Stigma yang sering kita dengar di masyarakat membuat beberapa orang jadi tidak percaya diri. Apalagi stigma tersebut tidak selamanya benar. Stigma pun tidak luput terjadi dengan perempuan. Mulai dari masalah anak hingga menstruasi.
Dihimpun dari Slica, stigma berikut ini sering dialami perempuan baik dari lingkungan luar maupun lingkungan terdekat mereka. Supaya lebih tahu, yuk cek pembahasannya di bawah ini!
1. Stigma di Tempat Kerja
Ilustrasi perempuan di tempat kerja/Freepik.com/DCStudio |
Menurut statistik yang diterbitkan oleh Canadian Women's Foundation, perempuan pribumi yang bekerja full time menerima penghasilan 35% lebih rendah daripada laki-laki, perempuan disabilitas mendapat 54% dari minoritas laki-laki tidak disabilitas. Dan perempuan minoritas mendapat penghasilan ketiga kurang dari laki-laki non minoritas. Perempuan juga sering dianggap tidak bisa melakukan tugas-tugas penting seperti laki-laki.
Stigma gender tersebut bisa menurunkan tingkat percaya diri perempuan untuk berkembang. Maka tak heran, kenapa perusahaan tertentu hanya menerima karyawan perempuan 7,4% saja.
2. Stigma Perempuan Tidak Punya Anak
Kalau dulu banyak anak, banyak rezeki. Kini, kalimat tersebut sudah mutlak tidak berlaku seiring berkembangnya zaman. Hal ini terlihat sedikitnya bahwa sedikit perempuan yang melahirkan.
Namun, di kalangan masyarakat stigma perempuan tidak memiliki anak terdengar tidak baik. Ada yang menganggap perempuan tersebut tidak ingin punya anak, terlalu ambisi dengan pekerjaannya, hingga menyalahkan masalah kesehatannya. Di sisi lain, pernyataan seperti ini justru jarang dilontarkan kepada laki-laki. Padahal, laki-laki juga punya peran besar dalam rumah tangga.
Di negara maju seperti Amerika Serikat hingga Inggris, mereka memiliki syarat perempuan melahirkan tidak lebih dari 40 tahun. Pernyataan tersebut didukung oleh peneliti Nicholas H Wolfinger bahwa perempuan yang tidak punya anak lebih bahagia daripada perempuan yang memiliki anak, dengan presentasi hingga 4 poin. Jadi, stigma perempuan yang tidak memiliki anak tidak selamanya benar sebelum kita tahu alasan mereka.
3. Stigma Menstruasi
Perempuan menstruasi/Freepik.com/freepik |
Masalah menstruasi yang tidak normal sering dianggap tidak baik oleh beberapa orang. Apalagi kalau darah menstruasi tidak berwarna merah seperti pada umumnya, sehingga membuat mereka tidak percaya diri dan memilih diam seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Padahal, kalau kita mengalami masalah menstruasi yang tidak normal, sebaiknya memang konsultasi dengan dokter. D ampak stigma menstruasi juga sering dialami remaja yang baru pertama kali alami menstruasi. Mereka jadi tidak percaya diri hingga menutup diri dan tidak pergi ke sekolah.
Dalam upaya untuk menormalkan menstruasi, Vanessa Matsui, aktor-penulis, feminis yang bangga dan pencipta serial web pemenang penghargaan Ghost BFF, meluncurkan Cranky Fest, sebuah festival film online untuk anak perempuan dan perempuan untuk membantu menghilangkan stigma seputar menstruasi. Matsui percaya perempuan harus berani berbicara secara terbuka tentang menstruasi mereka. Dia mengatakan bahwa menstruasi salah satu hal normal yang tidak perlu ditakuti oleh siapapun.
4. Stigma Usia pada Perempuan
Ilustrasi perempuan lanjut usia/Freepik.com/freepik |
Umumnya stigma usia sering dialami beberapa perempuan yang akan mengakhiri masa suburnya. Mereka kadang diabaikan di lingkungan kerja. Apalagi perempuan yang sudah melahirkan dan mempunyai, mereka sehingga dianggap tidak bisa berkembang dalam pekerjaan tersebut.
Perilaku tersebut bisa berdampak terhadap perempuan, di mana mereka merasa tidak dihargai dan dianggap hingga membuat status sosial perempuan tersebut menurut. Stigma tersebut seharusnya tidak ada lagi di masyarakat. Perempuan sama-sama dihargai, didukung dan diberi semangat untuk terus belajar dan bertumbuh tanpa melihat usianya.
5. Stigma Perempuan Memiliki Rambut di Tubuh Terutama Tangan dan Kaki
Ilustrasi perempuan/Freepik.com/jcomp |
Manusia selalu mengalami pertumbuhan rambut setiap hari. Termasuk perempuan, baik di tangan maupun di kaki. Namun, stigma perempuan yang punya rambut halus di tangan dan kakinya sering dianggap tidak feminin dan jelek. Beberapa orang sering menganggap mereka tidak bisa merawat diri jadi tidak enak dipandang.
Berbeda dengan laki-laki. Mereka yang memiliki bulu di tubuh justru terlihat jantan dan pemberani. Namun, stigma tersebut mulai hilang berkat Billie, menampilkan wanita BIPOC asli dengan rambut asli dalam iklan mereka. Cara ini dianggap bisa menghentikan stigma rambut pada tubuh perempuan, baik di iklan maupun dunia nyata.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |