Mengenal Tren Deinfluencing yang Viral di TikTok: Ajak Pengguna Media Sosial Tidak Konsumtif dan Selektif Memilih Produk

Sherley Gucci Permata Sari | Beautynesia
Kamis, 30 Mar 2023 19:00 WIB
Bagaimana Tren Deinfluencing di Indonesia?
Bagaimana Perkembangan Tren Deinfluencing di Indonesia?/Foto: Freepik.com/freepik

Media sosial kini memang seolah sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian kalangan. Lewat media sosial, orang-orang bisa saling bertukar informasi dan hiburan lewat konten-konten yang sifatnya memengaruhi. Mulai dari rekomendasi tempat makan, liburan, hingga produk kebutuhan sehari-hari, seperti skincare dan makeup yang selalu jadi konten favorit perempuan khususnya. 

Tak jarang konten-konten yang tersebar di media sosial membuat beberapa orang jadi lebih konsumtif. Dilansir dari Today, sekitar 44 persen gen Z menggantungkan keputusan pembeliannya berdasarkan rekomendasi dari influencer, sementara hanya 26 persen populasi umum yang membeli sesuatu yang disarankan oleh influencer.

Belum lama ini, platform media sosial TikTok sedang ramai membahas sebuah tren viral bernama deinfluencing. Jika selama ini konten yang kerap dibagikan oleh influencer mengajak orang untuk mengikuti atau membeli dan mencoba sebuah produk, deinfluencing justru sebaliknya, nih, Beauties.

Lewat tren itu, para creator mengajak para pengguna media sosial untuk tidak mengikuti atau tidak membeli dan mencoba sebuah produk. Lantas, apa sebenarnya tren deinfluencing yang viral di TikTok itu? Bagaimana mula tercetusnya tren tersebut? Yuk, cari tahu jawabannya berikut ini! 

Awal Mula Viralnya Tren Deinfluencing

tren deinfluencing yang viral di TikTok
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/freepik

Melansir dari First Post, konten deinfluencing pertama kali dipopulerkan oleh salah seorang beauty influencer yaitu Maddie Wells sekitar tahun 2020 yang dulunya pernah bekerja di salah satu toko kosmetik ternama di dunia. Lewat akun TikToknya, ia membagikan informasi kepada pengikutnya tentang produk-produk yang kerap dikembalikan oleh konsumen dan meminta mereka untuk tidak menyukai produk yang sedang naik daun.

Dalam videonya yang berhasil menembus 2,5 juta penayangan itu, Maddie menyebutkan bahwa maskara dan peeling yang paling sering dikembalikan oleh pelanggannya saat bekerja. Sehingga ia menyebut hal tersebut dengan deinfluencing. Namun begitu, ia juga merasa tidak yakin bahwa dialah orang pertama yang menyebut istilah tersebut. 

Deinfluencing sendiri dimaknai sebagai tindakan yang dilakukan untuk memberitahu banyak orang tentang produk yang tidak boleh dibeli dan produk mana saja yang tidak sesuai dengan klaim oleh para endorser. Umumnya, tren deinfluencing yang dibagikan di TikTok itu ditujukan untuk produk-produk kecantikan, seperti skincare dan makeup. Hingga saat ini, tren deinfluencing telah ditonton lebih dari 327 juta kali di TikTok.

Bagaimana Tren Deinfluencing di Indonesia?

Bagaimana Perkembangan Tren Deinfluencing di Indonesia?/Foto: Freepik.com/freepik

Tak hanya di luar negeri sebagai awal terciptanya tren deinfluencing, pengguna media sosial Indonesia pun tak ketinggalan untuk membahas tren yang viral di TikTok ini, khususnya para beauty influencer.

Sayangnya, beberapa orang yang membuat konten viral yang satu ini salah dalam mempersepsikan maksud dari tren tersebut karena mereka menyebutkan produk-produk yang tidak cocok dengan mereka tanpa memahami produk dan klaimnya dengan kondisi kulit mereka masing-masing. Alhasil, mereka disebut hanya sekedar ikut-ikutan saja demi konten meraih engagement tinggi.

tren deinfluencing yang viral di Indonesia
Ilustrasi/Foto: Freepik.com/lifeforstock

Di sisi lain, beberapa orang yang cukup terkenal di platform TikTok pun turut membantu meluruskan maksud sebenarnya dari tren deinfluencing tersebut. Mereka menganggap bahwa arti dari tren deinfluencing yang banyak beredar jauh dari maksud yang sebenarnya.

Padahal, tren viral yang masih menimbulkan pro kontra di kalangan pengguna media sosial ini juga sebenarnya bertujuan untuk mengajak orang-orang lebih selektif dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan klaim produk yang digembar-gemborkan oleh pemilik produk. Selain itu, hal yang tak kalah penting dari tren deinfluencing adalah agar pengguna media sosial dapat memerangi kebiasaan konsumtif dalam membeli produk sebagai dampak dari konten di media sosial.

Wah, bagaimana menurutmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE