
Mengenal Tren Deinfluencing yang Viral di TikTok: Ajak Pengguna Media Sosial Tidak Konsumtif dan Selektif Memilih Produk

Media sosial kini memang seolah sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian kalangan. Lewat media sosial, orang-orang bisa saling bertukar informasi dan hiburan lewat konten-konten yang sifatnya memengaruhi. Mulai dari rekomendasi tempat makan, liburan, hingga produk kebutuhan sehari-hari, seperti skincare dan makeup yang selalu jadi konten favorit perempuan khususnya.
Tak jarang konten-konten yang tersebar di media sosial membuat beberapa orang jadi lebih konsumtif. Dilansir dari Today, sekitar 44 persen gen Z menggantungkan keputusan pembeliannya berdasarkan rekomendasi dari influencer, sementara hanya 26 persen populasi umum yang membeli sesuatu yang disarankan oleh influencer.
Belum lama ini, platform media sosial TikTok sedang ramai membahas sebuah tren viral bernama deinfluencing. Jika selama ini konten yang kerap dibagikan oleh influencer mengajak orang untuk mengikuti atau membeli dan mencoba sebuah produk, deinfluencing justru sebaliknya, nih, Beauties.
Lewat tren itu, para creator mengajak para pengguna media sosial untuk tidak mengikuti atau tidak membeli dan mencoba sebuah produk. Lantas, apa sebenarnya tren deinfluencing yang viral di TikTok itu? Bagaimana mula tercetusnya tren tersebut? Yuk, cari tahu jawabannya berikut ini!
Awal Mula Viralnya Tren Deinfluencing
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/freepik |
Melansir dari First Post, konten deinfluencing pertama kali dipopulerkan oleh salah seorang beauty influencer yaitu Maddie Wells sekitar tahun 2020 yang dulunya pernah bekerja di salah satu toko kosmetik ternama di dunia. Lewat akun TikToknya, ia membagikan informasi kepada pengikutnya tentang produk-produk yang kerap dikembalikan oleh konsumen dan meminta mereka untuk tidak menyukai produk yang sedang naik daun.
Dalam videonya yang berhasil menembus 2,5 juta penayangan itu, Maddie menyebutkan bahwa maskara dan peeling yang paling sering dikembalikan oleh pelanggannya saat bekerja. Sehingga ia menyebut hal tersebut dengan deinfluencing. Namun begitu, ia juga merasa tidak yakin bahwa dialah orang pertama yang menyebut istilah tersebut.
Deinfluencing sendiri dimaknai sebagai tindakan yang dilakukan untuk memberitahu banyak orang tentang produk yang tidak boleh dibeli dan produk mana saja yang tidak sesuai dengan klaim oleh para endorser. Umumnya, tren deinfluencing yang dibagikan di TikTok itu ditujukan untuk produk-produk kecantikan, seperti skincare dan makeup. Hingga saat ini, tren deinfluencing telah ditonton lebih dari 327 juta kali di TikTok.