Musisi yang Ciptakan Chime Windows 95 Kecam Microsoft karena Beri Dukungan untuk Israel

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 27 May 2025 06:15 WIB
Musisi yang Ciptakan Chime Windows 95 Kecam Microsoft karena Beri Dukungan untuk Israel
Brian Eno/Foto: Instagram/brianeno

Seniman dan musisi Inggris Brian Eno mengkritik sikap perusahaan teknologi raksasa Microsoft yang memberikan dukungan kepada Israel, yang saat ini masih melakukan genosida terhadap Palestina. 

Brian Eno, yang menciptakan audio ikonik untuk Microsoft sekitar 30 tahun lalu menulis sebuah surat terbuka untuk Microsoft, bertajuk "Not in My Name: An Open Letter to Microsoft from Brian Eno." Dalam surat tersebut, Eno meminta Microsoft untuk berhenti menyediakan teknologi bagi pemerintah dan militer Israel.

Surat Terbuka Brian Eno untuk Microsoft

Brian Eno

Surat Terbuka Brian Eno untuk Microsoft/Foto: Instagram/brianeno

Brian Eno mengawali surat terbukanya dengan bercerita pengalamannya ketika ia diminta untuk membuat jingle untuk sistem operasi Windows 95 milik Microsoft pada pertengahan 1990-an. Kala itu, ia merasa senang mendapatkan proyek tersebut.

"Pada pertengahan 1990-an, saya diminta untuk menggubah musik pendek untuk sistem operasi Windows 95 milik Microsoft. Jutaan, bahkan mungkin miliaran orang, telah mendengar bunyi lonceng pembuka yang pendek itu, yang merupakan gerbang menuju masa depan teknologi yang menjanjikan," tulisnya di akun Instagram @brianeno, pada Kamis (22/5).

"Saya dengan senang hati menerima proyek itu sebagai tantangan kreatif dan menikmati interaksi dengan kontak-kontak saya di perusahaan itu. Saya tidak akan pernah percaya bahwa perusahaan yang sama suatu hari nanti dapat terlibat dalam penindasan dan perang," lanjutnya.

Melalui surat tersebut, Brian menyoroti aksi Microsoft yang berkontribusi dalam kekerasan dan kehancuran di Palestina.

"Dalam sebuah posting blog tertanggal 15 Mei 2025, Microsoft mengakui bahwa mereka menyediakan "perangkat lunak, layanan profesional, layanan cloud Azure, dan layanan Azure Al, termasuk penerjemahan bahasa" kepada Kementerian Pertahanan Israel. Lebih lanjut, Microsoft menyatakan bahwa "Penting untuk mengakui bahwa Microsoft tidak memiliki visibilitas terhadap cara pelanggan menggunakan perangkat lunak kami di server mereka sendiri atau perangkat lain"," tulis Eno.

""Layanan" ini mendukung rezim yang terlibat dalam tindakan yang digambarkan oleh para sarjana hukum dan organisasi hak asasi manusia terkemuka, para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan semakin banyak pemerintah dari seluruh dunia, sebagai genosida. Kolaborasi antara Microsoft dan pemerintah serta tentara Israel bukanlah rahasia dan melibatkan perangkat lunak perusahaan yang digunakan dalam teknologi mematikan dengan nama-nama 'lucu' seperti "Mana Ayah?' (- sistem panduan untuk melacak warga Palestina guna meledakkan mereka di rumah mereka)," lanjut Eno.

[Gambas:Instagram]

"Menjual dan memfasilitasi layanan AI dan cloud canggih kepada pemerintah yang terlibat dalam pembersihan etnis sistematis bukanlah 'bisnis seperti biasa'. Itu adalah keterlibatan. Jika Anda secara sadar membangun sistem yang dapat memungkinkan terjadinya kejahatan perang, Anda pasti akan terlibat dalam kejahatan tersebut," paparnya.

Eno lalu menjelaskan peran perusahaan besar seperti Microsoft sering kali memiliki pengaruh yang lebih besar daripada pemerintah. Ia percaya bahwa kekuatan besar tersebut harus dibarengi dengan tanggung jawab secara moral.

"Oleh karena itu, saya menyerukan kepada Microsoft untuk menangguhkan semua layanan yang mendukung operasi apa pun yang berkontribusi terhadap pelanggaran hukum internasional," serunya.

Eno juga memberikan dukungan kepada para pekerja Microsoft yang berani bersuara untuk menentang kebijakan perusaahan tersebut dalam mendukung Israel. 

"Lonceng start-up baru saya adalah ini: berdiri dalam solidaritas dengan para pekerja Microsoft yang pemberani yang telah melakukan sesuatu yang benar-benar mengganggu dan menolak untuk tetap diam. Mereka mempertaruhkan mata pencaharian mereka untuk orang-orang yang telah kehilangan dan akan terus kehilangan nyawa mereka," kata Eno.

Eno mengajak para seniman, penggiat teknologi, musisi, dan masyarakat umum untuk bergabung bersamanya dalam membela Palestina. Tak hanya itu, Eno juga berjanji bahwa royalti yang ia terima dari jingle yang ia buat untuk Microsoft akan ia sumbangkan untuk membantu warga Gaza yang menjadi korban serangan Israel.

"Saya juga berjanji bahwa biaya yang awalnya saya terima untuk lonceng Windows 95 itu sekarang akan digunakan untuk membantu para korban serangan di Gaza. Jika sebuah suara dapat menandakan perubahan yang nyata, maka biarkanlah itu menjadi suara ini," tutupnya.

Brian Eno Vokal Beri Dukungan untuk Palestina

Brian Eno

Brian Eno/Foto: Instagram/brianeno

Ini bukan pertama kalinya Eno memberikan dukungan terhadap Palestina. Ia sering mengkritik dan menyuarakan perlawanan terhadap Israel. Ia juga tergabung dalam pendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS). 

Dilansir dari situs resminya, BDS adalah gerakan global nonkekerasan untuk menghentikan ketidakadilan yang dilakukan Israel dan menyerukan tanggapan solidaritas warga global terhadap perjuangan Palestina untuk kebebasan, keadilan dan kesetaraan.

Eno juga pernah tampil di acara amal khusus untuk mendukung Palestina di Union Chapel London pada April 2024, di mana semua hasil disumbangkan untuk permohonan darurat Amos Trust untuk Gaza.

Eno juga menjadi anggota Fontaines D.C., R.E.M, Bastille, dan lainnya dalam membacakan surat dari warga Palestina yang menderita di Gaza sebagai bagian dari inisiatif ‘Voices For Gaza’ pada awal 2024, sebagaimana dilansir dari NME.

Microsoft Disebut Beri Dukungan untuk Israel

GAZA, PALESTINE - 2023/10/07: Smoke and flames rise after Israeli forces launched an airstrike on Gaza City. Palestinian militants have begun a

Ilustrasi/Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images

Sejak serangan Israel di Gaza pada 7 Oktober 2024, Microsoft telah memasok pasukan Israel dengan lebih banyak layanan komputasi dan penyimpanan. Mereka juga mencapai kesepakatan senilai 10 juta dolar AS untuk menyediakan ribuan jam dukungan teknis bagi Israel, sebagaimana dilansir dari AJ Plus.

Baru-baru ini, Microsoft mengakui bahwa mereka menjual layanan kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan canggih kepada militer Israel selama genosida di Gaza dan membantu upaya untuk menemukan dan menyelamatkan sandera Israel.

Namun, perusahaan itu juga mengatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti hingga saat ini bahwa platform Azure dan teknologi AI-nya digunakan untuk menargetkan atau menyakiti orang-orang di Gaza, sebagaimana dilansir dari AP.

Beberapa karyawan Microsoft dilaporkan melakukan protes karena perusahaan tempat mereka bekerja terlibat dalam genosida Israel di Gaza. Namun, para karyawan ini dibungkam, bahkan alami pemecatan.

Tak hanya itu, Microsoft juga disebut memblokir kata "Palestina" dan "Gaza" dalam email internal, menurut No Azure for Apartheid, sekelompok pekerja Microsoft yang menuntut perusahaan teknologi itu untuk mengakhiri bantuan kepada tentara Israel.

Serangan yang dilancarkan Israel sejak Oktober 2023 telah memakan banyak korban jiwa.  Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700 warga Palestina, dan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE