Orangtua Perlu Sadar, 5 Kalimat Toksik Ini Bisa Merusak Mental Anak Secara Perlahan!

Rini Apriliani | Beautynesia
Selasa, 10 Oct 2023 13:00 WIB
“Aku mengorbankan hidupku untukmu…”
Deretan kalimat toksik yang bisa merusak mental anak secara perlahan/Foto: Thinkstock

Menjadi orangtua bukanlah hal mudah. Dibutuhkan persiapan matang, yang tak hanya sebatas merawat memberi makan saja, tapi senantiasa harus selalu memberikan ilmu dan bimbingan yang baik, hingga ia bisa memilih hidupnya sendiri di masa mendatang. 

Salah-salah dalam memberikan pengasuhan pada anak, bisa berpengaruh pada pola perilaku dan tumbuh kembang anak juga. Seperti deretan kalimat toksik berikut ini perlu disadari oleh orangtua.

Sebab, jika terus dilakukan bisa merusak mental anak secara perlahan. Apa saja, simak!

“Saat aku se-usiamu, aku…”

Penyebab Ibu dan Anak Perempuan Sering Bertengkar/Foto: Freepik.com/peoplecreations

Deretan kalimat toksik yang bisa merusak mental anak secara perlahan/Foto: Freepik.com/peoplecreations

Kalimat “Saat aku se-usiamu, aku…” adalah kalimat 'perbandingan'. Dimana orangtua membandingkan dirinya dulu, dengan keadaan saat ini. Entah itu membahas soal fisik, prestasi, atau lainnya. 

Namun, kalimat sesederhana tersebut bisa membuat rusaknya mental anak. Sebab, ia seolah dipaksa untuk menyamakan dirinya saat ini, dengan orangtuanya dulu.

Padahal, banyak yang berbeda di antara saat ini dan masa lalu. Seorang anak akan memikirkan jika orangtuanya adalah pesaing dan saat tak sesuai dengan keinginan orangtuanya, hal ini bisa membuatnya jadi kurang percaya diri. 

“Kamu tidak akan pernah bisa melakukannya…”

Asian little girl sad feel and touchy.

Deretan kalimat toksik yang bisa merusak mental anak secara perlahan/Foto: Thinkstock

Melihat anak sedang berusaha dengan apa yang dikerjakan, sudah seharusnya sebagai orangtua untuk mendampingi dan membimbingnya, selama itu adalah hal positif. Sayangnya, masih sering kali orangtua 'membunuh' mimpi anaknya di awal perjalanan. 

Seperti kalimat "Kamu tidak akan pernah bisa melakukan", yang artinya orangtua tidak memberikan kepercayaan pada anak untuk berjalan dan mengetahui lebih jauh kemampuan hebatnya.

Kalimat di atas bisa membuat sang anak jadi diam di tempat. Sebab, sejak awal orangtuanya saja sudah tidak yakin. Jika terus terjadi dalam tumbuh kembang anak, kalimat tersebut tak hanya bisa membuatnya diam di tempat saja, tapi juga menurunkan kepercayaan dirinya untuk maju. 

“Aku mengorbankan hidupku untukmu…”

Ilustrasi anak sedih

Deretan kalimat toksik yang bisa merusak mental anak secara perlahan/Foto: Thinkstock

Menjadi orangtua memang pengorbanan. Namun, bukan berarti nantinya bisa melimpah kekecewaan hingga tanggung jawab penuh pada anak. 

Seperti kalimat di atas "Aku mengorbankan hidupku untukmu", seolah membuat kehadiran sang anak tidaklah diharapkan, mengganggu, dan justru menjadi beban orangtuanya saja. 

Kalimat tersebut jika terus diucapkan pada anak, akan membuatnya merasa jika ia adalah beban yang harus menanggung beban orangtuanya.

“Seharusnya kamu…”

Anak perempuan menangis dengan menghadap tembok sambil memeluk bonekanya.

Deretan kalimat toksik yang bisa merusak mental anak secara perlahan/Foto: Thinkstock

Sebagai orangtua, memberikan arahan yang baik pada anak memanglah sangat diperlukan. Namun, jangan sampai arahan tersebut berubah jadi perintah untuk mendikte anak melakukan sesuai keinginanmu sendiri.

Kalimat "Seharusnya kamu...", seolah membuat anak jadi tidak bisa memilih menentukan apa yang memang disukainya. Ia dipaksa untuk mengikuti, apa yang menurutmu benar, padahal belum tentu yang dirasakannya sama.

Anak pun jadi tidak bisa memilih, mana yang baik untuk dirinya sendiri, karena terbiasa didikte sesuai keinginan orangtuanya. 

“Kakak dan adikmu jauh lebih baik darimu. Belajarlah dari mereka…”

Foto:pinterest/francesvidakovic

Deretan kalimat toksik yang bisa merusak mental anak secara perlahan/Foto: pinterest/francesvidakovic

Setiap anak memiliki karakternya masing-masing. Jika dalam serumah ada satu atau dua anak, atau bahkan lebih, tentu mereka sangatlah berbeda-beda. Menyamakan antar saudara hanya akan membuatnya jadi tidak lebih baik.

Pembanding mereka pun adalah saudaranya sendiri. Yang seharusnya bisa saling bekerja sama untuk bisa saling membantu jadi versi terbaik sesuai karakternya, malah bisa saja menimbulkan konflik karena menganggap anggota saudaranya sendiri adalah pesaing. 

Beauties, itu dia deretan kalimat toksik yang bisa merusak mental anak secara perlahan. Jangan sampai terucap lagi ya!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE