Mengenal Istilah Misogini, Kebencian Berlebih Terhadap Perempuan: Sejarah, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Risqi Nurtyas Sri Wikanti | Beautynesia
Jumat, 02 Sep 2022 06:15 WIB
Mengenal Istilah Misogini, Kebencian Berlebih Terhadap Perempuan: Sejarah, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi perilaku misogini yang dihadapi oleh perempuan/ Foto: istockphoto.com/Prostock-Studio

Sebagai seorang perempuan, Beauties perlu tahu berbagai istilah yang memiliki hubungan erat dengan kondisi sebagai perempuan. Salah satunya adalah misogini yang sering diartikan sebagai kebencian terhadap perempuan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan tindakan ekstrem dalam bentuk kekerasan terhadap perempuan.

Ingin tahu lebih jelas tentang misogini dari sejarah populernya penggunaan istilah, penyebab, dan cara mengatasinya? Simak uraian di bawah ini yang dilansir dari Very Well Mind dan PsychCentral.

Sejarah Populernya Penggunaan Istilah Misogini

Pada tahun 2012, Perdana Menteri Australia saat itu yang seorang perempuan bernama Julia Gillard memberikan pidato di parlemen dengan menyebut bahwa ketua pihak oposisi mempunyai perilaku misogini. 

Pidato tersebut langsung membuat istilah misogini menjadi populer digunakan media Australia. Bahkan sebuah penelitian tahun 2015 menyebutkan kalau ada sekitar 216 artikel yang dicetak pada minggu pidato Julia Gillard dipublikasikan. Artikel-artikel tersebut mengeksplorasi bagaimana tuduhan misogini terhadap ketua oposisi itu dibantah, diminimalisir, dan dilemahkan. 

Dari berbagai penelitian, ini bisa diartikan misogini menempatkan perempuan dalam dilema ideologis. Perempuan harus menghadapi tantangan ketika berusaha mengungkap perilaku misogini. Namun, juga menghadapi hambatan dengan mengabaikan perilaku misogini. 

Bukan Hanya Kebencian Terhadap Perempuan

Ilustrasi: tidak hanya faktor kebencian terhadap perempuan/ Foto: pixabay.com/mohammed_hassan
Ilustrasi: tidak hanya faktor kebencian terhadap perempuan/ Foto: pixabay.com/mohammed_hassan

Misogini bisa terlihat secara terang-terangan, dengan contoh kekerasan terhadap perempuan yang terlihat oleh mata manusia. Bisa juga terlihat kurang jelas, dengan contoh secara halus mendukung adanya perilaku ketidaksetaraan gender antara pria dan perempuan.

Jadi, bisa disimpulkan kalau misogini bukan hanya kebencian terhadap perempuan. Akan tetapi juga mencakup aspek prasangka, ketakutan, dan merasa lebih superior. Tidak hanya para pria saja yang merasa begitu, ada beberapa perempuan yang bahkan bisa memandang rendah pada perempuan yang jelas-jelas satu gender dengannya.

Penyebab Adanya Perilaku Misogini

Ilustrasi: contoh penyebab adanya perilaku misogini/ Foto: pixabay.com/geralt
Ilustrasi: contoh penyebab adanya perilaku misogini/ Foto: pixabay.com/geralt

Misogini tidak termasuk dalam gangguan kesehatan mental. Perilaku ini terjadi bisa jadi karena faktor-faktor mendasar yang kompleks, bisa dari pengalaman di masa lalu atau melihat perilaku orang dewasa di sekitarnya saat masih kecil.

Salah satu penyebab orang-orang bisa memiliki perilaku misogini adalah asuhan saat masih kecil. Ketika kecil, bisa jadi mereka terekspos dengan perilaku misogini yang dilakukan orangtua mereka. Contohnya ketika seorang ayah melakukan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) terhadap sang istri di depan mata sang anak.

Jadi, sang anak bisa saja berpikir kalau mereka akan tumbuh besar menjadi orang dewasa dengan perilaku yang sama dengan ayah mereka. Saat masih kecil, mereka terbiasa melihat kekerasan tersebut, jadi tindakan itu bisa dianggap oleh mereka sebagai hal lumrah.

Budaya dan norma gender di mana perempuan dianggap sebagai seseorang yang lemah dan inferior, bisa mempengaruhi bagaimana seorang anak akhirnya mengembangkan perilaku misoginis. Apalagi ketika tumbuh besar, terbiasa melihat perlakuan buruk terhadap perempuan dalam keluarganya.

Cara Mengatasi Perilaku Misogini

Ilustrasi: cara mengatasi perlakuan misogini/ Foto: pexels.com/Sora Shimazaki
Ilustrasi: cara mengatasi perlakuan misogini/ Foto: pexels.com/Sora Shimazaki

Untuk melawan perilaku misogini, seorang pekerja sosial klinis berlisensi di Virginia, AS bernama Karen Robinson merekomendasikan untuk melakukan beberapa tindakan di bawah ini:

  • Mengangkat derajat perempuan dan mendukung segala upaya positif yang diusahakan oleh para perempuan.
  • Ikut bergabung dengan tujuan yang mendukung para perempuan.
  • Berpartisipasi dalam seminar atau upaya sejenis yang berusaha untuk melawan praktik misoginis.
  • Menciptakan ruang yang aman untuk perempuan.

Sedangkan, apabila Beauties secara langsung mendapatkan perlakuan misogini, Karen Robinson dan Roma Williams, seorang terapis keluarga dan pernikahan berlisensi menganjurkan untuk melakukan tindakan tanpa toleransi untuk perilaku ini.

Pertama adalah speak up. Kalau mendapat perlakuan misogini atau melihat seseorang mendapat perlakuan ini, katakan pada pelakunya bahwa apa yang dilakukannya salah dan tidak ada toleransi atas perlakuan tersebut.

Tetapkan batasan pribadi, lakukan komunikasi, dan bersikap secara tegas. Itu adalah tiga hal dasar ketika menemui perilaku misogini. Kalau Beauties merasa tidak aman untuk bisa bertahan dalam situasi dengan orang dengan perilaku misogini, misalnya situasi berada di kantor, bisa menghubungi HRD. Atau bisa langsung menghubungi profesional dalam kesehatan mental.

Kedua, kalau Beauties berusaha memiliki komunikasi dengan seseorang dengan perilaku misogini dan gagal, lebih baik Beauties memutuskan hubungan dengan orang tersebut atau paling tidak langsung meninggalkannya saat itu.

Karen Robinson menyarankan untuk sebisa mungkin menjauh dari misoginis. Karena, seorang misoginis punya kebencian mendalam terhadap perempuan dan selalu melakukan perilaku ini dalam kehidupan sehari-hari.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :