya saja, mereka merasa takut memikul tanggung jawab hubungan yang sehat atau tidak ingin tumbuh adalah alasan untuk putus, maka mungkin saja.

Mengandalkan Orang Lain

Ciri-ciri ini merupakan gejala khas dari sindrom Peter Pan. Mereka kerap bergantung pada orang tua atau keluarga mereka. "Mereka tidak dapat melakukan apa pun untuk diri mereka sendiri dengan cara yang berarti atau untuk benar-benar terpisah dari keluarga asal mereka," kata Gauri Khurana, M.D., psikiater anak dan dewasa.

Tidak Ingin Tumbuh

Ilustrasi peter pan syndrome. (Foto: Freepik.com/ pvproductions)

Seiring bertambahnya usia, bertumbuh pula pribadi dari segi emosional maupun psikis. Namun, kebanyakan orang dengan sindrom Peter Pan tidak memiliki alasan untuk tumbuh. Mereka menikmati hidup seperti biasanya dan tidak melihat ada yang salah dengannya.

Kesulitan dengan Uang

Setiap orang dewasa umumnya menghidupi kehidupan mereka dengan penghasilan sendiri. Namun, tidak bagi seseorang dengan sindrom Peter Pan. Pasalnya, bagi mereka, melacak keuangan pribadi bukanlah prioritas. Bahkan mungkin mereka hindari. 

Menghindari Konflik

Secara emosional, orang dengan sindrom Peter Pan tidak memiliki emosional yang matang. Mereka sebisa mungkin akan menghindari hal-hal yang memicu konflik dan konfrontasi. Tak jarang mereka melarikan diri dari masalah.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!